Anda di halaman 1dari 21

0leh :

Reguler 7A
PRODI KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

EDUARDUS PUTRA L
EKA JUWITA WULAN SARI
VENYANA PRISILA AMKEUN
WIDYA FITRIANINGRUM
Kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan bisa disebabkan
karena trauma dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan
system cerna ini biasa disebut dengan akut abdomen.
Definisi dari akut abdomen sendiri adalah suatu keadaan klinik akibat
kegawatan di rongga abdomen biasanya timbul secara mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama yang memerlukan penanganan
segera. Hal ini bisa disebabkan karena pertama adanya
inflamasi/peradangan pada appendiks secara akut atau sudah terjadi
perforasi apendiks, tukak lambung, usus tifus, pankreatitis akut,
kolesistitis akut. Kedua adanya ileus obstruksi baik disebabkan
karena adanya hernia inkarserata maupun karena adanya volvulus
usus. Ketiga karena adanyai skemi a yang disebabkan karena adanya
kelainan atau penyumbatan vaskuler. Keempat adanya perdarahan
bisa disebabkan karena adanya kehamilan ektopik, atau aneurisma
yang pecah, Kelima karena adanya cedera/trauma dimana terjadi
perforasi organ berongga, perdarahan hati atau limpa.
Salah satu kegawatdaruratan pada sistem pencernaan adalah trauma
abdomen yaitu trauma/cedera yang mengenai daerah abdomen yang
menyebabkan timbulnya gangguan/kerusakan pada organ yang ada di
dalamnya.
Jenis trauma abdomen ada trauma tumpul dan trauma tembus. Pada
trauma tembus resiko terjadinya kerusakan organ lebih sedikit
daripada trauma tumpul tetapi pada trauma tembus dapat mengenai
tulang belakang dan organ yang berada di retroperitoneal.
GASTRITIS
 Gastritis adalah suatu penyakit inflamasi dari mukosa
lambung akibat peningkatan asam lambung yang
manifestasi klinisnya yaitu perdarahan saluran cerna atas
berupa hematemesis melena (Mansjoer, 2000).
 Gastritis terbagi dua yaitu gastritis akut dan kronis.
Gastritis akut dan kronis memiliki manifestasi klinis dan
komplikasi yang sama yaitu dapat ditemukan terjadinya
perdarahan saluran cerna atas atau perdarahan
gastrointestinal atas berupa hematemesis melena.
Hematemesis Melena inilah yang merupakan keadaan
gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di
seluruh dunia termasuk di Indonesia (Mansjoer, 2000).
 Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya
disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas.
Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal
yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan
oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
HEMATEMESIS DAN MELENA
 Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar
(bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah
karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk
seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang
telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang
dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan atas
yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan
hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya
darah pada usus halus (Davey, 2005).
 Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat
berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang
tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi).
Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat
berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa
makanan dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna
hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan
biasanya disertai hematemesis ( Purwadianto & Sampurna, 2000).
 Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan
memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
PENATALAKSANAAN
1.Pengawasan dan pengobatan
   a. Penderita     harus      diistirahatkan     mutlak,  obat – obat    yang  
menimbulkan   efek   sedatif   morfin,   meperidin  dan   paraldehid
sebaiknya dihindarkan .
b. Penderita   dipuasakan   selama   perdarahan   masih berlangsung
dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus   cairan   langsung   dipasang    dan diberikan  larutan  garam  
fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan     terhadap      tekanan      darah,   nadi,   kesadaran  
penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan  kadar  hemoglobin  dan  hematokrit  perlu dilakukan
untuk mengikuti keadaan perdarahan.
f.  Transfusi     darah    diperlukan    untuk    mengganti    darah  yang    
hilang  dan    mempertahankan    kadar     hemoglobin    50 - 70 %      
nilai   normal.
g. Pemberian   obat  –  obatan   hemostatik  seperti  vitamin   K  4x10 
mg/hari,  karbasokrom   (Adona AC),  antasida     dan      golongan     
    H2   reseptor    antagonis   (simetidin    atau    ranitidin)     berguna        
    untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan       klisma      atau     lavemen      dengan      air     biasa   
    disertai  pemberian   antibiotika   yang  tidak   diserap   oleh   usus,   
   sebagai        tindakan         sterilisasi        usus.     Tindakan        ini      
dilakukan      untuk        mencegah       terjadinya         peningkatan    
produksi      amoniak      oleh      bakteri       usus,   dan   ini   dapat
  menimbulkan ensefalopati hepatik.
2.  Pemasangan pipa nasogastrik
 3. Pemberian pitresin
(vasopresin)
Tujuan  pemasangan   pipa  naso       Pitresin    mempunyai
gastrik adalah untuk aspirasi    efek    vasokoktriksi,  pada
cairan    lambung,  lavage   pemberian pitresin   per 
 (umbah   lambung)    dengan  infuse akan mengakibatkan
   air , dan pemberian   obat- kontriksi pembuluh darah dan
obatan.   Pemberian   air  pada splanknikus sehingga
 kumbah lambung akan menurunkan tekanan vena
   menyebabkan   vasokontriksi  porta, dengan demikian 
 diharapkan   perdarahan
 lokal  sehingga    diharapkan   varises   dapat berhenti. Perlu
terjadi   penurunan    aliran  diingat  bahwa   pitresin  dapat
darah   di mukosa  merangsang   otot   polos
  lambung, dengan demikian   sehingga dapat   terjadi
perdarahan   akan   berhenti.  vasokontriksi  koroner, karena
Umbah   lambung  ini akan  itu  harus berhati-hati dengan
dilakukan   berulang    kali   pemakaian obat tersebut
terutama pada penderita
 memakai   air    sebanyak   100- penyakit jantung  iskemik.
150 ml sampai  cairan  aspirasi Karena  itu  perlu  pemeriksaan
 berwarna jernih dan bila perlu elektrokardiogram dan
tindakan ini dapat   diulang  anamnesis  terhadap
 setiap 1 - 2 jam.  Pemeriksaan  kemungkinan  adanya  penyakit
   endoskopi    dapat segera  jantung koroner/iskemik.
dilakukan setelah cairan aspirasi
lambung sudah jernih.
 4.  Pemasangan balon  5.Pemakaian bahan sklerotik
Sengstaken-Blakemore  Tube        Bahan sklerotik sodium
       Dilakukan pemasangan morrhuate 5 % sebanyak 5 ml
balon Sengstaken-Blakemore atau sotrdecol  3 % sebanyak  3
tube (SB tube)   untuk  ml  dengan  bantuan
 penderita   perdarahan   akibat  fiberendoskop yang   fleksibel
   pecahnya    varises.   disuntikan  dipermukaan   
Sebaiknya   pemasangan  SB  varises    kemudian ditekan
 tube  dilakukan   sesudah   dengan  balon SB tube. Cara
  penderita tenang  dan   pengobatan  ini   sudah mulai
 kooperatif, sehingga  penderita  populer  dan  merupakan  salah
 dapat   diberitahu  dan  satu   pengobatan  yang baru
dijelaskan   tujuan  pemakaian dalam  menanggulangi
 alat  tersebut, cara  perdarahan  saluran cerna
pemasangannya dan  bagian atas yang disebabkan
kemungkinan akibat yang dapat pecahnya varises esofagus.
timbul pada waktu dan selama
pemasangan.  Beberapa
 peneliti   mendapatkan  hasil 
 yang   baik dengan  pemakaian
 SB tube ini  dalam
menanggulangi perdarahan
saluran  cerna  bagian  atas
 akibat  pecahnya   varises
   esofagus. Komplikasi
 pemasangan   SB tube  yang
 berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan
napas tidak pernah ditemukan.
 6.Tindakan operasi
       Bila  usaha - usaha
  penanggulangan
  perdarahan   diatas
mengalami    kegagalan
 dan   perdarahan  tetap 
 berlangsung, maka dapat
dipikirkan tindakan
operasi . Tindakan operasi
yang basa    dilakukan   
adalah: ligasi   varises
 esofagus,   transeksi
esofagus,   pintasan  porto
-kaval. Operasi   efektif
   dianjurkan setelah 6
minggu perdarahan
berhenti dan fungsi hati
membaik.

(http://primanileda.blogs
pot.com/2009/01/asuhank
eperawatan-gratis-
free.html)
ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Masalah keperawatan
 Tindakan keperawatan
 Evaluasi
0leh :
Reguler 7A
PRODI KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
EDUARDUS PUTRA L
EKA JUWITA WULAN SARI
VENYANA PRISILA AMKEUN
WIDYA FITRIANINGRUM
Tn. N berusia 45 thn datang ke klinik dengan keluhan
 Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu
 Nafsu makan menurun
 Denyut nadi 80 x/menit
 Suhu 37,5 ⁰C
 Tekanan darah 90/60 mmHg
 Pernapasan 20 x/menit
 Kaki tangan teraba dingin dan basah
 Mengeluh pernah muntah darah 1 x
 Pernah mengalami berak darah 3x sehari
 Pasien juga menpunyai riwayat mengkonsumsi obat-
obatan yg kortikosteroid, dan juga sering
mengkonsumsi alkohol.
Dari keluhan pasien dokter telah mendiagnosa pasien
terkena Hematamesis Melena
1. Hematemesis
2. Melena
3. Obat-obatan kortikosteroid
1. Apa yang menyebabkan pasien muntah
darah dan berak darah?
2. Apa yang dikeluhkan pasien ketika
terdiagnosa hematemesis dan melena oleh
dokter?
1. mengkonsumsi obat-obatan yg
kortikosteroid, dan juga sering
mengkonsumsi alkohol.
2. Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, Nafsu
makan menurun, Denyut nadi 120 x/menit,
Suhu > 38 ⁰C, Tekanan darah 90/60 mmHg,
Kaki tangan teraba dingin dan basah,
Mengeluh pernah muntah darah 1 x, Pernah
mengalami berak darah 3x sehari
 Pertanyaan No.1 merupakan etiologi dari
Hemetemesis Melena.
 Pertanyaan No.2 merupakan Tanda dan
Gejala dari Hemetemesis Melena
Dari etiologi dan tanda gejala yang dialami
pasien dapat diambil masalah keperawatan :
 Nyeri
 nutrisi
 intregitas kulit
 cairan
 kecemasan
1. Untuk mengetahui etiologi Hemetemesis
Melena
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala
Hemetemesis Melena
1. ETIOLOGI HEMATEMESIS MELENA
 Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
 Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung
dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
 Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated
intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
 Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
 Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan
salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.
2. TANDA DAN GEJALA HEMATEMESIS MELENA
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran
makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,
tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik
agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih
serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi
hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi
portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi,
ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae,
adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar
hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah
hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera
dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti
perkembangan penderita.
Hematemesis adalah muntah darah. Sedangkan
melena adalah berak darah. Penyebabnya
minuman keras, obat-obatan kortikosteroid,
dan masih banyak lagi penyebab daripada
penyakit ini. Tanda dan gejala pada penyakit
ini diantaranya Nyeri perut sejak 2 hari yang
lalu, Nafsu makan menurun, Denyut nadi 120
x/menit, Suhu > 38 ⁰C, Tekanan darah 90/60
mmHg, Kaki tangan teraba dingin dan basah,
Mengeluh pernah muntah darah 1 x, Pernah
mengalami berak darah 3x sehari.
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.scribd.com/doc/24674290/kega
watdaruratan
 http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/a
suhan-keperawatan-gastritis-dan_13.html
 KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN

Anda mungkin juga menyukai