PESERTA DIDIK
I. PENDAHULUAN
Memahami psikologis peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan
dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi / tuntutan peserta didik yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta
didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat
mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka.
bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat,
kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik.
bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti
kegiatan yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik,
diantaranya:
1) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga ia meruoakan insane yang unik.
2) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan
kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada penyesuaian dengan
lingkungannya.
1
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya. (hlm 39-40)
Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat
perhatian dari guru, di antaranya:
1) Kebutuhan jasmaniah
Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik
mereka masing-masing.
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan
peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang
datang ke sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman,
nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang
mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan
rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci
terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya.
Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di
sekolah.
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua,
guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta
didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di
dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang
akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan
mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku
maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar
mereka.
Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok
secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
Peserta didik juga memiliki kebutuhan untuk merasa bebas, terhindar dari
kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak
bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa
yang diinginkannya, akan mengalami frustasi, merasa tertekan, konflik dan
sebagainya. Oleh sebab itu, guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik
dalam batas-bataa kewajaran dan tidak membahayakan. Mereka harus diberi
kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
2
Panut Panuju. 2005. Psikologi remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. (hlm. 29-30)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja sering dikenal denga
masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu:
2) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita dewasa yang
menjunjung tinggi oleh masyarakat
5) Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya
9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah
laku
7) Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta
1) Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang
diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan
tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua dan guru.
Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan
rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.
2) Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan respons
yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
3) Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam mengenali kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian
dan perilakunya.
Memang secara bahasa, apa yang dikemukakan ibu Debby, selaku Guru Bimbingan
Konseling dibandingkan dengan apa yang ada di kajian teori hampir sama, hanya saja kalau di
dalam kajian itu jelas lebih detaih juga lebih kompleks. Ditunjukkan ketika di tanyakan
mengenai pentingnya memahami peserta didik pada bapak Slamet, bahwa pemahaman
mengenai peserta didik itu dibutuhkan agar guru dapat memberikan bimbingan yang tepat
kepada siswa, karena siswa mempunyai sikap yang berbeda-beda.
Dalam wawancara dengan ibu Debby, dapat diketahui bahwa mayoritas guru
mengartikan ‘memahami psikologis peserta didik’ cukup hanya dengan memahami karakter
mereka saja tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan peserta didik. Padahal memahami
kebutuhan peserta didik itu adalah hal yang penting. Karena jika kebutuhan peserta didik itu
tidak terpenuhi, tentunya akan muncul masalah-masalah yang tidak diharapkan.
Selebihnya, teori memang hanyalah teori karena pada pelaksanaannya terkadang ada
kendala teknisnya, baik itu dari peserta didiknya itu sendiri, guru-guru, maupun tenaga pendidik
lainnya yang kurang memahami apa kebutuhan peserta didik, bagaimana perkembangan peserta
didik. Sehingga pelaksanaannya proses memahami peserta didik belum berjalan secara ideal
sebagaimana mestinya.
3
http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm
V. DAFTAR PUSTAKA
http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm