Anda di halaman 1dari 13

SIFILIS

Oleh

RINA ANGGRAINI
2051210019

PEMBIMBING :
YUDI PURNOMO S.Si., M.Kes., Apt

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF FARMASI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2010
BAB I
ISI

A. ILUSTRASI KASUS
Tn. G, usia 35 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan terdapat benjolan
pada kelaminnya, dan tidak nyeri dan tidak gatal sejak seminggu ini. Menurut
pengakuan Tn. G kurang lebih 1 bulan yang lalu berhubungan badan dengan PSK
tanpa menggunakan kondom. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T : 120/70, N :
78x/menit S : 36,7°C, status lokalis pada kelamin ditemukan papul berukuran 1 cm,
berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, dan kulit di sekitarnya tidak ada tanda-tanda
radang.
B. DEFINISI
Sifilis adalah infeksi kronis yang disebabkan Treponema pallidum. Infeksi
bakteri ini tidak hanya menginfeksi sekitar alat kelamin akan tetapi dapat menjalar ke
seluruh bagian tubuh. Penyakit ini sangat mudah menular melalui kontak seksual
langsung vaginal, oral maupun anal. Sifilis merupakan salah satu penyakit kelamin
menahun dengan remisi dan eksaserbasi, dapat mengenai semua alat tubuh,
mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Siphilis dapat menimpa
wanita dan pria.
C. ETIOLOGI
Sifilis disebabkan oleh bakteri treponema pallidum yang termasuk ordo
spirochaetaeas, famili treponematoceae.
D. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung
treponema. Treponema dapat masuk (porte d’entree) melalui selaput lendir yang utuh
atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam
tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian.
Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya.
Sepuluh sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi, pada tempat
masuk T. Pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang
sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu) setelah lesi primer terdapat kelainan
kulit dan selaput lendir yang pada permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan
konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya sedikit atau
sepintas lalu.
E. MANIFESTASI KLINIS
Pembagian menurut WHO adalah sifilis dini dan lanjut dengan waktu
diantaranya 2 tahun, ada yang mengatakan 4 tahun. Sifilis dini dapat menularkan
penyakit karena terdapat T.pallidum dalam lesi kulitnya, sedangkan sifilis lanjut tidak
menular karena T.pallidum tidak ada. Pada ibu yang hamil T.pallidum dapat masuk ke
tubuh janin.
Pembagian sifilis secara klinis adalah sifilis kongenital dan sifilis didapat, atau
dapat pula digolongkan berdasarkan stadium I, II, III sesuai dengan gejala-gejalanya,
sifilis kardiovaskular, dan sifilis pada otak dan saraf. Sifilis laten adalah keadaan yang
secara klinis tidak ada tanda/gejala kecuali tes serologik yang positif dan meyakinkan.
Sifilis laten ada yang dini adalah pada sifilis stadium I dan II dan eksaserbasi. Laten
lanjut adalah masa antara stadium II dan stadium III dan antara stadium III dan
stadium IV. Syphyllis d’emblee merupakan keadaan jika T.pallidum langsung melalui
darah masuk ke tubuh pasien, misalnya pada transfusi darah dan sifilis bawaan.
1. Sifilis stadium I
tiga minggu (10-90 hari) setelah infeksi, timbul lesi pada tempat t.pallidum
masuk. Lesi umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa papul yang erosif,
berukuran beberapa milimeter sampai 1-2 cm, berbentuk bulat atau bulat lonjong,
dasarnya bersih, merah, kulit di sekitarnya tidak ada tanda-tanda radang, dan bila
diraba ada pengerasan (indurasi) yang merupakan satu lapisan seperti sebuah kancing
dibawah kain atau sehelai karton yang tipis. Kelainan ini tidak nyeri (indolen), gejala
tersebut sangat khas bagi sifilis stadium I afek primer. Erosi dapat berubah menjadi
ulkus berbanding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer.
Keadaan ini disebut ulkus durum, yang dapat menjadi fagedenik bila ulkusnya meluas
ke samping dan ke dalam. Kadang-kadang hanya terdapat edema induratif pada pintu
masuk t.pallidum, yang tersering pada labia mayora.
Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.
Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, soliter dan
dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium I
kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat juga ekstragenital
seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya pada penularan
ekstrakoital. Tanpa pengobatan lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat
atau lambat bergantung pada besar kecilnya lesi. Hasil pemeriksaan TSS pada sifilis
stadium I dapat seronegatif atau seropositif. Seronegatif umumnya terdapat bilamana
komplek primer belum terjadi. Dua hal yang sangat penting pada sifilis stadium I
adalah:
- bila pasien sudah mendapat pengobatan berupa apapun secara lokal atau
sistemik yang spesifik, t.pallidum akan menghilang pada tempat lesi,
sehingga pasien diduga tidak menderita sifilis. Secara akademik harus dicari
t.pallidum tiga kali (3 hari berturut-turut)
- anamnesis yang cermat karena umumnya pada tiap lesi pada alat kelamin,
meskipun bukan sifilis, bila diberi pengobatan lokal dapat terjadi indurasi
palsu (pseudoindurasi).
2. Sifilis stadium II
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah
sembuh. Waktu antara sifilis stadium I dan II umumnya 6-8 minggu. Kadang-kadang
terjadi masa transisi yakni sifilis stadium I masih ada saat timbul gejala sifilis stadium
II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti
nyeri kepala, demam sub febril, anoreksia, nyeri pada tulang dan nyeri leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit
yang timbul berupa makula, papul, pustul, dan rupia. Tidak terdapat vesikel dan bula,
sifilis stadium II disebut the greatest imitator of all skin disease. Selain kelainan kulit,
pada stadium ini terdapat kelainan selaput lender dan limfadenitis yang generalisata.
Diagnosis sifilis stadium II biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
serologi yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap yang positif.
3. Sifilis stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma
umumnya satu dapat multipel, ukuran miliar sampai berdiameter beberapa sentimeter.
Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral
dikelilingi jaringan granulasi dan pada bagian luarnya terdapat jaringan fibrosa,
sifatnya destruktif. Guma mengalami supurasi dan memecah serta meninggalkan
ulkus dengan dinding curam dan dalam, dasarnya terdapat jaringan nekrotik berwarna
kuning putih. Sifilis stadium ini dapat merusak semua jaringan, tulang rawan pada
hidung dan palatum. Guma juga dapat ditemukan di organ dalam, yakni lambung,
hepar, lien, paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus dibawah kulit, ukuran miliar
sampai lentikular, merah dan tidak nyeri tekan. Permukaan nodus dapat berskuama
sehingga menyerupai psoriasis tapi tanda auspitz negatif.
4. Sifilis kongenital
Treponema pallidum dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah
janin. Oleh karena langsung masuk ke peredaran darah, pada sifilis kongenital tidak
terdapat sifilis stadium I. Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini,
lanjut dan stigmata. Sifilis kongenital dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu)
setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel dan bula yang setelah memecah
membentuk erosi yang ditutupi krusta. Kelainan ini sering terdapat di telapak tangan
dan kaki, dan disebut pemfigus sifilitika. Bila kelainan muncul beberapa bulan setelah
bayi dilahirkan, kelainan berupa papul dengan skuama yang menyerupai sifilis
stadium II. Kelainan pada selaput lendir berupa sekret hidung yang sering bercampur
darah. Kelainan pada tulang, terutama tulang panjang, berupa osteokondritis yang
khas pada foto rontgen. Bisa terdapat splenomegali dan pneumonia alba. Sifilis
kongenital lanjut terdapat pada usia lebih dari 2 tahun. Manifestasi klinis baru
ditemukan pada usia 7-9 tahun dengan adanya trias hutchinson, yakni kelainan pada
mata (keratitis interstitial yang dapat menyebabkan kebutaan), ketulian N VIII, dan
gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng). Kelainan
lain berupa paresis, perforatum palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan
frontalis. Stigmata terlihat pada sudut mulut berupa garis yang jalannya radier, gigi
hutchinson, gigi molar pertama berbentuk seperti murbai, dan penonjolan tulang
frontal kepala (frontal bossing).
6. Sifilis kardiovaskular
Umumnya bermanifestasi 10-20 tahun setelah infeksi. Sejumlah 10% pasien
sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang dengan kulit berwarna lebih banyak
terkena. Jantung dan pembuluh darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian
pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini, hal ini banyak disebabkan oleh nekrosis
aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-tanda sifilis kardiovaskular adalah
insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal (aneurisma
aorta torakalis). Secara teliti harus diperiksa kemungkinan adanya hipertensi,
arteriosklerosis, dan penyakit jantung rematik sebelumnya. Bila terdapat insufisiensi
aorta tanpa kelainan katup pada seseorang berusia setengah baya disertai pemeriksaan
serologis yang reaktif, pertama kali harus dipikirkan sifilis kardiovaskuler sampai
dibuktikan lebih lanjut. Pemeriksaan serologis umumnya reaktif.
6. Neurosifilis
Penyakit ini umumnya bermanifestasi dalam 10-20 tahun setelah infeksi, walaupun
t.pallidum langsung bergerak setelah infeksi ke sistem otot dan saraf. Kelainan ini
lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi tiga jenis,
bergantung pada tipe dan tingkat kerusakan susunan saraf pusat.
• Neurosifilis asimtomatik, pemeriksaan serologis reaktif tidak ada tanda dan
gejala kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
menunjukkan kenaikan sel, protein total dan tes serologi reaktif.
• Neurosifilis meningovaskular, terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan
saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan
ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan
ukuran dan lokasi lesi.
• Neurosifilis parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis. Paresis
tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran
kerusakan parenkimatosa. Perubahan sifat diri dapat terjadi mulai dari yang
ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan
sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total dan tes
serologis reaktif. Tabes dorsalis, tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat
degenerasi kolumna posterior adalah parastesi, ataksia, arefleksia, gangguan
kandung kemih, impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong.
Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua
penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif.
F. PENEGAKAN DIAGNOSA
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis, pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap atau pewarnaan burri, pemeriksaan darah (TSS), pemeriksaan
likuorserebrospinalis, dan pemeriksaan rontgen. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan bila
didapat treponema pallidum. Pemeriksaan laboratorium dengan mikroskop lapangan
gelap sampai 3 kali (3 hari berturut-turut). Pemeriksaan lain ialah menurut burri,
kerugiannya dikarenakan kuman telah mati. Tes serologi untuk sifilis (TSS) atau
serologic test for syphilis (STS) yang klasik umumnya masih negatif pada saat lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu kemudian.
TSS dibagi dua yaitu nontreponemal (nonspesifik) dan treponemal (spesifik).
Sebagai antigen pada TSS nonspesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya veneral
disease research laboratory (VDRL), rapid plasma reagen (RPA), dan ikatan
komplemen wasserman/kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif 3-8 bulan
setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan.
Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya,
misalnya treponema pallidum hemaglutination assay (TPHA) dan treponema
pallidum immunobilization (TPI). Walaupun diberikan pengobatan pada stadium dini,
TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna
untuk membantu diagnosis.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
• Sifilis primer dan sekunder
- penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit injeksi intramuscular (2,4 juta
unit/kali) dan diberikan satu kali seminggu atau
- penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi
intramuscular sehari selama 10 hari, atau
- penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak 2 kali seminggu
• Sifilis laten
- penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit, atau
- penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit
sehari) atau
- penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
diberikan 1,2 juta unit/kali sebanyak 2 kali seminggu
• Sifilis stadium III
- penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit, atau
- penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit
sehari), atau
- penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali seminggu).
• Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin dapat
diberikan
- Tetrasiklin* 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari atau
- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau
Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:
- Tetrasiklin* 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari atau
- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
* obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak
2. Pemantauan serologi dilakukan pada bulan I, II, VI dan XII tahun pertama, dan
setiap 6 bulan pada tahun kedua
3. Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai
berikut:
- Bahaya PMS dan komplikasinya
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarkan lagi
- Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang.
H. ALTERNATIF PEMILIHAN OBAT SIFILIS
1. Doxicor kaplet 50 mg, 100 mg
Kandungan :Doxycycline monohydrate, 100 mg
Indikasi: Infeksi sal napas, pneumonia, bronkitis & sinusitis kronik, ISK, akne
vulgaris, penyakit menular seksual; sebagai terapi alternatif utk GO & sifilis;
infeksi pada mata & riketsia
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas. Hamil & laktasi. Anak <8 thn.
Efek Samping: Gangguan Gl, fotosensitivitas, peningkatanBUN;anemiahemolitik,
trombositopenia, neutropenia,eosinofilia;reaksi hipersensitivas
Perhatian: Penggunaan selama hamil & laktasi & pd anak <8 thn dpt menyebabkan
diskolorisasi permanen. Penyakit hati; penggunaan bersama obat
hepatotoksik. lakukan evaluasi terhadap sistem organ scr periodik, termasuk
hematopoietik, ginjal, & hati pd terapi jangka panjang. Berikan bersama
makanan untuk meminimalkan iritasi lambung
Dosis: Dewasa & anak 8 thn dg BB >45 kg Awal 200 mg sebagai dosis tunggal atau
100 mg 2 x/hari diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari dosis tunggal
atau 50 mg 2 x/hari. Anak 8 tahun dengan BB < 45 kg A A mg/kg BB/hr
dalam 2 dosis terbagi pada hari ke-1 diikuti dengan 2.2 mg/kgBB pada hari
berikutnya. Infeksi GO, uretra, endoserviks, atau rektal tanpa komplikasi 100
mg 2 x/hari selama 7 hr. Sifilis primer & sekunder 300 mg/hari dim dosis
terbagi selama 10 hari. Interaksi: Hipersensitivitas. Hamil & laktasi. Anak <8
thn.
2. BD card kaplet 30 mg
Kandungan : Lactoferrin 100 Mg, colostrum bovine 100 Mg, echinacea angustifolia
50 Mg, vit C 50 Mg, Zn picolinate 10 mg.
Indikasi : Infeksi oleh kuman Gram positif dan negatif. Inteksi oleh kuman yang peka
terhadap tetrasiklin. Infeksi saluran nafas termasuk yang kronis: bronkitis
kronis, pneumonia interstitialis. Infeksi saluran cerna dan saluran empedu.
ISK, infeksi kulit dan jaringan lunak. Jerawat (kombinasi dg vit A atau
bensoik peroksida). Brusilosis (kombinasi dg streptomisin). Leptospirosis,
riketsiosis. Trakhoma termasuk konjungtivitis. Psitakosis, limfogranuloma
venereum, granuloma inguinal, sankre lunak, demam undulan, demam oraya,
tularemia, kolera. Kasus yg alergi thd penisilin seperti: GO & sifilis,
frambusia, listeriosis, klostridia, antraks, angina vinsen, aktinomikosis.
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap tetrasiklin. Riwayat fotodermatosis. Gangguan
hati. Hamil, laktasi.
Efek Samping: Mual, anoreksia, diare. Gangguan fungsi hati, gangguan darah:
anemiahemolitik, trombositopenia, neutropenia, eosinofilia. Fotosensitivitas,
pertumbuhan berlebihan dari jamur (kandida). Peningkatan TIK pd anak dan
dws (jarang)
Perhatian: Insufisiensi hati dan anak < 8 thn. Lakukan pemeriksaan berkala terhadap
fungsi hati dan ginjal, serta hematologi.
Dosis: Dewasa dan remaja >14 thn atau BB > 50 kg 100 mg tiap 12 jam pada hari
pertama. Dilanjutkan dg dosis pemeliharaan: 100 mg/hr dalam dosis tunggal
atau tiap 12 jam. Infeksi berat, ISK kronis Awal 200 mg/hr. Selanjutnya 100
mg/hr. Waktu antara kedua dosis tak boleh > 24 jam. Terapi dilanjutkan 1-2
hr setelah gejala klinis hilang.
3. Penicilin V tablet
Komposisi : Prokain Benzilpenisilin.
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan Gram negatif yang
rentan terhadap Benzilpenisilin.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap Penisilin.
Perhatian :
# Bayi dan usia lanjut.
# Kerusakan ginjal.
# Gagal jantung kongestif.
# Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
Interaksi obat : Probenesid, Aspirin, Fenilbutazon, Indometasin memperpanjang
waktu paruh Benzilpenisilin dalam plasma.
Efek samping: Ruam kulit, demam, urtikaria (biduran/kaligata), gatal-gatal,
anafilaksis. Gangguan saluran pencernaan, glositis (radang lidah), stomatitis (radang
rongga mulut), lidah berambut hitam, kejang, kelainan darah dan pembekuan darah,
superinfeksi.
4. Penicillin G injeksi
Komposisi : Prokain Benzilpenisilin.
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan Gram negatif yang
rentan terhadap Benzilpenisilin.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Penisilin.
Perhatian:
# Bayi dan usia lanjut.
# Kerusakan ginjal.
# Gagal jantung kongestif.
# Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
Interaksi obat: Probenesid, Aspirin, Fenilbutazon, Indometasin memperpanjang waktu
paruh Benzilpenisilin dalam plasma.
Efek samping: Ruam kulit, demam, urtikaria, gatal-gatal, anafilaksis. Gangguan
saluran pencernaan, glositis (radang lidah), stomatitis (radang rongga mulut), lidah
berambut hitam, kejang, kelainan darah dan pembekuan darah, superinfeksi.
H. PENULISAN RESEP
Rina Anggraini S.Ked
NIM 205.12.1.0019
Perum Tata surya jln.venus no 12 malang
Praktek setiap hari pagi jam 06.00-08.00

R/ Penisilin G amp fl No III


S imm
Ra #
R/ Aquabidest fl No. III
S imm Ra #
R/ Spuit injeksi 5 cc No. III
S imm
Ra
Pro : Tn. G
Umur : 35 tahun
Alamat : Malang
I. PEMBAHASAN OBAT
Prokain benzilpenisilin, atau penisilin prokain, adalah kombinasi dari
benzilpenisilin dengan prokain agen anestesi lokal. Obat disuntik melalui otot, secara
lambat akan diserap ke sirkulasi dan dihidrolisa menjadi benzilpenisilin. Kombinasi
ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman karena suntikkan
penisilin yang banyak ke dalam otot. Indikasi spesifik untuk prokain benzilpenisilin:
• Sifilis
• Infeksi saluran pernapasan
• Selulitis
Alasan dipilihnya obat ini adalah dari ilustrasi kasus didapatkan bahwa pasien
masuk dalam stadium sifilis primer, yaitu dengan didapatkan anamnesa keluhan
utama terdapat benjolan pada kelaminnya, dan tidak nyeri dan tidak gatal sejak
seminggu ini. Menurut pengakuan Tn. G kurang lebih 1 bulan yang lalu berhubungan
badan dengan PSK tanpa menggunakan kondom. Ini menunjukkan masa inkubasi
bakteri sifilis pada stadium primer adalah selama 3 minggu sampai timbulnya gejala.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis pada kelamin ditemukan
papul berukuran 1 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, dan kulit di
sekitarnya tidak ada tanda-tanda radang. Indolens atau tidak nyeri pada benjolan
merupakan ciri khas dari stadium sifilis primer. Sedangkan pilihan pengobatan sifilis
primer dan sekunder antara lain:
- penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit injeksi intramuscular (2,4 juta
unit/kali) dan diberikan satu kali seminggu atau
- penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi
intramuscular sehari selama 10 hari, atau
- penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak 2 kali seminggu

DAFTAR PUSTAKA

Hardin, s. Gejala penyakit kelamin sifilis. Diakses dari www.google.com tanggal 1


desember 2010
Notobroto. 2003. Doksisiklin. Diakses dari http://adln.lib.unair.ac.id. tanggal 1
desember 2010
Kapita selekta kedokteran. 2005. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai