Manajemen Parti
Manajemen Parti
A. DESENTRALISASI
1. Deskripsi
Desentralisasi merupakan bahwa derajat otoritas ditujukan ke
bawah suatu organisasi pada divisi, cabang, pelayanan, dan unitnya.
Desentralisasi melibatkan komponen-komponen manajemen mulai dari
planning, organizing, leading, dan controlling atau evaluating. Hal ini
melibatkan delegasi kekuasaan, otoritas, tanggung jawab, dan
akuntabilitas. Desentralisasi fungsi-fungsi ini mewakili filosofi
manajemen dan mencerminkan gaya manajemen dari Chief Executive
Officer dan Chief Nurse Executive. Desentralisasi dalam organisasi
bervariasi dalam derajat namun tidak sepenuhnya. Top management
menanggung suatu tanggung jawab yang sangat besar untuk kesuksesan
sebuah organisasi dan pencapaian tujuan, sasaran, hasil, dan untung atau
rugi.
3. Alasan Desentralisasi
Organisasi-organisasi pelayanan kesehatan merupakan salah satu diantara
yang paling kompleks di dunia. Karena kompleksitasnya meningkat,
keputusan lebih baik dimenej dari tempat khusus dari departemennya.
Komunikasi tidak harus berjalan atas bawah menurut hirarki organisasi.
3
Suara untuk keputusan dapat dibuat dan diambil secara lebih tepat apabila
pengambilan keputusan didesentralisasikan.
Variasi dan kedalaman permasalahan manajemen keperawatan
telah meningkat. Keperawatan pasien harus tetap berjalan; keterlambatan
prosedur diagnosa atau perawatan dapat memperlambat kesembuhan,
karenanya meningkatkan biaya. Staffing adalah proses yang rumit yang
harus diperhitungkan melalui banyak variabel, beberapa dokter yang
sering tidak masuk karena pergi mengajar, libur, atau sakit; fluktuasi
musiman yang dihasilkan dari faktor-faktor seperti liburan sekolah, sifat
tak menentu untuk kondisi seperti serangan jantung, stroke, trauma, dan
kanker; persyaratan pembayaran pada pihak ketiga; peraturan pemerintah,
dan kebijakan mengenai pasien dan karyawan; koordinasi berbagai
kegiatan; peningkatan teknologi dengan peningkatan spesialisasi; tekanan
lingkungan dan manusia; kerumitan mengatur manusia, termasuk mereka
dengan dua karir sebagai perawat dan rumah tangga; keluhan-keluhan;
perbaikan kualitas; dan pengembangan staff.
Objek desentralisasi keperawatan adalah untuk mengatur
keputusan di dalam areanya, karena itu akan memfasilitasi komunikasi
dan keefektifannya. Desentralisasi juga mendukung klarifikasi dari peran
untuk mencegah overlapping dan duplikasi pekerjaan perorangan.
Beberapa studi menunjukkan pembuatan keputusan secara
desentralisasi meningkatkan produktivitas, memperbaiki semangat kerja,
meningkatkan tingkah laku yang baik, dan mengurangi absensi. Dapatlah
disimpulkan bahwa keputusan desentralisasi baik bagi institusi pelayanan
kesehatan karena hal ini baik untuk personil keperawatan. Penelitian
tentang desentralisasi dalam pengambilan keputusan menegaskan
hipotesis bahwa ini mempertinggi peningkatan job (job enrichment) dan
job enlargement.
Desentralisasi adalah pemberian wewenang. Tom Peters
menyarankan hal-hal berikut dalam pemberian wewenang pada karyawan:
4
B. MANAJEMEN PARTISIPASI
Ketika top management menerapkan filosofi pengambilan keputusan
yang desentralisasi, tahapan di set untuk melibatkan lebih banyak orang –
mungkin juga seluruh staff – dalam pengambilan keputusan pada level dimana
suatu aksi muncul. Baik desentralisasi maupun manajemen partisipasi
mendelegasikan otoritas dari top manajer ke bawah ke orang-orang yang
memberi laporan pada mereka. Dalam melakukan hal itu, tujuan atau
tanggung jawab diidentifikasi, otoritas dibolehkan, dan obligasi atau tanggung
jawab dibuat dengan penerimaan. Karyawan dihitung terhadap hasilnya.
Dalam keperawatan, seperti di organisasi lain, delegasi membantu
perkembangan partisipasi. Seorang perawat profesional dengan otoritas yang
terdelegasi akan menghubungi departemen lain untuk memecahkan masalah
dalam memberikan pelayanan. Perawat profesional tidak perlu pergi menemui
kepala departemennya, yang pada gilirannya juga akan menghubungi kepala
departemen pelayanan yang lain, yang akan menimbulkan komunikasi
menjadi macet. Orang-orang terdekat dengan masalah yang
menyelesaikannya. Inilah yang merupakan efisiensi dan cost-effective
management.
Beberapa ciri-ciri manajemen partisipasi.
1. Kepercayaan
Manajemen partisipasi didasarkan pada filosofi kepercayaan. Karyawan
dipercaya dapat menyelesaikan tugasnya, dengan laporan perkembangan
secara periodik dan review akhir dengan manajemen. Waktu dan jumlah
partisipasi harus diatur untuk mengendalikan stress. Keseluruhan tugas
atau keputusan harus didelegasikan sebanyak meungkin. Lebih dan lebih
banyak lagi perawat-perawat profesional ingin mengendalikan praktek
keperawatan mereka. Manajer dapat memfasilitasinya dengan mengajari
mereka membuat rencana operasional yang lengkap, termasuk menyusun
prioritas dan membuat tenggat waktu. Rencana-rencana itu memberikan
6
2. Komitmen
Keterlibatan personal dalam mengatur pelayanan keperawatan
menghendaki komitmen dari pimpinan perawat dan manajer perawat yang
lain. Para manajer harus terlihat jelas oleh semua staff, menyokong dan
memelihara mereka dalam proses. Sebaliknya, staff juga harus
berkomitmen, karakteristik yang akan mereka bentuk dari kerjasama
dengan manajer yang berkomitmen. Mereka memperoleh komitmen ini
dengan melihat bos-bos mereka yang berada di luar level produksi tempat
dirawatnya pasien, dari kerjasama dengan kolega mereka dan manajer-
manajer dalam semangat kerjasama tim, dan the sense of accomplishment.
Komitmen keperawatan yang datang dari pengetahuan tentang tujuan
organisasi adalah pelayanan pasien dan bahwa para manajer bekerja
dengan perawat dalam memberikan pelayanan tersebut. Staf bersama-sama
dalam mengambil keputusan dan datang dengan konsensus dengan para
bos. Pengalaman dalam partisipasi ini menyemangati mereka dan
7
membawa mereka masuk sehingga mereka tidak ingin malas atau asal-
asalan. Komitmen memberikan inspirasi bagi staf untuk tekun, menonjol,
dan produktif. Di bawah manajemen partisipasi, komitmen diperoleh,
tidak dihilangkan.
4. Otonomi
Otonomi adalah pernyataan tentang kemandirian, bertanggung jawab,
otoritas, dan memperhitungkan kerja sesuai jam kerja seseorang.
Karyawan profesional menunjukkan keinginan mereka terhadap otonomi
untuk mempraktekkan profesi mereka dan dalam membuat keputusan
tentang pekerjaan mereka. Mereka tidak ingin keputusan mereka dibuat
untuk mereka oleh administrator rumah sakit, dokter, atau yang lainnya.
8
Mereka ingin diperlakukan sebagai partner yang sejajar dan kolega dalam
sistem pemberian penjagaan-kesehatan. Keinginan untuk otonomi ini telah
meningkat karna perawat telah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan baik dan memanfaatkannya dengan hasil yang
efektif.
Perawat-perawat profesional menginginkan kontrol yang
terotonomi terhadap kondisi-kondisi yang berada dalam pekerjaan mereka,
termasuk tahap dan isinya. Kondisi-kondisi itu sering bermasalah dengan
peranan koordinasi manajemen, konflik yang dalap diredakan dengan
melibatkan perawat profesional dalam koordinasi mendelegasikan
aktivitas-aktivitas.
Perawat profesional berkeinginan mengasumsikan dan menerima
tanggung jawab dan tetap terhitung. Mereka ingin otoritas, kekuasaan
yang benar dan sah, untuk memenuhi tanggung jawabnya. Otoritas ini
datang dari keahlian pengetahuan, keterampilan, lisensi, posisi, dan teman
sejawat mereka.
Otonomi perawat-perawat profesional merupakan bukti dalam
organisasi dimana manajemen mempercayai perawat dengan memberi
mereka kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan
dalam lingkup pengetahuan mereka. Karenanya perawat bebas melatih
otoritas mereka. Kebebasan ini disahkan oleh hukum departemen mereka
dalam job description, penilaian kinerja mereka, dan dukungan manajemen
terhadap keputusan mereka. Tindakan mandiri perawat termasuk
didalamnya mengakui kesalahan, melakukan tindakan untuk
memperbaikinya, dan mencegahnya untuk tidak terjadi lagi.
Perawat profesional dapat bertanggung gugat terhadap konsekuensi
tindakan-tindakan mereka. Akuntabilitas adalah “pemenuhan kewajiban
formal untuk menyingkap penyerahan tujuan-tujuan, prinsip-prinsip,
prosedur, hubungan, hasil, income, dan ekspenditur yang dipunyai
seseorang pada orang lain.
9
lintas fungsi organisasi, jadi manajer harus mengurus kualitas susunan lateral.
Ini termasuk integrasi fungsi-fungsi garis dan staff, seperti produksi dan
pemasaran atau produksi dan edukasi.
Perusahaan kecil sekalipun mendaftarkan pekerja garis depan sebagai
peserta aktif dalam memikirkan lagi bisnis, pekerjaan organisasi, dan merekrut
pegawai baru. Pekerja garis depan diberikan berbagai informasi sebagai
gambaran sales bulanan dan laporan keuangan perempat bulan. Desentralisasi
dan partisipasi dan memberi wewenang karyawan memberntuk turmoil. Para
manajer merespon enggan terhadap training dan pelatihan. Beberapa
perusahaan merekrut karyawan baru hanya setelah interview karyawan dan
pengesahan (sejalan dengan perspektif manajer dan profesional personal).
Ketika tim merekrut anggota, mereka memerlukan training untuk memastikan
hukum rekrut tidak dilanggar.
1. Training
Manajer pada semua level keperawatan harus bergabung ke filosofi
manajemen partisipasi jika ingin sukses. Semua manajer dan karyawan
harus mencairkan sistem prilaku dan penilaian yang sekarang. Proses
pencairan ini memerlukan program training yang menyeluruh dan
direncanakan secara matang. Training akan meningkatkan rasa keamanan
kerja dengan mempersiapkan semua orang untuk perubahan peranan. Staff
pada semua level berlajar tentang alasan manajemen partisipasi, untung
dan rugi, dan penanan yang akan mereka mainkan.
Manajer mungkin akan merasa terancam oleh konsep manajemen
partisipasi jika mereka merasakan bahwa otoritas mereka dihilangkan.
Program training mereka akan perlu mengkaji kompetensi mereka. Ini
termasuk mengembangkan kemampuan mereka berterus terang dengan
karyawan dan kemauan mengakui kesalahan di masa lampau, dan
mendukung kontribusi dari karyawan mereka dan dipengaruhi oleh
mereka. Manajer perlu belajar menerima eksistensi pekerjaan mereka.
Lebih dari seribu bisnis di Amerika terlibat dalam beberapa bentuk
manajemen partisipasi. Banyak organisasi keperawatan bergabung dalam
15
4. Komunikasi
Komunikasi yang bagus dalam organisasi keperawatan perlu bagi
program partisipasi karyawan yang efektif. Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang efektif; ini bukti karyawan yang diberitahu tentang bisnis
keperawatan. Karyawan itu mengetahui apa yang manajemen katakan dan
apa maksud manajemen. Manajemen tahu bahwa karyawan mengatakan
dan bagaimana ini bertemu dengan persepsi manajemen bekerja untuk
mengembangkan. Komunikasi yang pecah menyebabkan stress dan
membawa kerugian ekonomis langsung melalui prduktivitas yang rendah,
keluhan, absensi, perpindahan karyawan yang tinggi, dan pekerjaan yang
melambat. Struktur organisasi datar memajukan komunikasi yang efektif.
Partisipasi mempertinggi komitmen dan komunikasi antar departemen.
Desentralisasi menghendaki pergeseran dari kerangka utama proses
informasi menjadi sistem terdistribusi atau komputer yang lebih kecil. Ini
meningkatkan fleksibelitas dan kontrol pada level organisasi lebih rendah,
memberikan user perasaan kepemilikan sistem yang lebih tinggi. Paket
18
Penerimaan
Faktor Tak Terduga Bersifat Individual
Kinerja
Inovasi dan
Produktivitas
Tantangan
Semua kerugian ini akan teratasi oleh pimpinan eksekutif perawat yang
mempersiapkan dan mengimplementasikan suatu rencana dengan supervisor
dan edukator yang telah disiapkan secara psikologis, politis, dan secara teknis.
pimpinan eksekutif perawat memilih dan mengembangkan orang-orang kunci
(manusia yang mengembangkan manusia), yang bekerja untuk jangka panjang
ke depan dan dapat diakses.
21
2. Personalisasi
Personalisasi merupakan suatu strategi yang berfokus kepada orang-
orag dan pengetahuannya, bukan pada jumlah dan situasi politik. Para
penggunanya menekankan rasa empati dan melibatkan para profesional
dalam pembuatan keputusan kritis yang akan mempengaruhinya.
Kesempatan bagi pengembangan karier dipermudahkan dengan peng-
iklanan pekerjaan, perpindahan, pemberian umpan balik kepada pelamar
pekerjaan, mengizinkan dan menyediakan pengembangan dan pelatihan
secara bebas, dan promosi para pekerja berdasar pada ukuran yang
objektif.
3. Keperawatan Primer
Keperawatan primer sebagai suatu modalitas pelayanan keperawatan
membuat pekerjaan keperawatan bermanfaat, meningkatkan harga diri
perawat melalui penyelenggaraan fungsi secara lengkap, memberikan hasil
kerja pribadi, dan merealisasikan hubungan kolegial dan kolaboratif.
Model Keperawatan yang lainnya yang cocok dengan manajemen
partisipasi adalah modul keperawatan, tim keperawatan, manajemen kasus,
dan model praktek kolaboratif.
Model-model Tim
OBJEKTIF
SUPERVISOR
NILAI-NILAI
UMUM
Aggota
Tim
Aggota Aggota
Tim Tim
Aggota Aggota
Tim Tim
Aggota
Tim
Tradisional Self-Directed
Top-down Bottom-up
26
Unilateral Konsensus
Fokus sempit Gambaran luas
Pelatihan dibatasi Pelatihan berkelanjutan
Move up Move around
Ketidakberdayaan Kewenangan
Didikte/puas Ditantang/inovatif
Kompetisi internal Kompetisi eksternal
Bekerja sama Bekerja dan merayakan/menikmati
3. Pembagian kekuasan (shared governance) tidak mempunyai lokus
kontrol. Tanggung-jawab suatu peran melekat dalam peran tersebut.
4. Model seharusnya lebih didasarkan kepada klinik daripada
organisasi adminsistaratif.
5. Governance harus merupakan wakil secara alami, bukannya secara
demokratis.
6. Wakil harus dipilih, bukannya memilih.
7. Di depan hukum perlu menyediakan suatu sistem pengecekan dan
penimbangan, dan mereka harus diluluskan melalui suatu voting
dengan suara terbanyak dari seluruh staff keperawatan.
6. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Sebagai strategi yang terintegrasi secara desentralisasi dan vertikal
dilaksanakan dalamorganisasi pelayanan kesehatan, terdapat suatu peluang
yang besar untuk perawat-perawat professional untuk terlibat dalam
kewirausahaan. Perawat dapat membentuk perusahaan-perusahaan kecil
dengan dukungan dari agensi pemerintahan dan perusahaan swasta.
Sebagaimana perusahaan memerlukan modal proyek dengan persiapan
28
H. KESIMPULAN
Desentralisasi memberikan otoritas dan diarahkan kepada unit operasional
dari suatu organisasi. Organisasi ala Jepang mempraktekan desentralisasi melalui
konsensus dalam pengambilan keputusan di dalam manajemen. Desentralisasi di
dalam organisasi keperawatan akan memfasilitasi komunikasi dan keputusan
efektif, dan menjelaskan peran.
Peningkatan produktivitas, peningkatan moril, peningkatan sikap yang baik
dan mengurangi ketidakhadiran merupakan produk dari pengambilan keputusan
secara desentralisasi. Desentralisasi mendukung manajemen partisipasi,
karakteristiknya adalah kepercayaan, komitmen, melibatkan karyawan dalam
penyusunan tujuan dan sasaran, otonomi, melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan, berubah dan berkembang, kemurnian, dan kreativitas.
Organisasi desentralisasi dan partisipasi biasanya berupa mendatar atau
horizontal, berpusat pada karyawan, berpusat pada hubungan. Organisasi ini juga
secara vertikal terintegrasi dalam rangka meningkatkan pendapatan produksi
dengan cara mengembangkan pemasaran baru bagi organisasi pelayanan
kesehatan.
Pelatihan merupakan hal yang esensial terhadap suksesnya manajemen
partisipasi disebabkan karena manajer seringkali merasa terancam oleh kehilangan
otoritasnya. Sehingga manajer harus mempersiapkan peran barunya. Praktik
perawat memerlukan kemampuan berperan sebagai kolaborator dalam manajemen
organisasi keperawatan dan institusi pelayanan kesehatan. Dengan datangya peran
baru maka akan meningkatkan akuntabilitasnya dalam pelaksanaan praktik bagi
perawat. Sehingga para manajer menjadi fasilitator.
30