PR
PR
Nama pembicara adalah Linda Amalia Sari, S.IP (Mentri Pemberdayaan Wanita dan
Perlindungan Anak) yang diwakili oleh Ibu Sri Haryatie (Asisten Staff Ahli Deputi
4 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Arist
Merdeka Siraid (Sekretraris Komnas Perlindungan Anak), dan Dra. Dani
Krisnawati, S.H, M.Hum (Dosen Fakultas Hukum UGM).
Dalam talk show ini diangkat beberapa isu mengenai perlindungan anak, seperti anak
yang berhadapan dengan hukum, perlindungan anak, dan peran pemerintah.
Tidak jarang kita temui dalam media petelevisian maupun cetak, bahwa kondisi
penegakan hukum terhadap anak-anak memunculkan banyak pertanyaan besar.
Apakah memang hukum di Indonesia dalam memperlakukan anak-anak dihadapan
hukum selalu harus menemui sanksi berupa pidana? Banyak pula yang tidak diketahui
masyarakat awam mengenai hak-hak yang seharusnya diperoleh anak dalam
berhadapan dengan hukum (pengadilan).
Apa yang dimaksud dengan anak? Anak memperoleh banyak penafsiran dalam
Undang-Undang. Umur anak dalam UU Perkawinan dan UU Ketenagakerjaan
berbeda karena melihat dari kepentingan UU itu sendiri. Namun, dalam UU
Perlindungan Anak, anak-anak adalah mereka yang berumur 18 tahun ke bawah
sampai dengan janin dalam kandungan. Melihat dari ketentuan tersebut, maka 78%
populasi Indonesia adalah anak-anak yang harus dilindungi oleh orang tuanya dan
lingkungan sekitar. Namun, dari pantauan dan pelaporan yang sampai pada Komnas
Anak, ditemukan bahwa kekerasan yang diperoleh anak-anak adalah sebanyak 68%
mengalami kekerasan seksual yang diterima dari orang-orang terdekatnya, sementara
pada kasus penelantaran mayoritas justru datang dari kalangan atas atau kalangan
elite. Hak-hak anak yang seharusnya diperoleh tanpa diskriminasi adalah: hak paling
dasar yaitu hak untuk hidup, dimana di dalamnya mencakup hak untuk tumbuh dan
berkembang dengan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Hanya saja,
dalam praktek hal ini sangat sulit untuk dipantau dan ada saja rumah sakit yang
melakukan penyanderaan terhadap anak karena ketidakmampuan orang tua dalam
membayar biaya rumah sakit. Dalam kondisi seperti inilah, diperlukan kerjasama
LSM anak dan peran Komnas Anak dibutuhkan.
Diakui oleh kemetrian, bahwa sosialisasi kebijakan dalam hal perlindungan anak
belumlah maksimal dikarenakan tidak dapat menembus pada tataran paling bawah.
Selain itu, karena tugas kementrian tidak mengkhususkan pada bidang tertentu dalam
kaitannya dengan anak, oleh karena itu bentuk penanganan yang dilakukan oleh
kementrian bukanlah penanganan lapangan. Kementerian dibantu dan berkoordinasi
dengan Lembaga Masyarakat seperti KPAI yang melakukan pengawasan terhadap
bidang perlindungan anak juga dalam kaitannya dengan daerah maka berkoordinasi
dengan Pemerintah Daerah. Kemudian, dalam hal kasus traficking, kemerntrian
bekerja sama melakukan kesepakatan dengan gubernur-gubernur untuk memutus
rantai traficking. Sementara dalam hal anak yang berhadapan dengan hukum,
kementrian bekerja sama dengan kementrian kesehatan dan pendidikan untuk
melindungi hak pendidikan dan kesehatan anak-anak yang berada di lapas, serta
melakukan sosialisasi mengenai paradigma masyarakat mengenai lapas anak bahwa
lapas anak bukanlah tempat menghukum melainkan pembinaan.
TUJUAN
Dengan menyelenggarakan diskusi ini diharapkan akan tercapai beberapa hal, antara
lain:
1. Membangkitkan rasa peduli dan mengingatkan Masyarakat bahwa hak hak anak
banyak yang telah dilanggar