eramuslim - , Disayang suami? Siapa yang tidak mau. Kasih dan sayang
adalah wujud nyata cinta seorang suami kepada istrinya. Dengan karunia kasih dan sayang
pula, rumah tangga bak surga yang senantiasa menghadirkan kesejukan. Namun ternyata,
tidak sedikit istri-istri yang merasa kesulitan mendapatkan kasih sayang suami itu. Atau
setidaknya, mulai merasa 'ada yang hilang' dari hati suami dibanding tahun-tahun pertama
mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh keindahan
selama kira2 hampir 2 hari, setelah dengan terpaksa rahimnya pun diangkat untuk
menghentikan perdarahan pasca melahirkan yang tidak juga berhenti,...akhirnya Jum'at tadi
pagi kira2 jam 6 lebih, selesailah perjuangannya. Ya Tuhan begitu cepat Engkau mencabut
kebahagiaan yang tengah dirasakan keluarga muda teman saya itu.
Istri teman saya, mbak Nur itu mengalami perdarahan pasca melahirkan, yang sesungguhnya
umum terjadi pada sebagian wanita yang baru melahirkan. Perdarahan bisa terjadi karena
infeksi plasenta, kelainan darah dan proses kelahiran yang terlalu cepat, ini yg saya baca pada
sebuah majalah wanita yang membahas tentang perdarahan pasca melahirkan. NAmun yang
terjadi pada Mbak Nur berbeda. Otot rahimnya tidak mampu bekerja, baik untuk
mengeluarkan bayi dari rahimnya, sehingga harus dilakukan operasi cesar untuk kelahiran
bayinya, maupun untuk mengerut/mengecil kembali setelah melahirkan. Akibatnya pembuluh
darah yang pecah pada proses kelahiran dan seharusnya tertutup kembali seiring dengan
mengecilnya rahim (mengerut), tidak bisa tertutup kembali, sehingga darah terus keluar dari
pembuluh darah di rahim tersebut. Tranfusi lebih dari 20 kantung darah dari PMI yang
diberikan ke tubuhnya, dimana umur darah telah lebih dari 8 jam sehingga tidak lagi
mengandung pembeku darah, ternyata tidak mampu mengatasi keadaan hilangnya darah terus
menerus dari tubuhnya. TErmasuk dengan operasi pengangkatan rahim, sebagai sumber
terjadinya perdarahan, yang terpaksa dilakukan dokter untuk mencoba mempertahankan
nyawanya. Alloh berkehendak lain. Operasi pengangkatan rahim hanya mengurangi kecepatan
perdarahan tetapi tidak ada tanda2 akan berhentinya perdarahan. Darah terus mengalir dari
vagina seperti air yang mengalir dari kran air yang bocor karena tidak bisa membeku.
Akhirnya,..dengan keadaan yang semakin kritis, krn tubuh juga tidak mampu lagi berfungsi
mengolah segala bantuan infus makanan, tranfusi darah, trombosit dan plasma, yang diberikan
ke tubuhnya,..dihadapan suaminya yang harus menguatkan diri, dilepaslah bantuan oksigen
pada mbak Nur,...dan dengan bacaan Laa ilaha illalloh yang dibantu suaminya, mbak nur
akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, dalam keadaan nifas, dan di hari Jum'at.
Kematian yang disaksikan chusnul chotimah.
Apapun alasan medis untuk menjelaskan kematian Mbak Nur, yang pasti,...Alloh lah yang
berhak atas umurnya seseorang. Ketika sebagian pasien rumah sakit yang mengalami sakit
bertahun2 menginginkan datangnya kematian dengan segera untuk menghilangkan sakitnya,
ketika beberapa orang tua sekali yang sudah lemah dan siap mati, juga menginginkan
kematian,....Alloh masih memberinya umur. Tetapi seorang wanita yang baru berusia 25
tahun, yang secara fisik masih sehat dan kuat, seorang istri yang sedang bahagianya
mempunyai sebuah keluarga baru dengan seorang bayi laki-laki yang baru dilahirkannya,
seorang istri yang mungkin sedang mendapatkan puncak limpahan cinta dari suaminya,
....Alloh hentikan semuanya itu dengan cepat,....5 hari di rumah sakit, dan usia pernikahan
yang belum genap satu tahun. Betapa manusia tidak akan pernah bisa menduga kapan
kematiannya akan datang.
PAda sisi lain,...betapa irinya saya dengan pahala seorang wanita yang telah manjadi ibu.
MAlaikat pun tidak bisa mengira2 besarnya pahala seorang wanita sejak dia merasakan
'sulitnya' masa kehamilan 9 bulan lebih yang harus dilewati dengan mual, pusing, tidak bisa
tidur, membawa beban di perutnya yang semakin membesar dan memberat, saat2 melahirkan
yang antara hidup dan mati, dan saat2 menyusui yang melelahkan, dan seterusnya tugas
seorang ibu ketika merawat anak2nya. BEtapa irinya saya dengan kematian Mbak Nur yang
merupakan mati syahid, mati dengan darah nifas setelah melahirkan, betapa iri saya dengan
kematiannya yang jatuh pada hari Jum'at, kematian yang melindunginya dari siksa kubur. Dan
betapa saya memahami Adilnya Alloh, dengan dalilNya " Sorga di bawah telapak kaki ibu". Ya
Alloh, seandainya saya boleh memilih 'cara mati' saya supaya 'sebaik matinya istri teman saya',
Mbak Nur itu.
Peristiwa tersebut mengingatkan, betapa sangat wajarnya perintah Alloh bahwa kita harus
taat dan hormat pada ibu kita, bahkan nabi mengatakannya 3x untuk taat dan hormat pada
ibu, sebelum pada bapak. Kadang kita merasa betapa cerewetnya ibu kita, betapa
pemarahnya, betapa bawelnya ,....dan lain-lain yang terasa tidak enak buat kita,...sampai2
kita lupa betapa sayangnya ibu kita, betapa perhatiannya ibu kita, betapa sabarnya ibu kita.
Kita lebih sering melupakan kebaikan dan perjuangan ibu kita dalam membesarkan kita,
daripada mengingatnya. PAdahal, kalo pun kita memberi hadiah sebesar dan sebanyak apapun,
itu nggak akan pernah bisa membayar apa yang telah ibu berikan pada kita, sejak kita dalam
kandungannya. Sahabat nabi yang menggendong ibunya yang sudah tua untuk ibadah haji pun,
menurut nabi, belum bisa membayar setetes pun air susu ibunya.
JAdi, teman2 wanita jamaah, bersyukurlah menjadi wanita, apalagi yang telah mendapat
kesempatan menjadi ibu. Limpahan dan kesempatan pahala yang sangat luar biasa, dan
kedudukan yang mulia di akherat. Nggak usahlah berpikir 'tertindas atau terlecehkan' ketika
diwayuh, ketika mendapat harta waris hanya setengahnya dari bagian laki2, ketika denger
dalil 'penghuni neraka kebanyakan wanita', atau ketika nabi berkata 'seandainya manusia boleh
sujud pada manusia, maka akan diperintah seorang istri supaya sujud pada suaminya'. dan
lain-lain yang kadang2 terasa merendahkan wanita. Alloh adalah sangat Maha Adil. KEtika di
dunia seorang wanita terasa 'rendah' dibanding laki-laki, di akherat Alloh memberikan
kedudukan yang sangat mulia, sampai2 Alloh menyatakan SORGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU,
...ibu,...yang notabene ya adalah wanita. So, selalu lah sabar dan tabah dalam menghadapi
cobaan sebagai wanita, apapun bentuknya. KEtika terasa sangat berat dalam cobaan, selalu
berusahalah berpikir tentang Alloh, cuma Alloh lah tempat kembali yang paling bisa membuat
kita kuat, tabah, sabar, ridho dengan keadaan hidup kita. Sebagai wanita, kita juga punya
kesempatan yang sangat besar untuk bisa mulia di sisi Alloh.