PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu
tempat atau lokasi yang tepat untuk suatu perisahaan atau
perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan
memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi
tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan
suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai break
even point lokasi tersebut.
Contoh :
Penyelesaian :
ROUTING SHEET
Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik
adalah pembuatan routing sheet.
Routing sheet ini digunakan untuk :
1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan
2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam
usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan.
Contoh Tabel Routing Sheet :
GUDANG
Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang
untuk receiving dan shipping, dimana pada masing-masing
gudang tersebut dihitung tempat yang paling memungkinkan
dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan
ditempatkan, ditambag dengan allowance yang diperlukan.
Dilihat dari cara penyimpanannya terdiri atas dua bagian,
yaitu rak dan tumpukan.
Tumpukan
Contoh :
Penyelesaian :
Rak
Jika untuk ukuran material diatas dibatasi dengan ukuran
rak; Ukuran rak 80 x 200 x 100 cm
Maka :
80 x 200 x 100 = 1.600.000 cm2
1.600.000 / 80.000 = 20 unit material
maka untuk 100 unit = 100 / 20 = 5 buah rak
Luas gudang = 5 (80 x 200) = 80.000 cm2
= 80.000 + (80,000 x 200%) = 240.000 cm2
OUTFLOW
Ialah untuk melihat koefisien ongkos yang keluar dari
suatu mesin
KE A B C D
DARI
A XXXXXX 0.25 0.6 1.5
B - XXXXXXX - 2
C - 0.5 XXXXXXX 0.5
D 0.3 - - XXXXXXX
Ongkos dari A ke B 10
Ongkos A – B = =
Ongkos yang keluar dari B 40 = 0,25
30
A–D= 20
= 1,5
INFLOW
Ialah untuk melihat koefisien ongkos yang masuk dari ke
mesin
KE A B C D
DARI
A XXXXXX 0.33 1.0 0.37
B - XXXXXXX - 0.5
C - 0.66 XXXXXXX 0.12
D 1.0 - - XXXXXXX
Ongkos dari A ke B 10
Ongkos A – B = Ongkos yang masuk ke B 30 =
= 0,333
20
A–D= 20
= 1,0
Prioritas I II III IV V
A D C B
B D
C B D
D A
Teknik ARC
Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan
oleh Richard Muthe, adalah sebagai berikut :
PRODUCTION
LOCKER ROOM
TEMPLATE
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari
tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran
detail dari AAD yang telah dibuat.
Parasit/protozoa
Parasit padaTrematoda,Cestoda/
Virus
Hepatitis A, Norwalk virus dll
Mycotoxin
Aflatoxin
Kimia
Residu obat
Hormon, antibiotik, pengatur tumbuh
Residu Pestisida
Herbisida, Fungisida, insektisida
Logam berat
Merkuri, cadmium, copper dll
Fisika
Obat-obatan
Oxitetracyclin,Tricaine, larutan.forma-lin,sulfamerzin,Sulfadimethoxin
Tilapia/nila
Kimia
Aldrin/dieldrin, benzen hexachlorida, DDT, TDE, DDE, Fluridone, Nikel, Arsen, Cadmium
Obat-obatan
Oxitetracyclin,Tricaine, larutan.forma-lin,sulfamerzin,Sulfadimethoxin
Kakap
Biologi
parasit anisakis, pseudoterranova, eustrongylides
Dioksin
PSP, DSP, NSP, ASP, CFP
Kerapu
Biologi
anisakis, pseudoterranova, eustrong-ylides
Dioksin
PSP, DSP, NSP, ASP, CFP
Sumber : SEAFDEC, 1997
Dari beberapa literatur potensi hazard dari Salmonella dan Vibrio dalam budidaya udang sering terjadi
pertentangan. Dimana menurut Reilly and Twiddy (1992) dalam Mahony (1995), Salmonella dan Vibrio
hidup pada bagian tumbuhan alam (plangton) di tambak udang. Namun dari penelitian Dalsgaard et al
(1995) dalam Mahony (1995) tidak ditemukan secara nyata Salmonella pada udang maupun tambak udang.
Sedangkan dari pengujian BPPMHP (1996) Salmonella positip ditemukan pada pakan ayam, kotoran ayam
dan ikan yang memakan kotoran ayam. Dengan demikian Salmonella dapat masuk ke dalam udang/ikan
yang dibudayakan, disebabkan dari suplai air dan pakan yang terkontaminasi. Beberapa contoh potensi
hazard pada ikan/udang budidaya dapat dililhat pada Tabel 2.
Pemilihan lokasi/tempat
¯
suplai air
¯
Air ¾¾¾¾¾¾¾¾¾ Lingkungan pemeliharaan
Pengeloaan ikan/udang ï¾¾® ¯
Kondisi kolam Produksi * *Persoalan penting di produksi :
Obat/bahan kimia ¯ Pengeloaan kolam, pemberian
Panen pakan dan kesehatan udang
¯
Penerimaan
¯
Pengolahan
¯
Penyimpanan
¯
CCP Pengiriman
Gambar 1. Tahapan budidaya secara umum
Dalam proses pengolahan dan pembekuan udang bahan materialnya antara lain terdiri dari udang itu
sendiri,es,dan air.Untuk udang perusahaan langsung mendapatkannya dari para petambak udang,dalam
proses penerimaan bahan baku tidak semua udang dari petambak diterima oleh perusahaan.Ada
persyaratan-persyaratan khusus yang dikeluarkan perusahaan untuk menentukan baik atau buruknya
kualitas udang yang dihasilkan antara lain berdasarkan:
a. SNI (Standar Nasional Indonesia) artinya disini SNI tidak hanya berlaku pada tahap pengolahan dari
industry saja tetapi juga pada proses pembudidayaan ditambak yang merupakan titik awal (sebagai hulu)
dari input industri pengolahan dan pembekuan udang.Adapun SNI (standar Nasional Indonesia) yang
diberlakukan pada pembudidayaan dimulai dari kualitas airnya,kualitas benih yang ditebar,kualitas
pakan,metode atau cara pemberian pakan,perlengkapan dan peralatan sanitasiyang ada,metode atau cara
pemanenan,serta penanganan lebih lanjut sebelum udang tersebut masuk industry.
b. Standar yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri,disini setiap perusahaan mempunyai standar-standar
sendiri dalam menerima bahan baku dari luar,adapun cara yang dilakukan semua industry dalam menerima
bahan baku pada umunya yaitu proses sortirasi yaitu proses memilah-milah antara bahan baku yang bagus
dengan bahan baku yang jelek berdasarkan pengamatan visual,bau,kekompakan tubuh udang ketika ditekan
(organoleptik)
Dari kedua jenis standar yang sudah ditetapkan ,apabila bahan baku udang dari petambak memenuhi maka
akan diterima dan sebaliknya bila tidak memenuhi akan direject (ditolak).Pada sanitasi bahan untuk
mencegah kontaminasi bahan dari luar,sebaiknya perusahaan atau industry harus memperhatikan:
a. Memilih supplier yang bersertifikat (memilih bahan baku yang baik atau sesuai dengan yang dibutuhkan)
b. Melihat atau memonitoring suplier dalam proses memperoleh atau menghasilkan bahan baku tersebut.
c. Selalu ada tindakan preventif antara lain dengan adanya GMP (Good manufacturing Product) untuk
mencegah kontaminasi ulang (Man , Material , Method , Machine).Jika memang terjadi kontaminasi silang
maka produk tersebut akan ditahan untuk diproses ulang tetapi sebelumya dilihat dahulu dimana proses
yang menyebabkan kontaminasi silang tersebut untuk ditindaklanjuti agar tidak terjadi kesalahan yang
sama.
Untuk bahan baku es penting karena mencakup dari prinsip-prinsip sanitasi karena semua produk perikanan
banyak bergantung pada es dan air.Es yang berfungsi sebagai pembeku atau pendingin udang umunya
ditempatkan pada tempat pengolahan sementara pada industry.Tempat penyimpanan sementara ini dipakai
misalnya ketika datangnya bahan baku udang yang waktunya diluar jam kerja perusahaan maka tempat
satu-satunya ditampung d itempat penyimpanan sementara yang berpendingin es agar udang tidak rusak
kualitasnya.Dalam memperoleh bahan baku es ini ada perusahaan yang memproduksi es sendiri,dalam hal
ini kulitas es dapat terpenuhi sesuai keinginan perusahaan itu sendiri,selain itu perusahaan tersebut dalam
proses produksi es harus siap dengan es (ice flag) dimana 1 ice flag menghasilkan 5-10 ton/jam.Untuk
perusahaan yang memperoleh bahan baku es dari luar dapat memperoleh es dengan kualitas baik dengan
cara menetapkan standar baku mutu es yang sesuai dengan ketetapan SNI,selain itu dapat melakukan
pengawasan atau monitoring terhadap supplier tentang proses pembutan es yang dihasilkan dengan harapan
es yang dihasilkan kualitasnya layak dipakai atau tidak,selain itu dapat dilakukan sortirasi atas semua es
yang masuk dari berbagai macam supplier.
Untuk bahan baku air ini juga sangat penting karena berbagai macam proses pencucian baik alat maupun
bahan lainnya termasuk udang menggunakan air.Dalam perusahaan air dapat diperoleh dari berbagai
macam ada ynag dari PAM dan ada juga yang memperolehnya dari sumur .Adapun 4 macam penggolongan
air berdasarkan kualitasnya antara lain:
1. Golongan A,yaitu air yang lansung dapat dikonsumsi tanpa adanya proses pengolahan lebih lanjut.
2. Golongan B,yaitu air jika dikonsumsi harus dilakukan proeses pengolahan lebih lanjut.
3. Golongan C,yaitu air yang bisa digunakan untuk kegitan pertanian ,peternakan ,dan perikanan.
4. Golongan D,yaitu golongan air yang sudah tercemar dari berbagai macam limbah.
Langkah-langkah penerapan HACCP di budidaya yaitu didahului dengan memenuhi kelayakan dasar (pre-
requisite) budidaya. Kelayakan dasar ini berisi GCP (Good Culture Practices) yang mengatur kebersihan
umum, pembesaran dan penanganan. Kebersihan umum meliputi kebersihan area, pembersihan peralatan
sebelum dan sesudah digunakan dan kebersihan gudang penyimpanan. Sedangkan pembesaran dan
penanganan meliputi catatat dalam menjaga dan menyediakan : air dan penggunaan air, pakan dan
pemberian pakan, penyakit dan pengontrolan penyakit, obat-obatan dan bahan kimia dengan petunjuk
penggunaan, waktu dan periode pemberian; teknik pasca panen, pembersihan produk dengan air bersih,
temperatur produk, pencegahan kontaminasi selama panen, sortasi, transpotasi serta kelambatan
penanganan seminim mungkin. Secara garis besarnya, alur proses budidaya terdiri dari pemilihan
lokasi/tempat budidaya, suplai air, pengelolaan lingkungan ikan/udang yang dipelihara, produksi dan panen
(Gambar 1).
Pada periode pemeliharaan udang, waktu pemeliharaan selama 3 – 4 bulan. Sedangkan tahapan yang
dilakukan meliputi persiapan kolam (pengeringan, pengapuran, pembrantasan predator dan lain-lainnya),
pemasukan air, penyediaan benih/benur, pemberian pakan, perawatan udang (antibiotik, bahan kimia dsb),
penggantian air secara berkala, panen, sortasi, pengepakan dan transpotasi ke unit pengolahan. Titik-titik
kritis (CCP) yang ada pada alur proses terjadi pada waktu pemeliharaan/pembesaran (growing), dimana
pekerjaan yang terdapat pada tahap pemeliharaan adalah pengantian air, pengeloaan udang, kondisi kolam
dan penggunaan obat/bahan kimia. Hazard yang potensial adalah Salmonella yang disebabkan oleh suplai
air, pakan dan pupuk. Untuk itu perlu menguji penyebab hazard tersebut secara berkala, sedangkan
tindakan koreksinya adalah dengan mentreatment atau mencegah hazard tersebut masuk kedalam tempat
pemeliharaan. Hazard lain selama pembesaran adalah adanya residu antibiotik atau bahan kimia. Untuk itu
perlu dilakukan pencegahannya dengan mengisolasi ikan yang tercemar sampai residu tersebut hilang.
Sedangkan pada panen dilakukan secara manual dengan memberikan es pada udang-udang yang
ditangkap,disortasi dan dipak dalam es, kemudian dikirim ke industri pengolahan. Hazard yang potensial
adalah kontaminasi Salmonella dan adanya benda asing (kaca, rambut, kayu dsb). Generic hazard pada
budidaya dapat dilihat Tabel 3.
Kontaminasi biologi
Pembesaran
- Kondisi kolam
Kontaminasi kimia
GMP
- Suplai air
Salmonella
CCP
- Pakan/pupuk
Salmonella
CCP
- Penggunaan bahan
CCP
Kimia/obat-obatan
Panen
Kontaminasi Salmonella
CCP