Anda di halaman 1dari 14

1

Nama : Stefanus Mawitjere

YAYASAN DS. A. Z. R. WENAS


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS TEOLOGI

WAHYU 15:1-8
Wahyu 15:1-4 “Nyanyian mereka yang menang”
Wahyu 15:5-8 “Tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka Allah”

I. Analisis historis
A. Siapa penulis
Siapa penulis Kitab Wahyu? Banyak sekali pendapat dari para ahli mengenai
pertanyaan ini. Ada yang menyebutkan, bahwa penulis dari Kitab Wahyu merupakan
seorang rasul atau murid dari Yesus, dan ada juga yang menyebutkan penulis kitab
Wahyu adalah Yohanes anak Zebedeus.
Dalam Kitab Wahyu, penulis (Yohanes) memperkenalkan namanya sebanyak 5 kali,
yaitu dalam Wahyu 1:1, 2, 4, 9, 22:8. Yohanes tidak pernah menyatakan dirinya sebagai
salah satu dari dua belas rasul. Dalam Kitab Wahyu, penulis hanya mengatakan, bahwa ia
adalah hamba Yesus Kristus dan saudara dari mereka (ketujuh jemaat).
Yohanes sebagai penulis dalam Kitab Wahyu diperkirakan merupakan seorang
penatua yang aktif di Asia Kecil. (Willy Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru. Hal. 342-
343). Hal ini didasarkan pada isi Kitab Wahyu, Yohanes tidak pernah memperkenalkan
diri sebagai rasul, tapi ia memperkenalkan diri sebagai saudara dan sekutu (Why 1:9) dan
sebagai nabi, sesuai dengan penjelasan dalam Why 22:9.

B. Siapa penerima
Kepada siapa Yohanes menulis Kitab Wahyu? Tiga pasal pertama dalam kitab
Wahyu menginformasikan, bahwa penerima dari Kitab Wahyu adalah ketujuh jemaat
yang berada di Provinsi Asia kecil: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia,
dan Laodikia.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 1


2

Mengapa dalam penglihatan Yohanes, Yesus memerintahkan dia untuk menuliskan


penglihatannya dalam sebuah kitab dan dikirim hanya kepada ketujuh jemaat tersebut?.
Dugaan yang paling kuat adalah jemaat-jemaat yang dituju itu mewakili gereja Yesus
Kristus secara universal. Jika kita memperhatikan dalam peta, maka kita dapat melihat,
bahwa lokasi ketujuh jemaat ini membentuk lintasan oval yang dapat dijangkau dengan
mudah oleh jemaat-jemaat lain. Dengan demikian, berita Kitab Wahyu dapat tersebar ke
seluruh daerah, dan tidak ada gereja yang terlewatkan. (J. Kistemaker. Tafsiran Kitab
Wahyu. Hlm. 56).

C. Hubungan penulis dengan penerima


Dalam Kitab Wahyu, penulis mengakui bahwa ia memiliki hubungan dengan ketujuh
jemaat yang menjadi tujuan pertama dari Kitab Wahyu. Hubungan tersebut dapat dilihat
dalam Wahyu 1:9, di mana Yohanes mengatakan bahwa dia adalah saudara dan sekutu
dalam kesusahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Yohanes dan ketujuh jemaat
tersebut berada dalam situasi yang sama, yaitu penindasan dan penderitaan. Bahkan,
Yohanes dibuang ke pulau Patmos karena ia memberitakan Injil.

D. Tempat penulisan
Tempat penulisan dari Kitab Wahyu adalah sebuah pulau yang bernama Patmos, yaitu
terletak di kepulauan Dodekanese (kira-kira 55 km dari tepi pantai Asia Kecil). Panjang
dari pulau Patmos adalah ± 12 km dan lebar hampir 7 km. Sekarang, Patmos termasuk
bagian dari negara Yunani. (YKBK. Ensiklopedi jilid II M-Z. Hlm. 207).

E. Waktu penulisan
Waktu penulisan dari Kitab Wahyu adalah ± 96 M. Hal ini mengarah pada akhir
pemerintahan Kaisar Domitianus (95-96 M). Dengan demikian, mengenai waktu
penulisan Kitab Wahyu, dapat dikatakan bahwa Kitab ini ditulis di sekitar tahun 96 M.

F. Situasi penulisan
 Situasi umum

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 2


3

Situasi yang terjadi di jemaat-jemaat pada waktu penulisan Kitab Wahyu, yaitu
orang-orang yang menyembah Tuhan mengalami penindasan, penderitaan, dan banyak
yang mati karena menolak menyembah Kaisar. Orang-orang Kristen dipaksa untuk
meninggalkan kepercayaan mereka dan dipaksa untuk menyembah Kaisar (Domitianus).
Orang-orang yang menolak menyembah Kaisar akan disiksa dan dibunuh.

 Situasi khusus dalam jemaat


1. Jemaat di Efesus: Jemaat di daerah Efesus sabar, rela menderita karena nama
Yesus dan tidak mengenal lelah (2:2-3). Tapi, mereka meninggalkan hidup yang
penuh kasih dan jatuh ke dalam dosa (2:4-5). Di jemaat ini juga terdapat pengikut-
pengikut Nikolaus, yang dibenci oleh Yesus (2:6).
2. Jemaat di Smirna: Jemaat di Smirna mengalami kesusahan dan kemiskinan. Jemaat
di Smirna juga mengalami fitnaan dari orang-orang yang mengaku orang Yahudi,
yang kemudian disebut sebagai jemaat Iblis (2:9).
3. Jemaat di Pergamus: Daerah jemaat ini adalah suatu tempat yang dapat dikatakan
sebagai daerah Iblis, tapi orang-orang di jemaat ini tetap berpegang pada nama Yesus,
dan tidak menyangkal iman mereka. Tapi, ada juga orang-orang yang menganut
ajaran Bileam yang sesat dan ajaran Nikolaus yang dibenci Yesus (2:13-15).
4. Jemaat di Tiatira: Jemaat yang memiliki kasih, iman, pelayanan dan ketekunan
(2:19). Ada juga orang-orang yang membiarkan wanita Izebel (nabiah palsu) yang
mengajarkan zinah dan makan persembahan berhala (2:20). Ada juga orang-orang
lain di Tiatira yang tidak terpengaruh dengan ajaran sesat tersebut (2:24).
5. Jemaat di Sardis: Terdapat jemaat yang mati imannya dan tidak sepenuhnya
menjalankan perintah Tuhan (3:1-2). Tapi, terdapat juga jemaat yang tidak
mencemarkan pakaiannya, yaitu orang-orang yang taat pada perintah Tuhan (3:4).
6. Jemaat di Filadelfia: Di antara ketujuh jemaat yang disebutkan, jemaat di Filadelfia
dapat dikatakan lebih baik dari jemaat-jemaat yang lainnya, karena mereka menuruti
firman dan tidak menyangkal nama Tuhan (3:8). Mereka akan dilindungi pada saat
hari pencobaan (3:10).

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 3


4

7. Jemaat di Laodikia: Dikatakan dalam Why 3:16, mereka adalah jemaat yang suam-
suam kuku, dan merasa tidak kekurangan apa-apa padahal mereka melarat, malang,
miskin, buta dan telanjang.

 Situasi khusus dalam Pasal 15:1-8


Penglihatan Yohanes dalam pasal 15:1-8, merupakan penglihatan yang bersifat
“belum terjadi” (mengacu pada waktu penulisan). Hal ini didasarkan atas makna dari teks
ini, yaitu mengenai kemenangan umat Tuhan atas Iblis, karena pada waktu penulisan
Kitab Wahyu, jemaat berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, yaitu berada di
bawah tekanan Kaisar Domitianus.
Pasal 15:1-9 ini, menceritakan penglihatan Yohanes mengenai nyanyian orang-orang
percaya yang telah menang atas binatang dan patungnya, yang juga merupakan tanda
kekuasaan Tuhan. Hal ini digambarkan dengan orang-orang yang menjadi pemenang,
yaitu mengalahkan kuasa iblis yang mencoba mengganggu ketrentaman umat-umat
Tuhan. Orang-orang yang mampu mengalahkan kuasa Iblis, berarti adalah suatu tanda,
bahwa mereka mengandalkan kuasa Tuhan.
Pasal 15:5-8, menceritakan penglihatan Yohanes mengenai ketujuh malaikat, ketujuh
malapetaka serta tujuh cawan yang diberikan kepada masing-masing malaikat. Ini
menandakan tahap persiapan penumpahan ketujuh cawan murka Allah ke atas bumi.

G. Maksud dan tujuan penulisan


Sekitar akhir abad pertama, seluruh penduduk di wilayah kekaisaran Roma
diwajibkan dan dipaksa untuk beribadah dan menyembah kaisar dan menganggap kaisar
sebagai dewa. Orang-orang yang menolak akan dijatuhi hukuman mati. Yohanes
menyampaikan Kitab ini kepada ketujuh jemaat di Asia, tapi sebenarnya itu ditujukan
untuk seluruh jemaat Kristen. Pesan tersebut berisi: Dunia penuh kejahatan, Yesus adalah
Tuhan yang akan menaklukkan semua yang melawan-Nya, dan Allah akan memberikan
kehidupan kekal pada setiap orang yang setia dan kehilangan nyawanya demi Dia. (LAI,
Alkitab edisi studi. Hal. 2045-2046).
Kitab Wahyu bertujuan mendorong, menghibur, dan memberikan pengharapan bagi
orang-orang Kristen dalam perjuangan melawan Iblis dan pengikut-pengikutnya, dan

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 4


5

ingin menyampaikan bahwa Yesus adalah pemenang dan Iblis adalah pecundang. (J.
Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Hlm. 57).

Tujuan lain dari penulisan Kitab Wahyu adalah:


1. Yohanes ingin menegur tindakan dosa mereka, dan menghimbau mereka untuk
bertobat.
2. Meneguhkan iman orang-orang Kristen dan memberi semangat kepada mereka,
agar mereka menjadi pemenang dan tetap setia.
3. Menyampaikan kemenangan Allah dan membenarkan orang-orang kudus dengan
mencurahkan murka-Nya kepada Iblis.
(Gandum Mas. Alkitab penuntun. Hal. 2148)

H. Corak Sastra
Pasal 15:1-8 memiliki corak sastra apokaliptik. Tulisan-tulisan apokaliptik adalah
tulisan yang berupaya membuka rahasia-rahasia surgawi kepada manusia, yang di
dalamnya terdapat simbol-simbol dan lambang-lambang.

II. Analisis teks


A. Simbol-simbol
 Lautan kaca bercampur api: Lautan kaca melambangkan kejernihan, sehingga
semua orang dapat mengamati kebenaran dan integritas Allah. Dengan demikian,
lautan kaca bercampur api merupakan murka Allah pada musuh-Nya.
 Malaikat berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan:
Melambangkan kekudusan.
 Berlilitkan ikat pinggang dari emas: Melambangkan kewibawaan, otoritas dan
keagungan, sebab Allah telah mempercayakan tugas khusus kepada mereka.
 Cawan dari emas: Sering dipakai dalam Bait Suci, berbentuk agak pipih seperti
piring kecil untuk tempat kemenyan. Dalam Kitab Wahyu cawan ini diisi oleh
murka Allah, sehingga melambangkan penghukuman (Band. Why 16:1).
. (J. Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Hlm. 462-468).

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 5


6

B. Kata-kata kunci
 Murka Allah: Hukuman Allah atas bumi karena dosa-dosa manusia. Ini juga
tanda bahwa Allah itu adil, dan menghukum orang-orang yang tak setia dan
mengkhianati-Nya.
 Ketujuh malapetaka: Merupakan tujuh hukuman yang didatangkan Tuhan atas
bumi. (Lih. Why 16:1-21).
 Orang-orang yang mengalahkan binatang: Merupakan orang-orang yang tetap
teguh dan setia pada kepercayaan mereka. Orang-orang inilah yang akan
memperoleh hidup kekal, karena berani melawan kekaisaran.
 Asap: Melambangkan kemuliaan dan kekudusan Allah.

C. Pokok-pokok pikiran
Pasal 15:1 : Tujuh malaikat dan tujuh malapetaka.
Pasal 15:2-4 : Para pemenang dan nyanyian mereka.
Pasal 15:5-8 : Bait suci, para malaikat dan malapetaka-malapetaka.

D. Tafsiran
 Pasal 15:1 : Tujuh malaikat dan tujuh malapetaka
Kata aku melihat muncul sebanyak 41 kali dalam Kitab Wahyu, dan di dalam pasal
15 ini terdapat 3 kali, yaitu dalam ayat 1,2 dan 5. Pada ayat 1, merupakan pernyataan
introduksi bagi tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka. Pada ayat 2, berbicara mengenai
orang kudus yang menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Pada ayat 5,
mengenai Bait Suci di sorga dan kemuliaan Allah.
Pada pasal 15:1, tanda di langit disebut “besar dan ajaib”, berbeda dengan tanda-tanda
lain yang dilihat Yohanes. Pada ayat pertama tersebut dikatakan “besar dan ajaib”, karena
melukiskan karya Allah yang menakjubkan, dan Allah menuangkan murka-Nya atas
bumi dengan memakai tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka.
Kata lain pada ayat ini, sebenarnya berhubungan dan merupakan kelanjutan dari
perempuan yang bercahaya (12:1-2) dan musuhnya, naga merah padam yang besar
(12:3). Untuk ketiga kalinya, Yohanes melihat tanda di langit.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 6


7

Kalimat “tujuh malaikat dan tujuh malapetaka terakhir” adalah suatu gambaran
mengenai totalitas. Angka tujuh merujuk pada kepenuhan, sehingga cawan murka ini
melambangkan penghukuman Allah yang sepenuhnya. Ini adalah malapetaka-malapetaka
terakhir, dalam arti tidak ada kemungkinan untuk meloloskan diri dari malapetaka
tersebut . Tujuh malaikat adalah salah satu dari banyak simbol yang ada dalam Kitab
Wahyu dan disebutkan sebanyak 9 kali dalam Kitab Wahyu, yaitu dalam Why 8:2, 8:6,
15:1, 15:6, 15:7, 15:8, 16:1, 17:1,21:9. (Java Powered, Alkitab Go Bible). Sering muncul
pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dari ketujuh malaikat ini, karena dalam
Alkitab yang dikenal hanya dua nama malaikat, yaitu malaikat Mikael (Dan 10:13, 10:21,
12:1, Yud 9, Why 12:7) dan Gabriel (Luk 1:19, 26). Lewat hal-hal ini, maka kelompok
berusaha mencari jawaban dari permasalah yang ada.
Menurut tradisi umat Israel, memang umumnya dikenal hanya kedua nama malaikat
yang disebutkan sebelumnya, tapi memang ada malaikat-malaikat yang lain, yaitu Uriel,
Raphael, Raguel, Sariel, dan Ramiel. Jika memperhatikan nama ketujuh malaikat
tersebut, maka kita dapat melihat bahwa nama dari malaikat-malaikat tersebut selalu
berakhir dengan –el yang mengaitkan mereka dengan Allah (Elohim).
Kalimat “karena dengan itu berakhirlah murka Allah.” Murka Allah dicurahkan
dalam bentuk penderitaan yang luar biasa, yaitu berupa kematian, sungai darah, api,
kegelapan, kekeringan, dan kehancuran yang tiada tara (Lih. 16:2-21). Hal ini berarti,
siklus tujuh malapetaka telah lengkap dan sedang mengarah kepada penghakiman.
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 289, 460-461).

 Pasal 15:2-4 : Para pemenang dan nyanyian mereka


Kalimat “dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api.” Lautan
kaca melambangkan kejernihan dan transparansi, sehingga semua orang kudus dapat
mengamati kebenaran dan kuasa Allah. Dengan demikian, lautan kaca bercampur api
menyimbolkan murka Allah. Di tepi lautan kaca tersebut berdiri orang-orang yang telah
mengalahkan binatang itu, patungnya dan bilangan namanya merupakan orang-orang
kudus yang telah menjadi pemenang. Mereka adalah orang-orang yang menolak
menyembah Iblis.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 7


8

Angka dari binatang tersebut adalah 666. Apa sebenarnya arti dari angka 666 dan
siapa yang dimaksud dengan sebutan binatang tersebut? Angka 666, pertama kali
dihubungkan dengan seorang Kaisar bernama Nero, yang sering membunuh orang
Kristen. Pada intinya, bilangan ini menunjuk pada seseorang dengan karakter yang jelek.
Berikutnya, angka atau bilangan ini dihubungkan dengan Kaisar Domitianus, karena
kekejaman dari Kaisar Domitianus yang menyiksa orang Kristen. Pada awalnya, angka
666 ini didasarkan pada perhitungan kata dalam bahasa Aram (Ibrani). Nama Kaisar Nero
ditambah huruf n, sehingga menjadi Kaisar Neron, yang merupakan pelafalan Ibrani
untuk nama itu, sehingga berjumlah 666. Metode lain yang digunakan adalah, angka
tujuh adalah tanda kesempurnaan dan angka 6 adalah tanda penghukuman (merujuk pada
penghukuman: keenam meterai). Karya Iblis selalu berakhir dalam kegagalan. “Angka
binatang itu adalah 666, yaitu kegagalan demi kegagalan demi kegagalan.” Artinya, Iblis
digambarkan selalu berusaha mencapai kesempurnaan (angka 7), tapi selalu gagal dan
hanya mencapai angka 6. Dengan demikian, angka 666 ini adalah sebuah tanda Iblis yang
selalu gagal, walaupun berusaha menghancurkan Allah dan umat-Nya.
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 33, 425, 462).
Kalimat “Pada mereka ada kecapi Allah.” Dalam Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru mencatat tentang kecapi (2 Taw 29:25, Mzm 33:2, 71:22, 92:4, 98:5,
147:7, 149:3, 150:3, Why 5:8, 14:2, 15:2). Kecapi Allah berarti kecapi yang dimainkan
bagi Allah. Berarti, orang-orang yang telah menjadi pemenang bernyanyi sebagai tanda
kemenangan Tuhan dan umat-Nya atas kuasa Iblis.
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 425, 462).
Para martir (orang-orang kudus) yang telah menjadi pemenang menyanyikan dua
lagu, yang intinya merupakan suatu nyanyian kemenangan Tuhan. Mereka menyanyikan
nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Lagu Anak Domba adalah nyanyian yang
hanya dapat dipelajari oleh mereka, dan tak ada orang lain yang dapat mempelajari
nyanyian itu (Band. Why 14:3). Kemudian, Nyanyian Musa adalah lagu yang pernah
dinyanyikan oleh Musa dalam kemenangannya, setelah selamat menyeberangi Laut
Merah (Lih. Kel 15:1-9).
Nyanyian Musa adalah sebuah nyanyian yang sudah diketahui oleh orang Yahudi,
karena nyanyian ini dinyanyikan setiap kebaktian malam Sabat di sinagoge. Pada

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 8


9

awalnya, nyanyian Musa dinyanyikan untuk memperingati pembebasan terbesar dalam


sejarah Israel. Selain itu, ada nyanyian lain yang dinyanyikan, yaitu nyanyian Anak
Domba (Why 15:3b-4). Jika kita memperhatikan kalimat pada nyayian Anak Domba,
maka dapat dilihat, bahwa terdapat kalimat-kalimat kutipan dalam Perjanjian Lama,
contohnya:
“Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 92:6.
“Adil dan benar segala jalan-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 145:17.
“ Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu?” Dapat
dibandingkan dengan Mzm 145:17.
“ Engkau saja yang kudus.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 99:3 dan Mzm 111:9.
“ Semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau.”Dapat dibandingkan dengan
Mzm 86:9.”
“Telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm
98:2.”
Lagu yang diucapkan oleh orang-orang yang menjadi pemenang merupakan lagu
yang sangat mengesankan. Hal ini dilihat, karena tidak ada satu kata pun yang berbicara
mengenai keberhasilan mereka sendiri, tapi sebaliknya semua kata dalam lagu tersebut
menggambarkan tentang sebuah pengakuan atas kebesaran Allah.
(William Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal
6-22. Hal. 180-182).

 Pasal 15:5-8 : Bait suci, para malaikat dan malapetaka-malapetaka


Kalimat pembukaan “kemudian dari pada itu” muncul di pasal 4:1, 7:1, 9, 18:1. Pada
pasal 15:5 ini menunjukkan, bahwa Yohanes telah berpindah fokus, dari penglihatan
tentang orang-orang kudus di tepi lautan kaca, kemudian beralih kepada penglihatan
tentang sesuatu yang akan segera terjadi di sorga.
Istilah Bait Suci - kemah kesaksian - di sorga merujuk pada Ruang Maha Kudus di
Kemah Suci itu sendiri. Dalam tulisan Musa, stuktur Kemah Suci dan Kemah Kesaksian
adalah satu atau sama (Kel 40:30-35, Kis 7:44). Yohanes menyebut Kemah ini dengan
nama “Kemah Kesaksian,” bukan “Kemah Pertemuan.” Istilah kesaksian merujuk pada
tabut perjanjian di Ruang Maha Kudus, yang berisi dua loh batu atau Sepuluh Perintah

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 9


10

Allah, yang menjadi syarat dasar perjanjian Allah dengan umat-Nya di Gunung Sinai
(Kel 25:16, 40:20).
Sepuluh perintah Allah adalah saksi bagi pelanggaran yang akan mendatangkan
hukuman Allah. Dari hadirat Allah dan oleh kesaksian Sepuluh Perintah ini, hukuman
Allah mengalir turun. Maksudnya adalah, Sepuluh Perintah Allah ini adalah dasar dan
juga awal dari semua hukum yang ada, dan jika tak ditaati, maka akan terjadi
penghukuman. Melalui hukuman, Allah melaksanakan keadilan dan kebenaran. Dalam
hal ini, Ia memberikan kuasa kepada ketujuh malaikat untuk melaksanakan atau
mencurahkan malapetaka ke atas pengikut Antikristus atau orang-orang yang memilih
taat pada Kaisar.
Para malaikat keluar dari hadirat Allah (Bait Suci). Mereka menerima kuasa untuk
mencurahkan malapetaka atas orang-orang yang menolak Allah dan lebih memilih
menyembah Kaisar.
Pakaian para malaikat itu terbuat dari lenan putih yang bersih mengkilat,
melambangkan kekudusan. Ikat pinggang emas di dada mereka melambangkan
kewibawaan dan otoritas, sebab Allah telah mempercayakan tugas khusus kepada
mereka.
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 466-467).
Selain makna-makna yang telah disebutkan, terdapat juga makna lain dari pakaian-
pakaian malaikat tersebut, yaitu:
 Pakaian mereka adalah pakaian iman. Jubah putih berkilauan dan terdapat
emas di sekeliling dadanya, merupakan pakaian Imam Agung. Imam Agung
dapat juga disebut sebagai wakil Allah di antara manusia, dan malaikat-
malaikat tersebut adalah wakil Allah.
 Pakaian mereka adalah pakaian bangsawan. Lenan putih dan ikat pinggang di
dada adalah pakaian pakaian para raja, dan malaikat-malaikat tersebut berasal
dari Raja segala raja.
 Pakaian mereka adalah pakaian surgawi. Orang muda yang ada di kubur dari
Yesus (saat kubur sudah kosong), berpakaian putih panjang seperti jubah
(Mrk 16:5, Mat 28:3), dan malaikat-malaikat tersebut adalah penghuni surga
yang datang untuk melaksanakan perintah Allah atas bumi.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 10


11

(William Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal
6-22. Hal. 184).
Pada pasal 15:7, dijelaskan tentang empat makhluk yang memberikan kepada ketujuh
malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah, yaitu Allah yang
hidup sampai selam-lamanya.
Empat makhluk ini diberi peran dalam Kitab Wahyu. Dalam Kitab Wahyu, “empat
makhluk” disebutkan sebanyak 11 kali, yaitu Why 4:6, 4:8, 5:6, 5:8, 5:14, 6:1, 6:6, 7:11,
14:3, 15:7, 19:4. (Java Powered, Alkitab Go Bible).
Keempat makhluk ini turut dalam pembukaan empat meterai pertama (Why 6:1-8)
dan membawa cawan emas kemenyan yang berisi doa-doa orang kudus (Why 5:8).
Empat makhluk ini mewakili ciptaan Allah dan ketujuh cawan itu penuh dengan murka
Allah. Cawan emas dipakai dalam ibadah Kemah Suci, berbentuk agak pipih seperti
piring kecil. Dalam Kitab Wahyu, cawan-cawan diisi dengan murka Allah yang mana
tidak seorang pun yang dapat lolos darinya (Why 6:17, 14:10). Jika seseorang dapat lolos
dari murka tersebut, maka itu berarti kuasa Allah dapat dikalahkan, tapi kenyataan yang
terjadi adalah sebaliknya.
“Keempat makhluk” disebutkan pertama kali pada pasal 4:7. Dijelaskan, bahwa
makhluk pertama seperti singa, yang kedua seperti lembu jantan, yang ketiga seperti
manusia, yang keempat seperti burung rajawali, dan intinya mereka melambangkan
sesuatu yang kuat, berani, bijaksana, dan cepat. Keempat rupa ini lebih menyatakan sifat
kerubim (kerub) secara simbolis: keberanian dan kejantanan, kekuatan dan keuletan,
kecerdasan dan kecerdikan, kegesitan dan kecepatan.
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 204).
Kalimat “Allah yang hidup sampai selama-lamanya”, muncul dalam Kitab Wahyu
(4:9, 10, 10:6), yang memiliki suatu arti, yaitu tidak ada kuasa yang dapat mengalahkan
Allah, tapi Allah akan berkuasa selama-lamanya.
Kalimat “dipenuhi asap karena kemuliaan Allah,” berhubungan dengan kalimat
sebelumnya, “yang penuh berisi murka Allah”, karena penghukuman yang dilakukan
atas kehendak Allah berhubungan dengan kemuliaan Allah sebagai Hakim.
Bait suci dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya. Hal ini dapat
kita lihat juga pada saat Allah memenuhi Kemah Suci dengan awan kemuliaan-Nya (Kel

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 11


12

40:34) dan pada saat peresmian Bait Salomo (1 Raj 8:10-11, 2 Taw 5:13-14). Dari ayat-
ayat tersebut, sangatlah jelas bahwa asap adalah suatu lambang dari kemuliaan dan
kekudusan Allah, yang dinyatakan lewat penghukuman. Kedahsyatan murka Allah sangat
menakutkan sehingga tak satu pun ciptaan yang dapat masuk ke hadirat-Nya (Bait Suci).
(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 467-468).
Hal tersebut juga menggambarkan beberapa hal, yaitu rencana Allah tidak dapat
diketahui oleh manusia, manusia tidak dapat melihat ke dalam pikiran Allah, dan hal
tersebut adalah gambaran kemuliaan Allah, sehingga manusia tak dapat menghentikan
penghakiman yang akan tiba.

III. Analisis Teologi


A. Teologi naskah
Wahyu 15:1-8, merupakan bagian dari Kitab Wahyu yang menceritakan tentang
penglihatan Yohanes mengenai tujuh malapetaka terakhir, kemenangan dan nyanyian
orang-orang kudus yang mengalahkan kuasa Iblis, serta tahap persiapan pelaksanaan
ketujuh malapetaka oleh ketujuh malaikat.
Penglihatan Yohanes mengenai tanda di langit: Tujuh malaikat dan ketujuh
malapetaka dapat menggambarkan beberapa hal, yaitu Allah ingin memakai malaikat-
malaikat tersebut untuk menjadi wakil-Nya dalam melaksanakan ketujuh malapetaka,
karena mereka merupakan utusan dari Allah dan mengambil bagian dalam proses
penghukuman. Apa yang akan mereka lakukan adalah suatu ketetapan yang telah
dikehendaki Allah, yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun, karena apa yang telah
dirancangkan oleh Allah tak dapat dihentikan oleh siapapun dan dengan cara apapun.
Ketujuh malapetaka ini dapat juga menggambarkan, bahwa Allah itu adil dan akan
menepati janji-Nya, yaitu Dia akan menghukum setiap orang menurut perbuatannya
masing-masing. Hidup yang kekal akan diberikan, bagi mereka yang tekun berbuat baik
dan murka-Nya akan dirasakan oleh orang-orang yang mencari kepentingan sendiri dan
tidak taat pada kebenaran. Allah tidak memandang bulu untuk melaksanakan
penghakiman-Nya (Roma 2:5-8).
Dalam penindasan yang dilakukan oleh Iblis, banyak orang-orang yang takluk di
hadapan Iblis, tapi banyak juga yang tetap teguh dengan iman-Nya, yaitu setia dengan

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 12


13

kepercayaannya kepada Allah. Orang-orang yang setia ini, merupakan orang-orang yang
akan menerima janji kehidupan kekal dari Allah, karena tak menjadi pengkhianat di
hadapan Allah. Nyanyian yang diungkapkan oleh orang-orang yang kudus tersebut (Why
15:3b-4) adalah gambaran mengenai ungkapan syukur yang mereka lakukan untuk
memuji dan mengakui kekuasaan Allah, bukan kekuasaan diri mereka sendiri.
Ketujuh malaikat dan ketujuh malapetaka yang keluar dari Bait Suci adalah suatu
gambaran, bahwa pelaksanaan ketujuh malapetaka akan segera berlaku pada seluruh
umat-Nya yang telah menjadi pengkhianat. Hal ini adalah suatu penghukuman dan
keadilan Allah, yang merupakan penggenapan janji Allah pada manusia.

B. Relevansi
Perkembangan zaman ditandai dengan berkembangnya teknologi dan berkembangnya
cara pikir manusia. Masalah yang muncul dari perkembangan tersebut adalah, orang-
orang mulai meninggalkan Tuhan, dan lebih mementingkan kebahagiaan duniawi. Daya
tarik dari kehidupan yang moderen adalah alasan utama terjadinya hal seperti ini, di mana
tanpa mereka sadari kehidupan mereka telah dikuasai oleh pengaruh buruk dari
kehidupan yang moderen ini. Contoh nyata yang sering terjadi pada kehidupan anak
muda, yaitu mereka menghabiskan waktu untuk facebook atau internet.
Daya tarik dunia moderen dan perkembangan yang ada sekarang ini, tanpa disadari
telah membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu pada hal-hal tersebut,
dan membuat mereka menjadi lupa pada Tuhan. Memang, hal-hal tersebut sangatlah
wajar dalam kehidupan di zaman moderen ini, tapi akan menjadi tidak wajar ketika
facebook atau internet telah menjadi nomor satu dalam kehidupan mereka, dan Tuhan
dijadikan sebagai nomor dua. Jika tidak diatasi, maka hal ini akan berdampak buruk bagi
kehidupan seseorang dan hubungannya dengan Tuhan.
Contoh lain yang dapat kita lihat, yaitu di beberapa negera yang ada di dunia ini telah
menjadikan agama sebagai dasar negara tersebut, yaitu Arab Saudi, Irak, Iran, dan
sebagainya. Mereka adalah contoh negara yang telah telah menganut negara agama, yaitu
Islam sebagai substansi di negara tersebut. Agama-agama minoritas yang ada di negara
tersebut, tentunya sangat dirugikan ketika sebuah negara telah mengutamakan agama
yang mayoritas.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 13


14

Di Indonesia, telah muncul berbagai usaha untuk menjadikan negara Indonesia


sebagai negara agama, dan tentunya agama Islam yang merupakan mayoritas di negara
Indonesia akan sangat diuntungkan, tapi sebaliknya agama-agama yang minoritas akan
dirugikan.
Berbagai hal-hal yang terjadi di zaman sekarang ini, tentunya menuntut kita sebagai
orang Kristen untuk lebih kritis dan memiliki iman yang teguh. Jika kita tak kuat
menghadapi berbagai hal yang menggoyahkan iman kita, pasti kita akan menjadi seperti
sebagian orang-orang atau jemaat di Asia Kecil (dalam Kitab Wahyu). Mereka
mengkhianati Tuhan dan lebih memilih menyembah Kaisar supaya mereka tetap hidup,
walaupun tanpa disadari mereka telah berada kehidupan yang penuh kegelapan dan dosa.

LITERATUR

Barclay, W. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal 6-
22. BPK Gunung Mulia, Jakarta. 2009.

Gandum Mas. Alkitab penuntun. Gandum Mas.

Java Powered, Alkitab Go Bible. 2010.

Kistemaker, J. Tafsiran Kitab Wahyu. Momentum. Surabaya. 2009.

LAI. Alkitab. Jakarta. 2008

LAI. ALkitab edisi studi. Jakarta. 2010.

Marxsen, W. Pengantar Perjanjian Baru. BPK Gunung Mulia, Jakarta. 2009.

YKBK. Ensiklopedi jilid I A-L. 2007.

YKBK. Ensiklopedi jilid II M-Z. 2007.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 14

Anda mungkin juga menyukai