Anda di halaman 1dari 15

Lecture 7

The Role of Attachment in Personality Develoopment

A. Some Distinctive Features of Attachment Theory


Teori attachment diformulasikan untuk menjelaskan pola
perilaku, karakteristik tidak hanya pada anak-anak saja tapi juga
pada remaja dan dewasa, karena hal itu dikonseptualisasikan pada
tahap ketergantungan hingga sangat ketergantungan. Pada
perumusan aslinya mengamati bagaimana anak-anak merespon
orang-orang asing di tempat asing, dan apa efek dari pengalaman
tersebut pada hubungan anak dan orang tua selanjutnya, yang
sangat berpengaruh. Pada penelitian berikutnya lebih menekankan
pada data interview dan observasi tentang bagaimana seorang
individu merespon pada situasi tertentu. Sejarahnya, teory
berkembang dari tradisi hubungan objek pada psikoanalisis. Salah
satu hasil dari formulasi ulang metapsikologi psikoanalisis dalam
perjalanannya dapat bekerja sama dengan biologi dan psikologi
modern dan sesuai dengan kriteria umum pada ilmu pengetahuan
alam.
Jadi, teori attachment itu menitikberatkan pada :
a. Status utama dan fungsi biologi kedekatan emosional yang
mengikat antara individu, pembuatan dan pemeliharaan yang
diterima sebagai dalil dikontrol oleh situasi sistem cybernetic
dalam sistem saraf pusat, memanfaatkan model kerja diri dan
figur attachment dalam hubungannya dengan yang lain,
b. Pengaruh terkuat pada perkembangan anak adalah saat
dirawat oleh orang tuanya, terutama oleh ibunya, dan
c. Ilmu pengetahuan saat ini tentang perkembangan bayi dan
anak-anak mengharuskan bahwa perjalanan teori
perkembangan harus menggantikan teori yang meminta
tahapan perkembangan spesifik bahwa seseorang bisa menjadi
terpaku dan/ atau ia mengalami regresi/kemunduran.
B. The Primacy of Intimate Emotional Bonds
Teory attachment melihat kecenderungan untuk membuat ikatan
emosional yang dekat pada individu tertentu sebagai komponen
dasar dari human nature, sudah tampak dalam germinal dari sejak
baru lahir dan berlanjut sampai kehidupan dewasa juga masa tua.
Pada saat bayi dan anak - anak ikatan terjadi dengan orangtua yang
memberi perhatian, kenyamanan, dan dukungan. Pada saat remaja
dan dewasa, ikatan ini tetap ada. Namun, ada tambahan ikatan baru
yang biasanya muncul dengan lawan jenis.
Hubungan ini ada dalam diri dan memiliki fungsi utama untuk
bertahan hidup, hal ini bernama protection. Awalnya, satu - satunya
makna komunikasi antara ibu dan anak adalah ekspresi emosi dan
perilaku yang menyertainya. Walaupun nantinya akan ditambah
bicara, komunikasi yang memediasi emosional akan tetap sebagai
prinsip utama dari intimate relationship sepanjang kehidupan.
Dalam kerangka attachment ikatan kedekatan emosional tidak
pernah dilihat dari hubungan subordinat atau berasal dari makanan
dan sex. Bukan pula dari keinginan untuk kenyamanan dan
dukungan dalam kesulitanya dianggap sebagai anak, seperti
diimplikasikan oleh teori. Malahan, kapasitas untuk membuat ikatan
emosional yang dekat muncul karena kehadiran individu lain. Hal ini
dianggap sebagai prinsip utama dari kepribadian yang efektif dan
kesehatan mental.
Ciri careseeking ditampilkan oleh lemah dan kurangnya
pengalaman individu terhadap seseorang yang dianggap kuat atau
bijaksana. Anak, atau orang yang lebih tua dalam peran mencari
perhatian, tetap menjaga jarak dengan pengasuh, derajat kedekatan
atau kesiapan dalam aksesibilitas tergantung pada keadaan :
karenanya, konsep dari attachment behaviour.
Pengasuhan dianggap sama dengan careseeking, dinamakan
sebagai basic component human nature.
Mengeksplor lingkungan, termasuk bermain dan beragam
aktivitas dengan teman sebaya, dilihat sebagai basic component
yang ketiga dan satu anthithetic dari attachment behaviour. Ketika
individu merasa secure dia akan berani mengeksplore jauh dari
figure attachment nya. Ketika dia anxious, lelah, atau tidak baik dia
merasa berkeinginan untuk dekat.jadi, kita melihat pola tertentu dari
interaksi antara anak dan orang tua diketahui sebagai eksplorasi
dari secure base, pertama kali dideskripsikan oleh Ainsworth (1967).
Asalkan orang tua diketahui untuk mudah diakses dan akan
berespon ketika dipanggil, anak yang sehat akan merasa cukup
aman untuk bereksplorasi. Pada eksplorasi pertama ini ada batas
waktu dan tempat. Sekitar pertengahan tahun ketiga, anak yang
aman mulai cukup percaya diri meningkatkan waktu dan jarak -
pertama setengah hari, selanjutnya bisa seharian. Saat ia
bertumbuh remaja, ekskursinya bertambah menjadi berminggu -
minggu bahkan bulan, tetapi secure home base tetap sangat
diperlukan untuk optimal functioning dan kesehatan mental. Yang
perlu dicatat, konsep dari secure base adalah pusat dari teori
psychotherapy.
Selama awal bulan dari kehidupan, bayi menampilkan komponen
respon yang banyak dari apa yang menjadi attachment behaviour
kemudian, tetapi pola yang terorganisir tidak berkembang sampai
paruh kedua tahun pertama. Dari lahir dan seterusnya ia
menunjukan sebuah kapasitas germinal untuk mengikutsertakan
dalam interaksi sosial dan tekanan dalam melakukanya (Stern
1985). Diskriminasi visual tidak reliabel sampai kuarter kedua.
Perkembangan dari attachment behaviour sebagai sebuah
sistem yang terorganisir, memiliki tujuan untuk mempertahankan
kedekatan atay aksestabilitas pada diskriminasi figure ibu, anak
harus mengembangkan kapasitas kognitifnya untuk tetap menjaga
ibunya dalam fikiranya ketika ibunya tidak ada; kapasitas ini
berkembang selama 6bulan kehidupan.
Area mayor dari teori attachment ini adalah hipotesis bahwa
attachment behaviour diorganisasikan dengan memaknakan sistem
kontrol dalam sistem syaraf pusat. Jadi, attachment control system
mengatur relasi individu pada figure attachment antara jarak dan
aksesibilitas dalam batas tertentu, menggunakan metode
komunikasi yang semakin canggih untuk melakukannya. Oleh
karena itu, efek dari operasi itu dapat ditanggapi sebagai contoh
dari apa yang biasa disebut environmental homeostasis (Bowlby
1969, 1982).

C.Patterns of Attachment and Condition Determining Their


Development
Area kedua yang menjadi perhatian dari teori tentang
attachment adalah mengenai peran orang tua dalam menentukan
perkembangan anaknya. Terdapat bukti-bukti yang menyatakan
bahwa dalam masa perkembangan kematangan anak (bayi, kanak-
kanak, hingga dewasa) dipengaruhi oleh cara orangtua (atau figur
orangtua) mengasuhnya. Hal ini sudah dibuktikan melalui beberapa
penelitian yang dipioneri oleh Ainsworth (1985), Main (1985), Sroufe
(1983, 1985), dan Grossmann (1986).
Terdapat tiga pola attachment saat ini sudah dapat
diidentifikasi bersama dengan kondisi keluarga yang
menyebabkannya. Hal ini pertama kali dideskripsikan oleh Ainsworth
dan koleganya pada tahun 1971.
Pola pertama adalah secure attachment. Individu yang
memiliki pola attachment ini meyakini bahwa orangtua (atau figur
orangtua) akan selalu ada, responsif, dan selalu membantu ketika ia
berada di situasi yang menakutkan. Dengan keyakinan ini, individu
merasa berani untuk mengeksplorasi dunia. Perasaan ini dapat
muncul karena pada tahun-tahun pertama kehidupan individu, sosok
ibu selalu ada, sangat sensitive dengan sinyal yang ditampilkan
anak, dan selalu memberi respon baik saat anak membutuhkan
perlindungan atau kenyamanan.
Pola kedua adalah anxious resistant attachment. Individu yang
memiliki pola ini merasa tidak yakin bahwa orangtuanya akan ada
ketika ia membutuhkannya. Akibatnya, individu merasa cemas
dengan perpisahan, cenderung untuk terus-menerus ‘menempel’,
dan merasa cemas dalam mengekplorasi dunia. Pola ini dapat terjadi
karena orangtua tidak selalu ada di sisi anak (di satu waktu ia akan
ada dan sangat membantu anak, di saat yang lain tidak), karena
perpisahan, dan karena anak diberi ancaman untuk ditinggalkan
(ancaman bersifat sebagai kontrol terhadap perilaku anak).
Pola yang ketiga adalah anxious avoidant attachment. Individu
dengan pola attachment ini tidak memiliki keyakinan bahwa ketika
ia membutuhkan perlindungan, ia akan mendapatkannya. Namun, ia
justru mengharapkan untuk ditolak. Individu ini akan menjalani
hidupnya tanpa mengharapkan adanya dukungan atau cinta dari
sekitarnya, ia akan menjadi individu yang berdikari secara
emosional, dan bahkan dapat didiagnosa sebagai individu yang
narsistik seperti yang telah dijelaskan oleh Winnicott (1960). Pola ini
didapatkan dari ibu yang secara konstan menghindari anaknya
ketika anaknya membutuhkan perlindungan atau kenyamanan.
Kasus yang paling ekstrim adalah ketika anak mendaptakan
penolakan secara berulang.
Meskipun hasil dari beberapa kasus pola attachment yang
muncul tidak jauh berbeda dengan ketiga tipe di atas, namun ada
pengecualian yang membingungkan. Selama prosedur asesmen
dalam studi ini, di mana bayi dan ibunya diobservasi bagaimana
interaksinya, beberapa bayi terlihat disorientasi atau tidak teratur.
setelah dikaji berkali-kali oleh Main dan koleganya, dapat
disimpulkan bahwa perilaku bayi ini merupakan versi yang tidak
teratur dari ketiga pola attachment sebelumnya, lebih dari sekedar
anxious resistant attachment (Main & Weston, 1981; Main &
Solomon in press). Beberapa contohnya adalah bayi yang
mendapatkan penyiksaan secara fisik, dan/atau ditolak oleh
orangtuanya (Crittenden, 1985). Hal lainnya adalah karena sang ibu
menderita dengan adanya hubungan afeksi atau ibu yang mengasuh
anaknya dengan cara yang tak menentu dan tak dapat diprediksi.
Penyebab lainnya adalah karena sang ibu kehilangan figure
orangtua semasa ia kecil, bahkan mendapatkan penyiksaan secara
fisik maupun seksual (Main & Hesse).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa beberapa pola
sangat jelas memiliki pengaruh terhadap pola attachment anak dari
bagaimana cara orangtua mendidik sang anak. Hal ini juga
dibuktikan melalui sebuah observasi mengenai cara ibu yang
berbeda dalam mengasuh anak, terhadap anak yang berusia 2,5
tahun (Matas, Arend, dan Sroufe, 1978). Dalam penelitian ini, anak
diberi sebuah permasalahan yang cukup sulit sehingga
membutuhkan bantuan untuk menyelesaikannya, dan sang ibu
diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan anaknya. Dalam situasi
seperti ini, cara ibu berinteraksi dengan anak berkorelasi tinggi
dengan pola attachment yang ditunjukkan anak delapan bulan
kemudian. Ibu dari anak yang memiliki pola attachment secure,
menunjukkan perilaku sangat perhatian terhadap penampilan
anaknya, dan sangat berespon terhadap kemudahan ataupun
kesulitan yang dialami anak dalam menyelesaikan tugas. Sementara
sebaliknya, ibu dari anak yang memiliki pola attachment insecure,
sangat tidak sensitive. Di satu saat, sang ibu benar-benar tidak
memperhatikan anaknya, di waktu yang lain ia cukup
memperhatikan anaknya dan bagaimana perasaannya.
Penelitian ini sangat menunjukkan betapa besar pengaruh
yang dimiliki oleh ibu terhadap perkembangan anaknya. Hal yang
penting adalah, apa yang menyebabkan ibu memiliki ‘style’ ibu
seperti itu. Hal yang mungkin sangat berpengaruh adalah tingkat
emosi yang ia terima saat itu, baik itu banyak atau sedikit. Hal lain
yang mungkin dapat berpengaruh adalah bentuk pengasuhan
seperti yang didapatkan ibu semasa kecilnya.

D. Persistence of Patterns
Jika kita sekarang kembali ke pola attachment yang diamati
pada usia 1 tahun, studi prospektif menunjukkan bahwa setiap sekali
pola attachment dikembangkan, maka akan cenderung bertahan.
Salah satu alasan untuk hal ini adalah bahwa cara orang tua
memperlakukan anak, lebih baik atau buruk, cenderung terus
berubah. Lainnya adalah bahwa setiap pola cenderung
mengabadikan diri. Jadi, seorang anak yang merasa secure adalah
anak yang lebih bahagia dan lebih bermanfaat untuk dirawat dan
dijaga , dan juga tidak terlalu menuntut daripada anak yang memilki
kecemasan. Seorang anak yang memiliki kecemasan (anxious)
cenderung menjadi cengeng dan manja. Sementara anak yang
memiliki sifat sering menghindar (avoidant) dan cemas juga lebih
suka menjaga jarak dan rentan terhadap perilaku menggertak anak
anak lain. Dalam kedua kasus terakhir , perilaku anak seperti adalah
untuk menghindari perilaku yang sama yang mungkin terjadi pada
diri mereka sendiri.
Walaupun untuk pola-pola alasan ini, sekali terbentuk,
cenderung tetap, ini tidak berarti harus demikian. Bukti
menunjukkan bahwa selama dua atau tiga tahun pertama pola
attachment adalah properti dari hubungan, misalnya, anak ibu atau
anak dan ayahnya, dan bahwa jika orangtua memperlakukan anak
berbeda , maka pola akan berubah menyesuaikan diri. Perubahan ini
di antara lain adalah banyaknya bukti yang ditinjau oleh Sroufe
(1985) bahwa stabilitas pola, ketika itu terjadi, tidak dapat dikaitkan
dan dikalim dengan temperamen bawaan anak . Namun
demikian,seiring seorang anak tumbuh dewasa, pola menjadi
semakin menjadi milik anak itu sendiri, yang berarti bahwa ia
cenderung memaksakan itu, atau beberapa turunan dari itu, yang
terjadi pada hubungan baru seperti dengan seorang guru, ibu-asuh,
atau terapis mereka.
Hasil dari proses internalisasi ini adalah bukti yang jelas
dalam suatu penelitian prospektif yang menunjukkan bahwa pola
karakteristik attachment dari sepasang ibu-anak. yang dinilai ketika
anak berusia 12 bulan, ternyata dapat di predikisi bagaimana
perilaku anak dalam kelompok pengasuhan (dengan pengasuh)
dalam usia 4.5 tahun (tiga setengah tahun kemudian). Jadi anak-
anak yang menunjukkan pola yang secure dengan ibu di usia 12
bulan ,kemungkinan akan dijelaskan oleh staf pengasuh sebagai
anak yang koperatif, yang populer dengan anak-anak lain, ulet, dan
banyak akal. Mereka yang menunjukkan pola anxious avoidant
kemungkinan akan digambarkan sebagai terisolasi secara
emosional, bermusuhan, anti sosial, dan seperti terlalu mencari
perhatian. Mereka yang menunjukkan pola anxious resistant juga
kemungkinan akan dideskripsikan seperti terlalu mencari perhatian
dan tegang, impulsif, dan mudah frustrasi , pasif dan tidak berdaya.
Mengingat temuan-temuan itu tidak mengherankan bahwa
dalam dua studi prospektif lainnya, satu perintis di California (Main
dan Cassidy, 1988) dan yang sama di Jerman (Warmer, 1986), pola
attachment yang dinilai pada umur 12 bulan sangatlah prediktif,
begitu pun juga dengan pola interaksi dengan ibu lima tahun
kemudian.
Meskipun repertoar perilaku yang berumur 6 tahun terhadap
orang tua adalah jauh lebih berbeda dari yang berusia satu tahun,
pola attachment sebelumnya tetap mudah dilihat oleh orang yang
berpendidikan. Jadi anak-anak yang diklasifikasikan sebagai securely
attached di usia 6 tahun adalah mereka yang memperlakukan orang
tua mereka dengan cara yang santai dan ramah, yang memiliki
hubungan natural baik anak- orangtua, ya sering terlibat percakapan
intim. Anak-anak yang diklasifikasikan sebagai anxious resistant
menunjukkan campuran ketidakamanan, sedih dan menunjukkan
rasa takut, dan dari keintiman berganti menjadi permusuhan, yang
kadang-kadang halus dan terkadang terlalu terbuka lainnya. Dalam
beberapa kasus ini perilaku anak disebut pengamat sebagai self-
conscious, bahkan artifisial. Seolah-olah mereka selalu
mengantisipasi respon negatif dari orangtua, mereka mencoba
untuk mengambil hati diri dengan pamer, mungkin dengan yang
manis atau terutama menawan (Main dan Cassidy, 1988;
Main,personal communication).
Anak-anak berusia 6 tahun yang diklasifikasikan sebagai
anxious avoidant cenderung diam-diam untuk membuat jarak
dengan orangtua . Seperti sapaan atau salam yang mereka berikan
menjadi formal dan singkat; topik pembicaraan impersonal. Selalu
sibuk dengan mainan atau kegiatan lain dan mengabaikan atau
bahkan meremehkan inisiatif orang tua.
Anak-anak yang pada 12 bulan tampak tidak teratur dan / atau
disorientasi akan ditemukan lima tahun kemudian dan terlihat
mencolok dalam kecenderungan mereka untuk mengontrol atau
mendominasi orangtua. Salah satu bentuk dari hal ini adalah untuk
memperlakukan orangtua dengan cara menghina dan / atau
menolak apapun; cara lain adalah menjadi seorang penyendiri dan
protektif. Ini adalah contoh contoh apa yang dikatakan para ahli
klinik sebaga pembalikan (inversi / revearsal) fungsi orang tua- anak.
Pembicaraan mereka terpecah pecah, percakapan dimulai tapi
cenderung tidak selesai, topik sering berganti ganti.
Dalam mempertimbangkan persistence patterns anak 6 tahun-
an dalam interaksi dengan orang tua dan dengan figur orang yang
dituakan lainnya, pertanyaan kritis muncul: sejauh mana pola-pola
pada usia ini tertanam dalam kepribadian anak dan sejauh mana ini
menjadi refleksi dari cara orang tua masih memperlakukan mereka ?
Jawabanyan, menurut sudut pandang pengalaman klinis, adalah
bahwa pada usia ini kedua pengaruh ini bekerja , sehingga
intervensi paling efektif adalah mengikut sertakan mereka dalam
konsultasi, misalnya dengan cara terapi untuk salah satu anggota
keluarga atau cara yang lain dengan cara memberikan bantuan
secara bersamaan kepada orang tua dan anak.
Sekarang masih terlalu sedikit yang diketahui tentang
bagaimana pengaruh pengembangan kepribadian interaksi dengan
ibu dibandingkan dengan pengaruh dari mereka dengan ayah. Hal
itu tidak akan mengherankan bahwa ketika aspek kepribadian yang
berbeda, terlihat dan terlibat dalam situasi yang berbeda, untuk
dipengaruhi secara berbeda beda. Selain itu, pengaruh pada laki-laki
sedikit diharapkan berbeda dari pengaruh pada perempuan. Ini jelas
merupakan area kompleks yang akan membutuhkan banyak
penelitian. Sementara itu nampaknya, setidaknya selama tahun-
tahun awal kehidupan individu, self interacting model dengan ibu
lebih berpengaruh. Hal ini tidak mengejutkan karena dalam setiap
kebudayaan dikenal sebagian besar bayi dan anak-anak berinteraksi
jauh lebih banyak dengan ibu daripada dengan ayah.
Harus diakui bahwa, sejauh ini, studi prospektif relatif dari
persistance patterns, pola attachment, dan fitur dari karakteristik
kepribadian masing-masing, belum dilakukan di luar tahun keenam.
Meskipun demikian, dua penelitian cross-section orang dewasa
muda menunjukkan bahwa fitur dari karakteristik kepribadian
masing-masing pola selama tahun-tahun awal juga dapat ditemukan
pada kaum muda dewasa (Kobak dan Sceery, 1988; Cassidy dan
Kobak, 1988; Hazan dan Shaver, 1987); dan lebih dari mungkin,
kecuali dalam kasus di mana hubungan keluarga telah berubah
secara substansial dalam interval, mereka telah ada terus-menerus.
Semua pengalaman klinis kami sangat mendukung pandangan itu.

E.A Theory of Internalization


Working model yang dibangun anak terhadap ibunya dan cara
ibunya berkomunikasi serta perilaku ibunya terhadapnya, dan model
pembanding dari ayahnya, keduanya beserta model komplementari
dari dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain, dibangun oleh
anak selama tahun pertama dari hidupnya dan, dipostulasikan,
kemudian menetap sebagai pengaruh struktur kognitif. Bentuk yang
diambil, berdasarkan bukti yang dtunjukan, adalah berdasarkan
pengalaman sehari-hari anak dalam interaksi dari hari ke hari
dengan orang tuanya. Model yang dibangun oleh anak juga
merefleksikan image dari orang tua yang dimilikinya, images yang
tidak hanya dikomunikasikan melalui perlakuan terhadapnya tetapi
juga perkataan. Model ini juga menunjukan bagaimana perasaan
anak terhadap orang tua, bagaimana anak mengharapkan orang tua
memperlakukannya, dan bagaimana ia merencanakan perilakunya
terhadap orang tuanya.
Setelah dibangun, bukti menunjukan, model dari orang tua
dan diri dalam interaksi cenderung untuk menetap dan bekerja
secara tidak sadar. Anak yang tumbuh dalam secure attachment
akan tetap memiliki model operatif yang memberikan stimulasi baik
bagi dirinya dan orang tuanya dalam berinteraksi meskipun orang
tuanya memperlakukannya secara berbeda ketika ia bertambah
dewasa. Dalam kasus anak yang tumbuh dalam anxious
attachment, perlakuan berbeda dari orang tua akan membuat
perbaharuan model terhalang oleh pertahanan menghapus
pengalaman dan informasi yang bertentangan. Hal ini berarti pola
interaksi yang diarahkan model, menjadi kebiasaan,
digeneralisasikan, dan sebagian besar tidak sadar, menetap dalam
tingkatan yang kurang lebih tidak tepat atau tidak berubah bahkan
ketika dikehidupannya kemudian anak tinggal dengan orang lain
yang memperlakukannya secara berbeda dengan orang tuanya
ketika ia kecil.
Kunci dalam memahami derajat perbedaan dalam bagaimana
model diperbaharui dapat ditemukan dalam perbedaan kebebasan
berkomunikasi antara anak dan ibu yang mengarakteristiki kedua
tipe pasangan. Dalam penelitian longitudinal Main, dijelaskan
bahwa pola komunikasi antara anak berumur 6 tahun dan ibunya,
yang diteliti sebagai pasangan, 5 tahun kemudian menunjukan pola
secure attachment, sangat berbeda dengan observasi dalam
pasangan yang sebelumnya menunjukan pola insecure. Dimana
pasangan yang menunjukan pola secure attachment memiliki
perbincangan yang mengalir dengan ekspresi perasaan, dan
menyentuh beragam topic termasuk yang personal, pasangan
dengan pola insecure tidak melakukannya. Pada pasangan
avoidant, pembicaraan dibatasi, topik impersonal, dan semua yang
merujuk pada perasaan dihilangkan. Perbedaan dalam komunikasi
anak yang bebas atau dibatasi dipostulasikan menjadi salah satu hal
yang sangat relevan dalam menjelaskan dalam memahami mengapa
seorang anak tumbuh secara sehat dan yang lainnya terganggu.
Agar hubungan antara dua individual dapat berjalan dengan
harmonis masing-masing individu harus memahami sudut pandang
yang lain, tujuannya, perasaannya, dan intensinya, dan masing-
masing harus menyesuaikan perilakunya sehingga terdapat
negosiasi terhadap posisi dari tujuan. Hal ini memerlukan model diri
dan orang lain yang akurat dimana secara berkala diperbaharui
melalui komunikasi yang bebas. Dalam hal inilah ibu dari anak yang
memiliki secure attachment memiliki kelebihan dan mereka yang
insecure kekurangan.
Sekali kita berfokus pada derajat komunikasi antara ibu dan
anak, semakin jelas bahwa, semenjak hari pertama kehidupan,
derajat kebebasan komunikasi pada pasangan menentukan
perkembangan pola secure attachment yang lebih baik dari pada
mereka yang tidak. Karakteristik dari ibu yang membangun pola
secure attachment yaitu terus memantau keadaan bayinya dan,
ketika bayinya menunjukan sinyal meminta perhatian, ibunya dapat
memberikan perlakuan yang sesuai. Sebaliknya ibu dari anak yang
memiliki pola insecure attachment jarang memantau keadaan
anaknya, dan ketika ia menyadari sinyal anaknya, ia tidak merespon
secara sesuai. Terdapat satu perbedaan yang sangat mencolok
antara bayi yang diklasifikasikan secure dan insecure. Pada bayi
yang diklasifikasikan secure, terlihat melakukan komunikasi
langsung dengan ibunya, tidak hanya ketika senang tetapi juga
ketika distressed, bayi yang diklasifikasikan avoidant, ketika mereka
melakukan komunikasi secara langsung hanya ketika mereka
senang. Ketika mencapai usia 12 bulan ada beberapa anak yang
tidak lagi menunjukan salah satu perasaan terdalamnya terhadap
ibunya. Tidak sulit untuk melihat komunikasi yang rusak antara
anak dan ibu tersebut.
Akhir dari analisis ini yaitu rintangan terhadap komunikasi
antara bagian berbeda, atau sistem, kepribadian, yang sebelumnya
dilihat oleh Freud sebagai masalah krusial, sekarang dilihat sebagai
refleksi dari beragam respon dan komunikasi dari seorang ibu
terhadap anaknya. Sepanjang jalur inilah teori attachment
menjelaskan perbedaan perkembangan resilient dan kepribadian
yang sehat, dan juga kepribadian yang rentan terhadap anxiety dan
depresi, atau untuk mengembangkan diri yang salah atau beberapa
bentuk dari vulnerability menjadi mental ill-health. Mungkin ini
bukan merupakan suatu kebetulan beberapa dari mereka yang
,elakukan pendekatan masalah perkembangan kepribadian dan
psychopathology dari sudut pandang kognitif, tetapi juga
memberikan muatan terhadap pengaruh emosi, telah
memformulasikan teori yang penting dan sesuai dengan teori ini.

F.Variations in a Mother’s Way of Recalling Her Childhood


Experience
Main membuat penelitian longitudinal, Main menemukan
bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat diantara bagaimana
seorang ibu mendeskripsikan hubungan orang tuanya selama
childhood dengan pola attachment terhadap anaknya sekarang (Min,
Kaplan, and Cassidy 1985; see also Morris 1981 and Ricks 1985).
Ibu yang dahulunya merupakan secure infants senang
menceritakan bagaimana pengalaman masa kecil yang bahagia dan
memperlihatkan bahwa dirinya mampu menceritakan dengan jelas
dan mendetai, mampu juga membagi pengalaman yang tidak
menyenangkan sebaik membagi pengalaman yang membahagiakan.
Ibu yang dahulunya merupakan insecure infants merespon
dengan dua cara yang berbeda. Pertama, ibu yang anxious resistant
children, ia sulit menceritakan hubungan yang tidak
membahagiakan dengan ibunya tentang ia masih terganggu dan
masih terlibat secara mental, dan jika ibunya masih hidup hal itu
akan terlihat secara nyata. Kedua, ibu yang anxious avoidant
children, ia menuntut dalam bukti-buukti yang umum bahwa ia
memiliki masa kecil yang bahagia, tapi ia tidak mampu untuk
menceritakan detil-detil yang medukung bahwa masa kecilnya
bahagia, melainkan menunjuk pada episode-episode yang
berlawanan.
Kesimpulan dari penelitian Main dan siswanya ialah
kemampuan mengakses dan mengorganisasi informasi sesuai
dengan attachment menyebabkan peran dalam perkembangan dari
kepribadian yang secure di masa dewasa. Ketika seorang wanita
mengatur apakah akan mempertahankan atau mendapatkan
kembali akses pada pengalaman yang tidak menyenangkan dan
memproses ulang sehingga ia mampu berdamai dengan
perasaannya, ia menemukan tidak lagi memiliki ketidakmampuan
merespon perilaku attachment masa kecilnya sehingga ia mampu
membangun secure attachment.
G. Pathways to Personality Development
Ada satu hal yang jauh berbeda antara teori attachment
dengan tipe tradisional teori psikoanalsis, yaitu penolakan terhadap
model perkembangan yang mana individu diminta untuk melalui
serangkaian tahap dalam diri tiap orang yang mungkin menjadikan
ia terpaku atau malah mengalami regresi. Perjalanan ini
bekerjasama dengan perkembangan kesehatan; penyimpangan
lainnya mengarah pada hal yang tidak sesuai dengan kesehatan.
Tahap perkembangan tradisional yang bermacam-maca itu,
berdasarkan asumsi bahwa beberapa tahap perkembangan normal,
anak-anak memperhatikan fitur psikologis, pada anak yang lebih
dewasa, akan menunjukkan tanda patologis. Observasi menunjukkan
bahwa anak bayi secara sosial responsif dari awal kelahiran.
Perkembangan kesehatan bayi tidak menunjukkan kelekatan
kecemasan kecuali saat mereka merasa takut atau tertekan; pada
waktu yang berlainan mereka mengeksplorasi dengan keyakinan.
Perjalanan model perkembangan mengacu pada bayi pada
saat kelahiran sebagai susunan perjalanan secara potensial terbuka
untuk itu, yang sebenarnya ia harus setiap waktu ditentukan oleh
interaksi individu dan sekarang adalah dengan lingkungan apa yang
kemudian akan terjadi. Anak yang memiliki orang tua yang sensitif
dan responsif dimungkinkan untuk mengembangkan jalur sehatnya.
Mengingat bahwa proses perkembangan itu tidak menetap,
perubahan pada anak diperlakukan dapat mengganti perjalanannya
pada hal yang lebih menguntungkan atau kurang menguntungkan.
Hal ini melanjutkan potensi untuk berubah yang artinya bahwa
dalam hidup seseorang saat berada pada kondisi invulnerable bisa
saja terjadi kesulitan dan juga pada ahir waktu hidup tak dapat
ditempus oleh orang yang berpengaruh baik. Ini adalah potensi yang
berkesinambungan untuk perbuahan yang memberi kesempatan
pada terapi yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai