Penjelasan umum :
dalam hal ini kami mengangkat persoalan karyawan office boy dan
cleaning service yang sering ‘dilupakan’, padahal pekerjaan mereka berkaitan
dengan hal sekitar kita. Dan melihat mereka dari segi kepahlawanan mereka
dalam pemeliharaan lingkungan fakultas yang cenderung lebih terlihat sisi
rendahnya pekerjaan tersebut, bukan dampak bagi kita dalam pekerjaan yang
mereka geluti.
Yang pertama, mengenai karyawan office boy dan cleaning service di fh.. apakah
penting bagi kita untuk menyoroti masalah ini?
Artikel yang saya ingin angkat dari artikel ini adalah segi kepahlawanan mereka,
dalam pemeliharaan lingkungan kampus, yang kurang dilihat atau bahkan
cenderung terpinggirkan,bagaimanakah tanggapan mbak untuk hal ini? dan
untuk itu apakah mereka masih dapat disebut pahlawan untuk hal ini?
Pahlawan itu konteksnya beragam dan tergantung pada perspektif siapa yang
melihatnya. Jika dikaitkan dengan pekerjaan mereka menjaga kebersihan
kampus yang begitu luas, jelas mereka adalah pahlawan yang tersembunyi
karena tanpa mereka kehidupan kampus pasti juga akan terganggu. Bagi
keluarganya mereka adalah pahlawan. Menarik bahwa ada beberapa teman
pernah melakukan penelitian tentang para pekerja kebersihan ini. Beberapa dari
pekerja ini ternyata berjalan kaki pulang pergi dari daerah yang cukup jauh dari
UI Depok semata-mata untuk memperoleh upah kerja hari itu untuk
memperpanjang hidup. Mereka sedapat mungkin menghindari naik kendaraan
umum – kecuali kereta jika hujan – untuk memastikan pendapatan mereka hari
itu utuh dibawa pulang ke rumah. Beberapa ibu bahkan membawa bekal kopi
dan singkong dari rumah agar dapat menghemat uang makan siangnya. Itu hasil
penelitian teman2 dari FISIP dulu. Entah sekarang apakah makan siang
disediakan atau tidak.
Apakah sesuai jika mereka diberi gaji yang lebih memadai karena tugas mereka
dalam menjaga dan memelihara kebersihan?
Dan sering diantara kita menganggap rendah mereka dari latar belakang
maupun pekerjaan ‘bersih – bersih’ dan ‘pesuruh’ yang mereka kerjakan,
bagaimanakah seharusnya kita menyikapi hal ini?
Kira kira solusi apa yang bisa mbak berikan untuk kesesuaian antara
kesejahteraan mereka dengan pekerjaan yang mereka geluti?
Masalahnya tidak sederhana. Ada tiga pihak yang terlibat: UI sebagai insitusi,
perusahaan outsourcing, dan petugas kebersihan itu sendiri. UI, jika peduli, bisa
saja melakukan negosiasi ulang misalnya untuk peningkatan kesejahteraan
orang-orang ini, tetapi sebetulnya kan yang berkepentingan perusahaan
outsourcingnya. Kalau perusahaannya diam saja, ya repot. Ibaratnya kita
sebagai tetangga menegur tetangga yang lalai dalam memperhatikan
kesejahteraan anak2nya tetapi tetangga tersebut diam saja. Agak sulit bagi kita
untuk turun tangan. Saya cenderung untuk minta sebetulnya kepada mahasiswa
ataupun dosen, untuk membantu dengan cara lain: menjaga kebersihan kampus
bersama sehingga para petugas ini tidak terlalu kerepotan dalam menjalankan
tugasnya.
-end-
Ttd,