PERMEN No. 6 - 2008
PERMEN No. 6 - 2008
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
2. Pukat hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring
berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring
yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang
bergerak.
Pasal 2
(1) Kegiatan penangkapan ikan di perairan Kalimantan Timur bagian utara dapat
dilakukan dengan menggunakan kapal pukat hela.
(2) Daerah operasi kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Jalur I, meliputi perairan di atas 1 (satu) mil sampai dengan 4 (empat) mil
yang diukur dari permukaan air pada surut terendah;
b. Jalur II, meliputi perairan di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua
belas) mil yang diukur dari permukaan air pada surut terendah.
(3) Jalur I hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan
ukuran sampai dengan 5 (lima) gross tonnage (GT).
(4) Jalur II hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan
ukuran sampai dengan 30 (tiga puluh) GT.
(5) Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur I dapat beroperasi di
jalur II dan/atau di atas 12 (dua belas) mil, dan kapal pukat hela yang
wilayah operasinya di jalur II dapat beroperasi di atas 12 (dua belas) mil.
(6) Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur II dilarang
beroperasi di jalur I.
Pasal 3
(1) Setiap kapal pukat hela wajib mendaratkan ikan hasil tangkapannya di
pelabuhan pangkalan.
(2) Pelabuhan pangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pangkalan Pendaratan Ikan Sebatik;
b. Pangkalan Pendaratan Ikan Pulau Bunyu;
c. Pelabuhan Perikanan Pantai Tarakan; atau
d. Pelabuhan Perikanan Mansapa-Nunukan.
Pasal 5
Spesifikasi teknis pukat hela sebagaimana tercantum dalam Lampiran IA dan
Lampiran IB Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan pendaftaran kapal pukat hela yang
dimiliki oleh orang atau badan hukum Indonesia yang berdomisili di wilayah
masing-masing dan melaporkan hasilnya kepada Menteri paling lambat 3
(tiga) bulan sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
menetapkan alokasi jumlah kapal pukat hela yang dapat diizinkan, dengan
mempertimbangkan ketersediaan daya dukung sumber daya ikan, kondisi
sosial ekonomi masyarakat setempat, dan memperhatikan keadaan geografis
lingkungan wilayah perbatasan.
(3) Berdasarkan alokasi jumlah kapal pukat hela yang dapat diizinkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur dan Bupati/Walikota
menerbitkan izin kapal pukat hela.
Pasal 7
(1) Ketersediaan daya dukung sumber daya ikan dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
dievaluasi setiap tahun sekali oleh Direktur Jenderal.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
pertimbangan penetapan kebijakan Menteri dalam pemberian alokasi jumlah
kapal pukat hela yang dapat diizinkan.
Pasal 9
(1) Setiap kapal pukat hela yang beroperasi di Perairan Kalimantan Timur bagian
utara wajib dilakukan penandaan kapal oleh pemilik kapal.
(2) Penandaan kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan ketentuan:
a. bahan terbuat dari plat besi atau baja dengan ukuran panjang, lebar, dan
tebal adalah 50 (lima puluh) cm, 10 (sepuluh) cm, dan 0.1 (satu per
sepuluh) cm;
b. ukuran huruf dan angka adalah tinggi 8 (delapan) cm dan lebar 4 (empat)
cm;
c. ditulis dengan huruf dan angka timbul;
d. dicat warna dasar putih dengan huruf warna hitam; dan
e. tanda kapal dipasang pada lambung bagian samping kapal atau bangunan
atas atau di atas dek melintang kapal.
(3) Format penandaan kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri
ini.
Pasal 10
Setiap kapal pukat hela yang beroperasi di Perairan Kalimantan Timur bagian utara
dilarang melakukan penangkapan penyu.
Pasal 11
Tata cara penerbitan perizinan kapal pukat hela oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), berpedoman pada
tata cara penerbitan izin usaha perikanan tangkap yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan hukum Indonesia yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
peringatan tertulis, pembekuan, atau pencabutan izin oleh pemberi izin.
(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dengan tahapan:
a. peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, masing-
masing dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan kepada setiap orang atau
badan hukum Indonesia yang melakukan pelanggaran;
Pasal 13
Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap
pengoperasian kapal pukat hela di Perairan Kalimantan Timur bagian utara sesuai
dengan kewenangannya masing-masing.
Pasal 14
Penggunaan kapal pukat hela di Perairan Kalimantan Timur bagian utara
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dievaluasi setiap satu tahun oleh
Direktur Jenderal dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Menteri.
Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Februari 2008
Supranawa Yusuf
NOMOR
ISI LAMPIRAN
LAMPIRAN
Supranawa Yusu f
TR-PH-II-001
NN-PH-II-001
BL-PH-II-001
TT-PH-II-001
Keterangan :
TR/NN/BL/TT : Kode Kabupaten Tarakan/Nunukan/Bulungan/Tana Tidung
PH : Kode Alat Penangkap Ikan Pukat Hela
I/II : Kode Jalur Penangkapan
001;002;…. dst: Nomor Register dari Kabupaten/Kota