Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER.06/MEN/2008
TENTANG
PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA
DI PERAIRAN KALIMANTAN TIMUR BAGIAN UTARA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya
ikan secara lestari, meningkatkan kesejahteraan nelayan,
dan memperkuat keberadaan masyarakat nelayan di
perairan Kalimantan Timur bagian utara, diperlukan
penggunaan alat penangkapan ikan yang sesuai dengan
karakteristik dan/atau kondisi geografis wilayah perairan
Kalimantan Timur bagian utara;
b. bahwa alat penangkapan ikan pukat hela merupakan alat
penangkapan ikan yang sesuai dengan karakteristik
dan/atau kondisi geografis wilayah perairan Kalimantan
Timur bagian utara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu mengatur
penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela di perairan
Kalimantan Timur bagian utara, dengan Peraturan Menteri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3260);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4737);

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 77/P Tahun 2007;
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007;
9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan
Departemen Kelautan dan Perikanan;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGGUNAAN ALAT
PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI PERAIRAN
KALIMANTAN TIMUR BAGIAN UTARA.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
2. Pukat hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring
berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring
yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang
bergerak.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


2
3. Kapal pukat hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat
penangkapan ikan pukat hela.
4. Perairan Kalimantan Timur bagian utara adalah perairan yang membentang
dari perairan Kabupaten Tarakan dengan koordinat 3º 10’ L.U. sampai
dengan perairan terluar pulau Sebatik.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan
perikanan.
6. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.
7. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Timur.
8. Bupati adalah Bupati Nunukan atau Bupati Bulungan atau Bupati Tana
Tidung.
9. Walikota adalah Walikota Tarakan.

Pasal 2
(1) Kegiatan penangkapan ikan di perairan Kalimantan Timur bagian utara dapat
dilakukan dengan menggunakan kapal pukat hela.
(2) Daerah operasi kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Jalur I, meliputi perairan di atas 1 (satu) mil sampai dengan 4 (empat) mil
yang diukur dari permukaan air pada surut terendah;
b. Jalur II, meliputi perairan di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua
belas) mil yang diukur dari permukaan air pada surut terendah.
(3) Jalur I hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan
ukuran sampai dengan 5 (lima) gross tonnage (GT).
(4) Jalur II hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan
ukuran sampai dengan 30 (tiga puluh) GT.
(5) Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur I dapat beroperasi di
jalur II dan/atau di atas 12 (dua belas) mil, dan kapal pukat hela yang
wilayah operasinya di jalur II dapat beroperasi di atas 12 (dua belas) mil.
(6) Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur II dilarang
beroperasi di jalur I.

Pasal 3
(1) Setiap kapal pukat hela wajib mendaratkan ikan hasil tangkapannya di
pelabuhan pangkalan.
(2) Pelabuhan pangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pangkalan Pendaratan Ikan Sebatik;
b. Pangkalan Pendaratan Ikan Pulau Bunyu;
c. Pelabuhan Perikanan Pantai Tarakan; atau
d. Pelabuhan Perikanan Mansapa-Nunukan.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


3
Pasal 4
(1) Kegiatan penangkapan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
hanya dapat dilakukan oleh orang atau badan hukum Indonesia yang
berdomisili di Provinsi Kalimantan Timur pada Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung atau Kota Tarakan.
(2) Setiap orang atau badan hukum Indonesia yang melakukan penangkapan
ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin tertulis dari:
a. Gubernur, untuk kapal pukat hela dengan ukuran di atas 10 (sepuluh) GT
sampai dengan 30 (tiga puluh) GT;
b. Bupati atau Walikota, untuk kapal pukat hela dengan ukuran 5 (lima) GT
sampai dengan 10 (sepuluh) GT.
(3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
bagi kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau
nelayan yang memiliki sebuah kapal pukat hela berukuran di bawah 5 (lima)
GT.

Pasal 5
Spesifikasi teknis pukat hela sebagaimana tercantum dalam Lampiran IA dan
Lampiran IB Peraturan Menteri ini.

Pasal 6
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan pendaftaran kapal pukat hela yang
dimiliki oleh orang atau badan hukum Indonesia yang berdomisili di wilayah
masing-masing dan melaporkan hasilnya kepada Menteri paling lambat 3
(tiga) bulan sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
menetapkan alokasi jumlah kapal pukat hela yang dapat diizinkan, dengan
mempertimbangkan ketersediaan daya dukung sumber daya ikan, kondisi
sosial ekonomi masyarakat setempat, dan memperhatikan keadaan geografis
lingkungan wilayah perbatasan.
(3) Berdasarkan alokasi jumlah kapal pukat hela yang dapat diizinkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur dan Bupati/Walikota
menerbitkan izin kapal pukat hela.

Pasal 7
(1) Ketersediaan daya dukung sumber daya ikan dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
dievaluasi setiap tahun sekali oleh Direktur Jenderal.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
pertimbangan penetapan kebijakan Menteri dalam pemberian alokasi jumlah
kapal pukat hela yang dapat diizinkan.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


4
Pasal 8
Setiap nakhoda kapal pukat hela wajib menyampaikan laporan kegiatan
penangkapan ikan dengan menggunakan log book perikanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
(1) Setiap kapal pukat hela yang beroperasi di Perairan Kalimantan Timur bagian
utara wajib dilakukan penandaan kapal oleh pemilik kapal.
(2) Penandaan kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan ketentuan:
a. bahan terbuat dari plat besi atau baja dengan ukuran panjang, lebar, dan
tebal adalah 50 (lima puluh) cm, 10 (sepuluh) cm, dan 0.1 (satu per
sepuluh) cm;
b. ukuran huruf dan angka adalah tinggi 8 (delapan) cm dan lebar 4 (empat)
cm;
c. ditulis dengan huruf dan angka timbul;
d. dicat warna dasar putih dengan huruf warna hitam; dan
e. tanda kapal dipasang pada lambung bagian samping kapal atau bangunan
atas atau di atas dek melintang kapal.
(3) Format penandaan kapal pukat hela sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri
ini.

Pasal 10
Setiap kapal pukat hela yang beroperasi di Perairan Kalimantan Timur bagian utara
dilarang melakukan penangkapan penyu.

Pasal 11
Tata cara penerbitan perizinan kapal pukat hela oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), berpedoman pada
tata cara penerbitan izin usaha perikanan tangkap yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan hukum Indonesia yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
peringatan tertulis, pembekuan, atau pencabutan izin oleh pemberi izin.
(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dengan tahapan:
a. peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, masing-
masing dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan kepada setiap orang atau
badan hukum Indonesia yang melakukan pelanggaran;

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


5
b. dalam hal peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak
dipatuhi, selanjutnya dilakukan pembekuan terhadap izin selama 1 (satu)
bulan;
c. apabila pembekuan sebagaimana dimaksud dalam huruf b tidak dipatuhi,
selanjutnya dilakukan pencabutan terhadap izin.
(4) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap
pengoperasian kapal pukat hela di Perairan Kalimantan Timur bagian utara sesuai
dengan kewenangannya masing-masing.

Pasal 14
Penggunaan kapal pukat hela di Perairan Kalimantan Timur bagian utara
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dievaluasi setiap satu tahun oleh
Direktur Jenderal dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Menteri.

Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Februari 2008

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,


Ttd
FREDDY NUMBERI

Disalin sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


6
DAFTAR LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.06/MEN/2008
TENTANG
PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA
DI PERAIRAN KALIMANTAN TIMUR BAGIAN UTARA

NOMOR
ISI LAMPIRAN
LAMPIRAN

IA Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona I, Kapal


Ukuran ≤ 5 GT (Maksimum HR/GR =
13.50/15.00)

IB Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona II, Kapal


Ukuran > 5 s.d ≤ 30 GT (Maksimum HR/GR =
22.50/24.00)

II Format Penandaan Kapal Pukat Hela

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,


Ttd
FREDDY NUMBERI

Disalin sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusu f

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


7
Lampiran IA : Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan R.I.
Nomor: PER.06/MEN/2008
Tentang Penggunaan Alat Pukat Hela
di Perairan Kalimantan Timur Bagian
Utara

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


8
Lampiran IB : Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan R.I
Nomor : PER.06/MEN/2008
Tentang Penggunaan Alat Pukat Hela
di Perairan Kalimantan Timur Bagian
Utara

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


9
Lampiran II : Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan R.I
Nomor : PER.06/MEN/2008
Tentang Penggunaan Alat Pukat Hela
di Perairan Kalimantan Timur Bagian
Utara

Penandaan Kapal Pukat Hela


Contoh:

TR-PH-II-001

NN-PH-II-001

BL-PH-II-001

TT-PH-II-001

Keterangan :
TR/NN/BL/TT : Kode Kabupaten Tarakan/Nunukan/Bulungan/Tana Tidung
PH : Kode Alat Penangkap Ikan Pukat Hela
I/II : Kode Jalur Penangkapan
001;002;…. dst: Nomor Register dari Kabupaten/Kota

Ketentuan Penandaan Kapal Pukat Hela:


a. bahan terbuat dari plat besi atau baja dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal
adalah 50 (lima puluh) cm, 10 (sepuluh) cm, dan 0.1 (satu per sepuluh) cm;
b. ukuran huruf dan angka adalah tinggi 8 (delapan) cm dan lebar 4 (empat) cm;
c. ditulis dengan huruf dan angka timbul;
d. dicat warna dasar putih dengan huruf warna hitam; dan
e. tanda kapal dipasang pada lambung bagian samping kapal atau bangunan atas
atau di atas dek melintang kapal.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP


10

Anda mungkin juga menyukai