Majelis Komisi:------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; -------------------
Setelah mendengar keterangan para Terlapor;----- ----------------------------------------------
Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (selanjutnya disebut LHPL); ---
Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut BAP); -------------------
1
disebut PSG) di RS Duren Sawit Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun
Anggaran 2007 (vide bukti A1);-------------------------------------------------------------------
2. Menimbang bahwa setelah melakukan klarifikasi dan penelitian atas Laporan tersebut,
maka Komisi menyatakan Laporan tersebut telah lengkap dan jelas (vide bukti A3); -----
3. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan yang lengkap dan jelas tersebut, Komisi
menerbitkan Penetapan Nomor 149/KPPU/PEN/VII/2008 tanggal 11 Juli 2008 tentang
Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008, untuk melakukan
Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 11 Juli 2008 sampai dengan 25
Agustus 2008 (vide bukti A4);---------------------------------------------------------------------
4. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Direktur Eksekutif
menerbitkan Surat Tugas Nomor 648/SET/DE/ST/VII/2008 tanggal 11 Juli 2008 yang
menugaskan Sekretariat Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan
Pendahuluan Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008 (vide bukti A5); -----------------------------
5. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya indikasi kuat pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 (vide bukti A20); ---------------------------------------------------------------------
6. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan, Tim
Pemeriksa merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar Pemeriksaan Pendahuluan
dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A20); --------------------------------
7. Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa, Komisi menyetujui dan
menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 182/KPPU/PEN/VIII/2008 tanggal 26 Agustus
2008 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008 terhitung sejak
tanggal 26 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 24 November 2008 (vide bukti A21); -
8. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Eksekutif
menerbitkan Surat Tugas Nomor 808/SET/DE/ST/VIII/2008 tanggal 26 Agustus 2008
yang menugaskan Sekretariat Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan
Lanjutan Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008 (vide bukti A22); ---------------------------------
9. Menimbang bahwa dalam proses Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan,
Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari para Terlapor dan para Saksi (vide
bukti B1-B22); ---------------------------------------------------------------------------------------
10. Menimbang bahwa identitas serta keterangan para Terlapor dan para Saksi telah dicatat
dalam BAP yang telah ditandatangani oleh para Terlapor dan para Saksi
(vide bukti B1-B22); --------------------------------------------------------------------------------
11. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Tim
Pemeriksa telah meneliti, menilai sejumlah surat, dan/atau dokumen, BAP, serta
mendapatkan bukti-bukti lain yang diperoleh selama Pemeriksaan (vide bukti B1-B22,
C1-C75);-----------------------------------------------------------------------------------------------
2
SALINAN
12. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa membuat
LHPL yang berisi:------------------------------------------------------------------------------------
12.1 Pokok Perkara --------------------------------------------------------------------------------
Adanya dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang persekongkolan dalam tender pengadaan alat kedokteran
Polysomnograph (selanjutnya disebut PSG) di RS Duren Sawit Dinas Kesehatan
Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007, dalam bentuk: ------------------------
12.1.1 Persekongkolan Horizontal------------------------------------------------------
12.1.1.1. Terdapat persekongkolan secara horizontal yang dilakukan
oleh para peserta tender dalam mengatur pemenang tender,
dimana dalam setiap proses tender para Terlapor I, II, III
dan IV diwakili oleh pihak yang tidak terdaftar sebagai
karyawan Terlapor I, II, III dan IV; -------------------------------
12.1.2 Persekongkolan Vertikal---------------------------------------------------------
12.1.2.1. Terdapat persekongkolan secara vertikal antara Panitia
dengan peserta tender dalam bentuk Panitia telah
mengarahkan spesifikasi teknis barang yang ditenderkan ke
merk tertentu sehingga menguntungkan pemenang tender
yang didukung pabrikan merk tersebut; --------------------------
12.2 Fakta dalam Pemeriksaan; ------------------------------------------------------------------
12.2.1 Obyek Tender; --------------------------------------------------------------------
12.2.1.1. Bahwa Objek Tender dalam perkara ini adalah tender
pengadaan alat kedokteran Polysomnograph di RS Duren
Sawit Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun
Anggaran 2007 yang dibiayai dari Anggaran Belanja
Tambahan Pemerintah DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007
(vide bukti C24, C27, C28, C29); ---------------------------------
12.2.1.2. Nilai Pengadaan PSG adalah sebesar Rp. 1.206.300.000,-
(satu milyar dua ratus enam juta tiga ratus ribu rupiah)
dengan Kualifikasi Peserta Tender adalah Golongan Non
Kecil (vide bukti C28); ---------------------------------------------
12.2.2 Sistem Tender ---------------------------------------------------------------------
12.2.2.1. Metode pengadaan menggunakan Proses Pascakualifikasi
dimana proses penilaian dilakukan setelah memasukkan
penawaran (vide bukti C24, C27, C28, C29); -------------------
12.2.2.2. Sistem Penilaian menggunakan sistem nilai (merit point
system) (vide bukti C24); ------------------------------------------
3
Bobot
1.
Evaluasi administrasi
20 %
2.
Evaluasi teknis
12.2.2.3. Komposisi penilaian dokumen penawaran dapat dilihat pada
40 %
3. bagan(vide bukti C24): ---------------------------------------
Evaluasi harga
40 %
TOTAL
100 %
4
SALINAN
5
12.2.3.10. Berdasarkan evaluasi penilaian dari Panitia tersebut diatas
diperoleh 3 calon pemenang dengan urutan sebagai
berikut(vide bukti C7, C41): ----------------------------------
No Calon Pemenang Nama Perusahaan Harga Penawaran
(Rp)
1 Pertama PT Bhakti Wira Husada 1.197.982.500,00
2 Kedua PT Tiara Kencana 1.198.150.000,00
3 Ketiga PT Ilong Prayatna 1.199.850.000,00
12.2.3.11. 26 November 2007, Direktur Rumah Sakit menetapkan
pemenang pelelangan pekerjaan pengadaan alat kedokteran
polysomnograph (PSG) Rumah Sakit Duren Sawit Propinsi
DKI Jakarta(vide bukti C6). ----------------------------------
12.2.3.12. 27 November 2007, Panitia mengumumkan pemenang
lelang pengadaan alat kedokteran Polysomnograph. Adapun
pemenang pelelangan adalah PT Bhakti Wira Husada
dengan harga penawaran Rp. 1.197.982.500,- (satu milyar
seratus sembilan puluh tujuh juta sembilan ratus delapan
puluh dua ribu lima ratus rupiah) (vide bukti C5, C41).--------.
12.2.3.13. 29 November 2007, Direktur RS Duren Sawit menunjuk
pemenang lelang pengadaan alat kedokteran
Polysomnograph(vide bukti C4, C41). ---------------------------
12.2.3.14. 30 November 2007, Penandatanganan surat perjanjian
(kontrak) antara Direktur RS Duren Sawit dan Direktur PT
Bhakti Wira Husada (vide bukti C1, C2, C41). -----------------
12.2.3.15. 30 November 2007, PT Amarta Mitra Selaras melakukan
sanggahan yang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut(vide bukti C42): --------------------------------------
12.2.3.15.1. Bahwa spek teknis yang tertera pada RKS
mengarah ke merk Biologic, Type Sleep Scan
Vision. -----------------------------------------
12.2.3.15.2. Bahwa terdapat pemalsuan identitas saat
aanwijzing karena PT Ilong Prayatna diwakili
oleh Sdr. Rasda (Product Manager PT Tiara
Kencana), PT Bhakti Wira Husada diwakili
oleh Sdri. Ida (Staf Administrasi PT Tiara
Kencana) dan PT Kamara Idola yang diwakili
oleh Sdri. Mulyani (Staf PT Tiara Kencana).
Pemalsuan identitas juga terjadi pada saat
proses penawaran harga karena PT Bhakti
Wira Husada diwakili oleh Sdri. Indah (Staff
6
SALINAN
7
para peserta lelang tersebut sudah memenuhi
kriteria mewakili perusahaannya masing-
masing; ----------------------------------------
12.2.3.16.4. Bahwa Panitia melakukan evaluasi atas dasar
metodologi dan analisa harga yang
menyatakan PT Bhakti Wira Husada
mendapat nilai tertinggi, dan PT Tiara
Kencana sebagai peringkat ke-2 dan PT Ilong
Prayatna sebagai peringkat ke-3. --------------
8
SALINAN
9
perusahaan lain untuk mengikuti tender
tersebut. -----------------------------------------
12.2.4.1.15. Bahwa Terlapor I mengakui menggunakan
perusahaan lain dalam mengikuti tender PSG di
RS Duren Sawit dikarenakan jika Terlapor I
(sebagai prinsipal alat kesehatan)
memenangkan tender akan menciptakan
keraguan bagi rekanan Terlapor I dalam
meminta surat dukungan kedepan. --------------
10
SALINAN
11
dengan Terlapor I, Terlapor III, dan
Terlapor IV. Masalah kesamaan barang
selalu dapat terjadi pada setiap tender
karena peserta tender akan berusaha
mencari/menawarkan barang yang sesuai
atau setara dengan yang dipersyaratkan
dalam RKS; --------------------------------
b. Soal personel Terlapor II yang bernama Ida
dan Indah dikatakan sebagai staf
administrasi Terlapor I memang dalam
kesehariannya yang bersangkutan mungkin
bekerja disana, tetapi hal yang biasa jika
kami sebagai Trader memiliki beberapa
(bahkan banyak) mitra kerja freelance, yang
membantu kami dalam mengurus, mencari
proyek serta outsourcing.
c. Soal spesifikasi teknis mengarah kepada
merek Biologic juga bukan suatu hal yang
salah, pihak rumah sakit sebagai pengguna
alat tentunya punya hak dan pengalaman
dalam memilih suatu alat sesuai
kebutuhannya.
d. Bahwa sebagai pemenang tender kami tidak
merugikan keuangan negara, karena dengan
harga penawaran sebesar Rp.
1.197.982.500,- (Satu milyar Seratus
Sembilan puluh tujuh juta sembilan ratus
delapan puluh dua ribu lima ratus rupiah)
jauh dibawah harga patokan yang
ditetapkan Biro Perlengkapan Propinsi DKI
Jakarta sebesar Rp. 1.550.000.000,- (satu
milyar lima ratus lima puluh juta rupiah).
12
SALINAN
13
12.2.4.3.13. Bahwa menurut keterangan Terlapor III, pihak
yang mengambil dokumen penawaran Terlapor
III adalah karyawan dari Terlapor I. ---------------
14
SALINAN
15
12.2.4.5.11. Bahwa Panitia menyerahkan dokumen
penawaran alat Full PSG dari Terlapor I pada
tanggal 14 Juni 2006. Dokumen tersebut
ditandatangani oleh Product Manager Terlapor
I yang bernama Rasda, yang pada proses
tender mewakili Terlapor III. -------------------
12.2.4.5.12. Bahwa Panitia menyerahkan dokumen Surat
Kuasa dari masing-masing perusahaan yang
mengikuti tender. Ketika melihat surat kuasa
dari Terlapor III dan IV, Tim mendapati bahwa
tanda-tangan direktur Terlapor III dan IV
berbeda dengan tanda-tangan yang asli, karena
itu Tim menduga bahwa tanda-tangan tersebut
dipalsukan. --------------------------------------
16
SALINAN
17
12.2.4.8.4. Bahwa maksud dan tujuan dikeluarkannya
buku patokan sudah disosialisasikan kepada
setiap instansi terkait di DKI Jakarta. -----------
12.2.4.8.5. Bahwa dalam menentukan HPS Panitia harus
tetap mengacu pada: ----------------------------
1. Harga pasar setempat menjelang proses
pengadaan -------------------------------------
2. Agen tunggal atau pabrikan -----------------
3. Data BPS -------------------------------------
4. Kontrak sejenis -------------------------------
5. Harga yang dikeluarkan instansi
berwenang -------------------------------------
18
SALINAN
19
12.3.1.9. Bahwa dengan demikian Tim menyimpulkan Terlapor V telah
menimbulkan hambatan bagi peserta tender yang menawarkan
alat PSG dengan merk non Biologic untuk bersaing menjadi
pemenang tender. -------------------------------------------------
12.3.1.10. Bahwa Tim Pemeriksa menyimpulkan hambatan tersebut
merupakan bentuk persekongkolan vertikal yang dilakukan oleh
Terlapor V dan Terlapor I, II, III dan IV untuk mengatur dan
menentukan Terlapor II sebagai pemenang tender.---------------
20
SALINAN
21
menyimpulkan terdapat cukup bukti terjadinya persekongkolan vertikal dan
horisontal untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender dalam tender
pengadaan alat kedokteran Polysomnograph di RS Duren Sawit Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007 yang dibiayai dari
Anggaran Belanja Tambahan Pemerintah DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007.
13. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa
merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar dilakukan Sidang Majelis Komisi (vide
bukti A41); --------------------------------------------------------------------------------------------
14. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 230/KPPU/PEN/XI/2008 tanggal 25 November 2008 tentang
Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008 dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung mulai tanggal 25 November
2008 sampai dengan 13 Januari 2009 (vide bukti A42); ----------------------------------------
15. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan
Keputusan Komisi Nomor 353/KPPU/KEP/XI/2008 tanggal 25 November 2008 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi
Perkara Nomor 49/KPPU-L/2008 (vide bukti A43); --------------------------------------------
16. Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi,
maka Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor
1139/SET/DE/ST/XI/2008 tanggal 25 November 2008 (vide bukti A44); -------------------
17. Menimbang bahwa dalam dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 17 Desember
2008, Terlapor I tidak hadir untuk menyampaikan Pendapat atau Pembelaan terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, namun pada tanggal 19 Desember 2008, Majelis
Komisi menerima Pendapat atau Pembelaan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan Terlapor I secara tertulis yang pada pokoknya menyatakan sebagai berikut
(vide bukti A50, C70); -------------------------------------------------------------------------------
17.1 Terlapor I tidak pernah berpikir untuk bersekongkol dengan Panitia, karena kami
juga tidak kenal dengan baik, mungkin pernah bertemu untuk urusan lain.
Karena usaha Terlapor I dalam bidang farmasi dan alat kesehatan sejak tahun
1974 dan para pelanggan antara lain adalah rumah sakit, instalasi pelayanan
kesehatan lainnya, para dokter spesialis, dan dokter umum. ---------------------------
17.2 Terlapor I berkedudukan sebagai agen tunggal harus melaksanakan total
marketing, sehingga Terlapor I mengutamakan purna jual daripada menjual; ------
17.3 Kelebihan Terlapor I dapat dibuktikan bahwa alat EEG, Epilepsi monitoring dan
PSG sudah terpasang lebih dari 150 unit di seluruh Indonesia; -----------------------
17.4 Bahwa Terlapor I sudah sejak tahun 2006 menawarkan alat PSG merek Biologic
Inc. USA yang diageni ke banyak user dan sudah melakukan demo alat,
22
SALINAN
sehingga biasanya user sudah yakin dan percaya bahwa alat PSG yang
ditawarkan oleh Terlapor I adalah alat yang dibutuhkan dan memenuhi
spesifikasi yang diharapkan user; ---------------------------------------------------------
17.5 Terlapor I memantau proses pengusulan dari user kepada Direktur rumah sakit,
dan dari Direktur kepada Pemda DKI, dan menyayangkan anggaran yang
diberikan turun jauh dibawah harga standar;---------------------------------------------
17.6 Terlapor I hanya memberikan surat dukungan alat PSG kepada: ---------------------
a. Rekanan yang benar-benar Terlapor I mengenal karakternya, jujur,
konsekuen, dan tidak akan berkhianat atau membocorkan harga dan kondisi
yang Terlapor I tawarkan;--------------------------------------------------------------
b. Terlapor I hanya akan memberikan kepada 3 (tiga) rekanan atau maksimum
4 (empat) rekanan yang kami anggap betul-betul jujur, konsekuen dan
memegang janji tidak akan memboikot atau mundur untuk menawarkan alat; -
c. Terlapor I akan memberikan harga yang sama dan dukungan penuh kepada
perusahaan yang diberikan dukungan; -----------------------------------------------
d. Terlapor I tidak akan memberikan surat dukungan kepada perusahaan yang
tidak dikenal dengan baik. -------------------------------------------------------------
17.7 Terlapor I terkejut mengapa Terlapor II berani menurunkan harga dengan
mengurangi margin atau keuntunganyang sebenarnya juga menjadi hak penuh
Terlapor II sendiri.---------------------------------------------------------------------------
17.8 Kondisi penawaran Terlapor II lebih murah dari Terlapor I merupakan
perhitungan dan keputusan Terlapor II yang jitu dan tepat serta murni keputusan
bisnis. -----------------------------------------------------------------------------------------
17.9 Terlapor I berkesimpulan :
a. Laporan yang disampaikan Pelapor adalah tidak benar; ---------------------------
b. Terlapor I menyangkal dengan tegas bahwa Terlapor I tidak pernah
bersekongkol secara vertikal dengan Terlapor maupun secara horizontal
dengan rekanan lain; --------------------------------------------------------------------
c. Mengikuti proses Perkara 49/KPPU-L/2008 sangat melelahkan dan sangat
menyita waktu untuk berproduktivitas yang lebih penting dalam era krisis
global.-------------------------------------------------------------------------------------
18. Menimbang bahwa dalam dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 17 Desember
2008, Terlapor II hadir untuk menyampaikan Pendapat atau Pembelaan secara tertulis
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutanyang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut (vide bukti A51, C71);----------------------------------------------------------------------
23
18.1 Bahwa Terlapor II menyangkal keras tuduhan bahwa Terlapor II telah
melakukan persekongkolan vertikal maupun persekongkolan horizontal
sehingga dianggap melanggar asal 22 UU No. 5 Tahun 1999 -------------------------
18.2 Bahwa Terlapor II tidak mengenal personil Terlapor V baik sebelum
pelaksanaan tender maupun dalam proses tender;---------------------------------------
18.3 Bahwa kedekatan Terlapor II dengan Terlapor I tidak semerta-merta dapat
disimpulkan telah terjadi persekongkolan untuk memenangkan Terlapor II,
karena hubungan bisnis yang saling percaya adalah modal utama kami sebagai
Trader. Jadi dengan strategi peyusunan harga yang kompetitif, aspek
administrasi yang bagus serta dukungan teknis yang lengkap, tidak ada gunanya
dan tidak memungkinkan bagi kami untuk melakukan persekongkolan dengan
pihak-pihak lain, baik secara vertikal maupun horizontal: -----------------------------
18.4 Bahwa tanggapan Terlapor II terhadap Hasil Pemeriksaan adalah;-------------------
18.4.1.1. Pada point E No. 1 angka xiii, dimana Terlapor II awalnya tidak tahu
kalau Terlapor I juga ikut serta dalam tender tersebut kami baru tahu
pada saat pembukaan penawaran harga;-------------------------------------
18.4.1.2. Poin E No. 1 angka xiv, dimana strategi ini adalah suatu hal yang
lazim dalam praktek marketing agar produknya laku terjual, akan
tetapi tidak bisa langsung disimpulkan bersekongkol, bisa saja hal ini
merupakan suatu konsorsium. ------------------------------------------------
18.4.1.3. Poin E No. 1 angka xv, dimana Terlapor I menggunakan perusahaan
lain adalah tidak termasuk dengan Terlapor II, buat apa kami ikut
tender jika kami tahu Terlapor I sebagai prinsipal ikut bermain
sendiri, tentunya kami tidak ingin keikutsertaan kami menjadi suatu
yang sia-sia; ---------------------------------------------------------------------
18.4.1.4. Poin E No. 2 angka viii, dimana surat kuasa yang kami serahkan
kepada Panitia Lelang, kami mendapat informasi tentang tender di
RS Duren Sawit dari Marketing Freelance kami saudara Yulius dan
Ibu Ida, dimana penggunaan tenaga freelance adalah suatu yang
sudah biasa pada perusahaan demi menekan over-head cost. ------------
18.4.1.5. Poin E No. 2 angka ix,x,xi,xii,xiii,xiv,xv, dimana keuntungan sebesar
Rp. 26 juta adalah merupakan strategi kami untuk memenangkan
tender, karena kami melihat merit point untuk faktor harga adalah 40,
sehingga jika kami lulus dalam evaluasi administrasi dan mendapat
poin teknis yang tinggi, kami memiliki peluang yang besar dalam
memenangkan tender.----------------------------------------------------------
24
SALINAN
19. Menimbang bahwa dalam dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 17 Desember
2008, Terlapor III tidak hadir untuk menyampaikan Pendapat atau Pembelaan terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, namun pada tanggal 18 Desember 2008, Majelis
Komisi menerima Pendapat atau Pembelaan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan Terlapor III secara tertulis yang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut(vide bukti A52, C72); ----------------------------------------------------------------------
19.1 Bahwa Terlapor III sangat tidak sependapat jika dinyatakan sebagai pihak yang
ikut melakukan persekongkolan horizontal dan vertikal dengan Terlapor I; --------
19.2 Bahwa Terlapor III memang mengenal Terlapor I, tetapi untuk kasus ini
Terlapor III sama sekali tidak terlibat dalam persekongkolan baik vertikal
maupun horizontal; --------------------------------------------------------------------------
19.3 Bahwa adalah fakta hukum, pihak-pihak yang terlibat dalam proses tender
tersebut bukanlah pihak yang mewakili hak dan kepentingan Terlapor III,
sehingga hal yang terjadi adalah menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing
karena Terlapor III meragukan keabsahan kuasa; ---------------------------------------
19.4 Bahwa kelanjutan prosedur dan proses lelang, sehingga memenangkan Terlapor
I adalah diluar pengetahuan Terlapor III; ------------------------------------------------
19.5 Bahwa dugaan yang menyangkut Terlapor III dikesampingkan karena tidak ada
keterlibatan Terlapor III baik secara vertikal maupun horizontal yang telah
menimbulkan kerugian bagi pihak lain; --------------------------------------------------
19.6 Bahwa fakta yang disampaikan Terlapor III uraikan diatas adalah fakta-fakta
yang diketahui oleh Terlapor III. ----------------------------------------------------------
20. Menimbang bahwa dalam dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 17 Desember
2008, Terlapor IV hadir untuk menyampaikan Pendapat atau Pembelaan secara tertulis
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutanyang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut(vide bukti A53, C73); ----------------------------------------------------------------------
20.1 Permohonan maaf kami sebesar-besarnya atas adanya kelalaian kami sebagai
pimpinan untuk tidak mengikuti secara profesional tender alat kedokteran PSG
di Rumah Sakit Duren sawit tahun Anggaran 2007; ------------------------------------
20.2 Terlalu percaya kepada staf yang menyatakan bahwa alat tersebut hanya
mengarah pada spesifikasi tertentu yang kebetulan diageni oleh PT Tiara
Kencana; --------------------------------------------------------------------------------------
20.3 Pengalaman ikut tender di RS Fatmawati tahun 2007, karena kami menawarkan
merek yang berbeda tetapi spesifikasi sama, dan sewaktu pembukaan
penawaran, Terlapor IV dikatakan gugur secara teknis oleh Panitia. Walaupun
harga yang kami tawarkan adalah harga terrendah dan spek yang sama; ------------
25
20.4 Demikian permohonan maaf kami sampaikan dengan ikhlas dan atas tegurannya
kami ucapkan terima kasih, semoga KPPU membuat negara tercinta ini semakin
baik untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia;-------------------------
21. Menimbang bahwa dalam dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 17 Desember
2008, Terlapor V hadir untuk menyampaikan Pendapat atau Pembelaan secara tertulis
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutanyang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut(vide bukti A54, C74, C75); ----------------------------------------------------------------
21.1 Bahwa kami sebagai anggota Panitia pengadaan barang dan jasa merasa belum
pernah mendapatkan sosialisasi tentang Patokan Harga Satuan barang/jasa dari
Biro Perlengkapan sejak tahun 2006; -----------------------------------------------------
21.2 Panitia memahami bahwa harga dan merek tidak wajib mengikuti buku patokan
namun selama ini ada kesan kuat yang dirasakan oleh anggota Panitia bahwa
harga dan merek harus mengacu kepada buku patokan harga satuan yang
dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta; -------------------------------------------------------
21.3 Berkaitan dengan pemeriksaan rutin tahunan yang dilakukan oleh Bawasda
selalu ditekankan bahwa barang atau jasa yang dibeli melalui proses lelang
umum/penunjukkan langsung/ pemilihan langsung harus mengacu kepada buku
patokan harga satuan yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta; -----------------------
21.4 Panitia menyusun spesifikasi berdasarkan DASK RS Duren Sawit dan Buku
Patokan Harga yang dikeluarkan Biro Perlengkapan Pemprov DKI Jakarta; -------
21.5 Dalam menetukan pemenang, Panitia telah meminta masukan dari user tentan
kegunaan dan kualitas dari semua alat yang ditawarkan, dan menurut user
kebutuhan rumah sakit adalah PSG dan EEG; -------------------------------------------
21.6 Kemudian Terlapor V mengirimkan data tambahan dengan surat No.
1745/073.53, yang isinya pada pokoknya: -----------------------------------------------
a. Panitia Pengadaan barang dan jasa tidak ikut proses perencanaan alat PSG
sehingga tidak mempunyai kompetensi untuk menjelaskan proses
perencanaan; -----------------------------------------------------------------------------
b. Panitia Pengadaan barang dan jasa hanya bertugas dalam melaksanakan
lelang sesuai dengan perintah Direktur rumah sakit; -------------------------------
c. Mekanisme usulan permintaan barang dan jasa dari unit-unit di rumah sakit
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku di rumah sakit. -----------------
d. Bahwa data-data terkait dengan perencanaan terdokumentasi di bagian
perencanaan dan yang berhak mengeluarkan adalah bagian perencanaan
rumah sakit Duren Sawit. --------------------------------------------------------------
22. Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan
penilaian yang cukup untuk mengambil keputusan; ---------------------------------------------
26
SALINAN
TENTANG HUKUM
1. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, surat, dokumen, dan alat bukti
lainnya, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan ada tidaknya pelanggaran yang
dilakukan oleh para Terlapor sebagai berikut:---------------------------------------------------
1.1. Tentang Identitas Para Terlapor;--------------------------------------------------------
1.1.1. Terlapor I: PT. Tiara Kencana, merupakan pelaku usaha berdasarkan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu perseroan
terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Nomor 18 tanggal 6 Desember 1972 yang dibuat oleh Notaris Drs. Anwar
Makarim dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor 09 tanggal 9 Mei 2005
yang dibuat oleh Notaris Silvia Veronica, S.H., yang melakukan kegiatan
usaha di distributor, grosir, komisioner, agen, pedagang besar obat-obatan,
farmasi, alat-alat kedokteran dan alat-alat keperluan rumah sakit, termasuk
bidang leveransir, bidang pemborong bangunan, bidang perindustrian,
bidang pertanian, perkebunan, perikanan darat, perikanan laut, dan
peternakan, bidang pengangkutan barang dan penumpang, bidang
ekspedisi dan pergudangan, yang berkedudukan di Wisma Tiara Lt. 5 Jalan
Raya Pasar Minggu KM 18 No. 17 Jakarta Selatan 12510 (vide bukti B1,
C36); ------------------------------------------------------------------------------------
1.1.2. Terlapor II: PT. Bhakti Wira Husada, merupakan pelaku usaha
berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa
suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas Nomor 39 tanggal 25 Juni 1969 yang dibuat oleh
Notaris Soeleman Ardjasasmita, dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor
17 tanggal 28 Oktober 2005 yang dibuat oleh Notaris Elliza Asmawel,
S.H., yang melakukan kegiatan usaha di bidang perindustrian seperti
industri farmasi dan alat-alat dan atau barang-barang perlengkapan
kesehatan, menjalankan perdagangan umum, bidang pengangkutan, bidang
stuwadoring, menjalankan usaha dan bertindak sebagai perwakilan atau
peragenan dari perusahaan-perusahaan baik dalam negeri maupun luar
negeri, yang berkedudukan di Jalan Tebet Utara I No. 20 Jakarta Selatan
12820 (vide bukti B2, C35); ---------------------------------------------------------
1.1.3. Terlapor III: PT. Ilong Prayatna, merupakan pelaku usaha berdasarkan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu perseroan
terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Nomor 76 tanggal 27 Juli 1989 yang dibuat oleh Notaris Chufran Hamal,
27
S.H., dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor 130 tanggal 21 Nopember
1990 yang dibuat oleh Notaris Chufran Hamal, S.H., yang melakukan
kegiatan usaha di bidang leveransir, supplier, grosir, distributor,
komisioner, bidang perdagangan umum, bidang jasa kecuali jasa hukum,
bidang industri termasuk kerajinan tangan, bidang pertanian, perkebunan,
kehutanan, pertambangan, perikanan darat dan laut serta pertambakan,
bidang pengangkutan umum, bidang percetakan, yang berkedudukan di
Jalan Balikpapan I No. 3B Jakarta Pusat 10130 (vide bukti B3, C37); --------
1.1.4. Terlapor IV: PT. Kamara Idola, merupakan pelaku usaha berdasarkan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu perseroan
terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Nomor 10 tanggal 31 Agustus 1998 yang dibuat oleh Notaris Hamdan
Syarif, dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor 2 tanggal 6 Februari 2004
yang dibuat oleh Notaris Lies Herminingsih, S.H., yang melakukan
kegiatan usaha di bidang farmasi, perdagangan umum, pembangunan,
industri, transportasi, jasa, percetakan, perbengkelan, desain, agrobisnis,
yang berkedudukan di Jalan Pelepah Hijau V Blok TS. 2/2 Jakarta Utara
(vide bukti B4, C38); -----------------------------------------------------------------
1.1.5. Terlapor V: Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Rumah Sakit Duren
Sawit Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007,
dengan alamat kantor di Jalan Duren Sawit Baru, Jakarta Timur (vide bukti
B5, C8, C9, C13, C41); --------------------------------------------------------------
1.2. Tentang Objek Tender ---------------------------------------------------------------------
1.2.1. Bahwa Objek Tender dalam perkara ini adalah tender pengadaan alat
kedokteran Polysomnograph (selanjutnya disebut PSG) di Rumah Sakit
Duren Sawit Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007
yang dibiayai dari Anggaran Belanja Tambahan Pemerintah DKI Jakarta
Tahun Anggaran 2007 (vide bukti C11);-------------------------------------------
1.2.2. Nilai Pengadaan PSG adalah sebesar Rp. 1.206.300.000,- (satu milyar dua
ratus enam juta tiga ratus ribu rupiah) dengan Kualifikasi Peserta Tender
adalah Golongan Non Kecil; --------------------------------------------------------
1.3. Tentang Spesifikasi yang Mengarah pada Merek Tertentu ------------------------
1.3.1. Bahwa berdasarkan LHPL, Tim Pemeriksa menyatakan spesifikasi teknis
pada tender a quo, mengarah kepada merek tertentu yaitu merek Biologic; -
1.3.2. Bahwa alat kesehatan merek Biologic, hanya diageni oleh satu perusahaan
prinsipal yaitu Terlapor I; -----------------------------------------------------------
1.3.3. Bahwa Tim Pemeriksa menemukan fakta dalam evaluasi tender Terlapor V
memberikan nilai yang lebih tinggi kepada peserta tender yang
28
SALINAN
29
1.3.8.1. Terlapor I tidak pernah berpikir untuk bersekongkol dengan
Panitia, karena Terlapor I juga tidak kenal dengan baik, mungkin
pernah bertemu untuk urusan lain. Karena usaha Terlapor I dalam
bidang farmasi dan alat kesehatan sejak tahun 1974 dan para
pelanggan antara lain adalah rumah sakit, instalasi pelayanan
kesehatan lainnya, para dokter spesialis, dan dokter umum; --------
1.3.8.2. Terlapor I sudah sejak tahun 2006 menawarkan alat PSG merek
Biologic Inc. USA yang diageni ke banyak user dan sudah
melakukan demo alat, sehingga biasanya user sudah yakin dan
percaya bahwa alat PSG yang ditawarkan oleh Terlapor I adalah
alat yang dibutuhkan dan memenuhi spesifikasi yang diharapkan
user; -------------------------------------------------------------------------
1.3.8.3. Terlapor I memantau proses pengusulan dari user kepada Direktur
rumah sakit, dan dari Direktur kepada Pemda DKI, dan
menyayangkan anggaran yang diberikan turun jauh dibawah
harga standar;--------------------------------------------------------------
1.3.9. Bahwa Terlapor II dalam pembelaan tertulisnya menyatakan: ------------------
1.3.9.1. Terlapor II menyangkal keras tuduhan bahwa Terlapor II telah
melakukan persekongkolan vertikal; -----------------------------------
1.3.9.2. Bahwa Terlapor II tidak mengenal personil Terlapor V baik
sebelum pelaksanaan tender maupun dalam proses tender; ---------
1.3.10. Bahwa Majelis Komisi menilai bahwa spesifikasi teknis yang mengarah
kepada PSG merk Biologic telah tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan
Perubahan Anggaran Satuan Kerja Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran
2007 Rumah Sakit Duren Sawit dan Buku Patokan dimana Terlapor V hanya
mengacu pada dokumen-dokumen tersebut dalam menyusun spesifikasi
teknis dalam RKS; ---------------------------------------------------------------------
1.3.11. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor V tidak terlibat dalam penyusunan
spesifikasi teknis dalam tender a quo; -----------------------------------------------
1.3.12. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor V seharusnya dalam menyusun
spesifikasi teknis tetap tidak mengarah pada merk tertentu sesuai dengan
ketentuan Keppres 80 Tahun 2003; --------------------------------------------------
1.3.13. Bahwa karena Terlapor V tidak terlibat dalam penyusunan spesifikasi teknis
maka Majelis Komisi menyimpulkan Terlapor V tidak terlibat dalam
persekongkolan vertikal untuk memenangkan Terlapor II dalam tender
perkara a quo; --------------------------------------------------------------------------
1.4. Tentang Peminjaman Perusahaan Terlapor III dan Terlapor IV; -----------------
1.4.1. Bahwa berdasarkan laporan LHPL Tim Pemeriksa menemukan fakta
Terlapor III dan Terlapor IV diwakili oleh orang-orang yang bukan
merupakan staf Terlapor III dan Terlapor IV. Orang-orang tersebut adalah :
30
SALINAN
31
1.4.7. Bahwa Majelis Komisi menilai adanya pengakuan Terlapor IV yang
menyatakan perusahaan telah dipinjam oleh Terlapor I dan diberi imbalan
sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) merupakan merupakan bukti
Terlapor IV telah dipinjam oleh Terlapor I sebagai pedamping; ----------------
1.4.8. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor III dalam aanwijzing diwakili oleh
Sdr. Rasda yang merupakan Product Manager Terlapor I yang mewakili
Terlapor III dalam aanwijzing merupakan bukti Terlapor III telah dipinjam
oleh Terlapor I sebagai pedamping; -------------------------------------------------
1.4.9. Bahwa Majelis Komisi menilai tindakan Terlapor III dan Terlapor IV
menyerahkan dokumen tender kepada pihak yang bukan merupakan
karyawan Terlapor III dan Terlapor IV merupakan bukti Terlapor III dan
Terlapor IV bersekongkol dengan Terlapor I dan Terlapor II untuk
memenangkan Terlapor II sebagai pemenang tender perkara a quo;------------
1.4.10. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan adanya bukti yang cukup Terlapor III
dan Terlapor IV meminjamkan perusahaan kepada Terlapor I untuk
mengikuti tender sebagai bentuk persekongkolan horizontal yang dilakukan
Terlapor I, Terlapor III dan Terlapor IV untuk memenangkan Terlapor II
menjadi pemenang tender perkara a quo; -------------------------------------------
1.5. Tentang Kedekatan Terlapor I dan Terlapor II; --------------------------------------
1.5.1. Bahwa berdasarkan laporan LHPL Tim Pemeriksa menyatakan Terlapor I
dan Terlapor II memiliki hubungan yang erat sehingga Terlapor II
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan bisnis dengan
Terlapor I termasuk kemudahan dalam memperoleh surat dukungan dan
memperoleh potongan harga yang cukup besar dari Terlapor I dalam setiap
pembelian barang;----------------------------------------------------------------------
1.5.2. Bahwa selain mendapatkan potongan harga dan surat dukungan, kedua
Terlapor pernah saling meminjamkan perusahaan untuk mengikuti tender;---
1.5.3. Bahwa Terlapor II mengetahui tender dari tenaga pemasaran lepas Terlapor I
dan Terlapor II membayar kepada tenaga pemasaran tersebut fee sebesar
Rp. 2.700.000,- (dua juta tujuh ratus ribu rupiah);---------------------------------
1.5.4. Bahwa Terlapor II dalam mengikuti tender menekan tingkat keuntungan
dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman pekerjaan sehingga
meningkatkan kemampuan dasar (KD) Terlapor II; -------------------------------
1.5.5. Bahwa Terlapor II dalam tender ini hanya memperoleh keuntungan sekitar
Rp. 26.000.000,- (dua puluh enam juta rupiah); -----------------------------------
1.5.6. Bahwa Terlapor I dalam pembelaan tertulisnya menyatakan: -------------------
1.5.6.1. Terlapor I terkejut mengapa Terlapor II berani menurunkan harga
dengan mengurangi margin atau keuntungan yang sebenarnya juga
menjadi hak penuh Terlapor II sendiri;-----------------------------------
32
SALINAN
33
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat”; ---------------------------------------------------------------------------------
3. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal
22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan
unsur-unsur dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut:------
3.1. Unsur Pelaku Usaha; ----------------------------------------------------------------------
3.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan
usaha dalam bidang ekonomi; ----------------------------------------------------
3.1.2. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini adalah
Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV, selaku peserta
Tender pengadaan alat kedokteran Polysomnograph di RS Duren Sawit
Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007; --------------
3.1.3. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 3.1.1 dan 3.1.2
Bagian Tentang Hukum, maka unsur pelaku usaha terpenuhi; --------------
3.2. Unsur Bersekongkol; ----------------------------------------------------------------------
3.2.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal
22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah kerja sama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan
dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu;-
3.2.2. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999, persekongkolan dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu
persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan gabungan dari
persekongkolan horizontal dan vertikal; -----------------------------------------
3.2.3. Bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan horizontal adalah
persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang
dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa
pesaingnya; persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi
antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan
jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan
jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan, sedangkan gabungan
persekongkolan horizontal dan vertikal adalah persekongkolan antara
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau
pemilik atau pemberi pekerjaan dengan sesama pelaku usaha atau
penyedia barang dan jasa;----------------------------------------------------------
34
SALINAN
35
3.5. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat;-------------------------------------------------
3.5.1. Bahwa yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan/atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan
cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha;
3.5.2. Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV telah
melakukan perbuatan tidak jujur dengan melakukan persekongkolan
tender; --------------------------------------------------------------------------------
3.5.3. Bahwa dengan demikian, unsur persaingan usaha tidak sehat terpenuhi; --
4. Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada
Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak
terkait, sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------------
4.1. Merekomendasikan kepada Direktur Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta Timur
untuk memperhatikan proses pengadaan barang dan jasa selanjutnya agar
membuka kesempatan kepada semua merk dan tidak membatasi pada spesifikasi
alat kesehatan dan atau kedokteran pada merk-merk tertentu;
4.2. Merekomendasikan kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk lebih
meningkatkan kapasitas administratif di unit-unit kerja Dinas Kesehatan Propinsi
DKI guna mendukung pelaksanaan tender yang berazaskan persaingan usaha yang
sehat; -------------------------------------------------------------------------------------------
5. Menimbang bahwa perkara ini tidak dalam ruang lingkup sebagaimana yang
dikecualikan dalam Pasal 50 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; -----------------------
6. Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------------
6.1. Hal-hal yang memberatkan: ----------------------------------------------------------------
6.1.1. Bahwa Terlapor I merupakan penggagas dalam persekongkolan horizontal di
tender pengadaan PSG Rumah Sakit Duren Sawit Propinsi DKI Jakarta
Tahun Anggaran 2007; ----------------------------------------------------------------
6.1.2. Bahwa Terlapor II pernah terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang No.
5 Tahun 1999 berkaitan dengan Perkara No. 13/KPPU-L/2005 dan Perkara
06/KPPU-L/2007; ---------------------------------------------------------------------
6.2. Hal yang meringankan: ----------------------------------------------------------------------
6.2.1. Bahwa seluruh Terlapor bersifat kooperatif dan memberikan dokumen-
dokumen yang diperlukan selama proses Pemeriksaan dan Sidang
Majelis;-------------------------------------------------------------------------------
36
SALINAN
MEMUTUSKAN
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat;----------------------------------------------------------------------------------------------
2. Menyatakan Terlapor V terbukti secara sah dan meyakinkan tidak melanggar
Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; -------------------------------------------
3. Menghukum Terlapor I dengan denda sebesar Rp. 114.000.000,- (seratus empat
belas juta rupiah) yang disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran
Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);--------------------------------------
4. Menghukum Terlapor II dengan denda sebesar Rp. 144.000.000,- (seratus empat
puluh empat juta rupiah) yang disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai
Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---------------------
5. Menghukum Terlapor III dengan denda sebesar Rp. 30.000.000,- (tiga puluh
juta rupiah) yang disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran
Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);--------------------------------------
6. Menghukum Terlapor IV dengan denda sebesar Rp. 22.000.000,- (dua puluh dua
juta rupiah) yang disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran
Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);--------------------------------------
37
Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi pada
hari Selasa, tanggal 13 Januari 2009 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan
terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Ir. M.
Nawir Messi, M.Sc., sebagai Ketua Majelis, Erwin Syahril, SH., dan Ir. Dedie S.
Martadisastra, S.E., M.M., masing-masing sebagai Anggota Majelis, dengan dibantu oleh
Aulia Alkausar, S.E., sebagai Panitera. ---------------------------------------------------------------
Ketua Majelis,
t.t.d
Panitera,
t.t.d.
38