Anda di halaman 1dari 24

Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.

B / 07120060003

BAB I
ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah salah satu penyakit telinga yang
paling sering ditemukan pada anak-anak, khususnya di negara berkembang seperti
Indonesia. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 23%
anak berusia 1 tahun dan 40% anak berusia 4-5 tahun yang berobat ke dokter didiagnosis
menderita otitis media. Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK di dunia
berkisar antara 1-46%.1 Di Inggris 0,9% dari populasi anak-anak dan 0,5% orang dewasa
menderita OMSK.2 Sedangkan di Indonesia sendiri sebesar 3% dari penduduknya
menderita OMSK menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996.
Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita
OMSK.3

Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran,


khususnya pada masa kanak-kanak dan remaja. Di seluruh dunia tercatat sebanyak 65-330
juta orang pernah menderita otitis media dan 60% diantaranya kehilangan pendengaran. 4
Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena kehilangan pendengaran pada masa
kanak-kanak akan berakibat pada keterlambatan bicara dan gangguan belajar.

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai OMSK yang diderita oleh seorang
anak laki-laki berusia 2 tahun yang dibawa ibunya ke poli THT Rumah Sakit Siloam Lippo
Village dimana anak tersebut memiliki riwayat rinitis dan otitis media akuta sebelumnya.

1
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

BAB II
PENDAHULUAN

2.1. Definisi

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea yang
menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.
Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi membran
timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam 6 minggu akibat infeksi
bakteri piogenik. dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat
berlangsung terus-menerus atau. Menurut Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.5

Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :


1. Perforasi sentral
Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani.
Seluruh tepi perforasi masih tersisa membran timpani.

2. Perforasi marginal
Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sulkus timpanikum.

2
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

3. Perforasi atik
Perforasi yang terjadi di area pars flaksida ini sering
menimbulkan komplikasi, seperti terbentuknya kolesteatoma.

Otitis media kronik merupakan kelanjutan dari otitis media akut, hal ini dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, kondisi
ekonomi yang masih buruk, tingkat gizi dan imunitas yang kurang baik, pengobatan yang
dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya
infeksi fokal di hidung dan faring, dan lain-lain.

2.2. Anatomi dan Fisiologi5,6

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar atau pinna, telinga tengah, dan telinga dalam.
Membran timpani yang menjadi batas antara telinga luar dan telinga tengah. Membran timpani

3
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

umumnya bulat dan terdiri dari lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah
dimana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak
terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang
disebut membran Sharpnell menjadi lemas atau flaksid. Pada pars flaksida terdapat area yang
disebut atik. Selain pars flaksida, ada zona yang lebih besar lagi yaitu pars tensa. Zona ini terdiri
dari lapisan fibrosa yang elastis.

Telinga tengah berbentuk seperti kotak dengan enam sisi, namun dinding posteriornya lebih luas
daripada dinding anterior. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus, dan stapes. Ketiganya saling dihubungkan oleh persendian.

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral tuba
bertulang sementara 2/3 medial merupakan kartilaginosa. Tuba eustachius memiliki fungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga dalam berbentuk seperti labirin. Labirin memiliki dua komponen yaitu bagian koklearis
(pars superior) untuk fungsi auditori dan bagian vestibular (pars inferior) untuk fungsi
keseimbangan. Koklea melingkar seperti rumah siput. Dua kompartemen cairan dalam koklea
adalah perilymphatic space dan endolymphatic space. Perilymphatic space ada di dalam labirin
tulang dan disekitar labirin membran. Cairan perilimfe yang memiliki kadar Natrium tinggi dan
Kalium yang rendah. Sedangkan endolimfe dalam labirin membran memiliki kadar Natrium
rendah dan Kalium tinggi.

Proses mendengar diawali dengan penangkapan gelombang energi bunyi oleh pinna yang
dialirkan ke koklea melalui udara atau tulang. Gelombang tersebut akan menggetarkan membran
timpani lalu diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus,
stapes) yang saling berhubungan. Getaran akan diamplifikasi dan diteruskan ke stapes yang
menggetarkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa dan menimbulkan rangsang

4
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

mekanik yang menyebabkan defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan
depolarisasi terjadi. Depolarisasi menimbulkan potensialaksi pada saraf auditorius yang
dilanjutkan ke nukleus auditorius ke korteks pendengaran di lobus temporal.

2.3 Klasifikasi5,6
Otitis media supuratif kronik dibagi menjadi dua tipe yaitu:
1. Otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna atau mukosa dikenal sebagai OMSK yang
aman karena proses peradangannya terbatas pada mukosa saja dan tidak sampai mengenai
tulang. Yang ditemukan pada pemeriksaan adalah sekret yang tidak terlalu banyak, gangguan
pendengaran ringan, perforasi membran timpani pada OMSK benigna umumnya merupakan
perforasi sentral, dan mukosa tidak menebal.
2. Otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna atau tipe tulang dianggap sebagai OMSK yang
berbahaya karena bersifat progresif dan destruktif hingga ke tulang. Perforasi membran
timpani yang ditimbulkan umumnya terletak di marginal atau di atik. OMSK maligna juga
memiliki kecenderungan tidak memiliki masa sembuh walaupun tidak ada infeksi hidung atau
faring serta memiliki komplikasi seperti sekret nanah yang berbau busuk, labirinitis,
meningitis, paresis nervus fasialis, abses otak, dan lain-lain. Selain itu, gangguan pendengaran
yang ditimbulkan juga lebih berat dibandingkan dengan OMSK tipe benigna. Pasien biasanya
juga merasakan nyeri belakang telinga dan nyeri kepala berat. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan sekret yang banyak dan berbau busuk, terbentuknya kolesteatoma, dan jaringan
granulasi.

OMSK juga dibedakan menjadi dua berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, yaitu OMSK
aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif jika sekret keluar dari kavum timpani secara aktif.
OMSK tenang jika keadaan kavum timpani basah atau kering.

2.4. Epidemiologi1,2,3

5
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 23% anak berusia 1
tahun dan 40% anak berusia 4-5 tahun yang berobat ke dokter didiagnosis menderita otitis
media. Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1-
46%. Di Inggris 0,9% dari populasi anak-anak dan 0,5% orang dewasa menderita OMSK.
Sedangkan di Indonesia sendiri sebesar 3% dari penduduknya menderita OMSK menurut
survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996. Dengan kata lain dari 220 juta
penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.

2.5. Etiologi dan Faktor Risiko


Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down
syndrome. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi
immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti
infeksi HIV) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis.
Faktor predisposisi OMSK antara lain:

1. Lingkungan
Studi menunjukkan kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi.
Hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, asupan gizi/nutrisi, tempat tinggal yang
padat.

2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel
udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.

6
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

3. Otitis media sebelumnya


Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /
atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga
dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.

4. Infeksi
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas
aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman
gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita infeksi
saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan.

5. Infeksi saluran nafas atas


Melalui saluran yang menghubungan antara hidung dan telinga, infeksi di saluran napas atas
yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga. Banyak penderita
mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat
mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri.

6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media
kronis.

7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan
alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes

7
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius


Pada otitis kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema. Pada telinga yang inaktif
berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Infeksi kronis telinga tengah cenderung disertai sekret purulen. Proses infeksi ini sering
disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap
standar yang ada saat ini.7

2.6 Tanda dan Gejala

1. Telinga Berair (Otorea) lebih dari 2 bulan. Sekret dapat keluar secara terus menerus atau
hilang timbul.

2. Gangguan Pendengaran yang timbul biasanya merupakan tuli konduktif (20-50 decibel).

3. Otalgia (Nyeri Telinga) jika OMSK sudah mengalami komplikasi.

4. Vertigo jika OMSK sudah mengalami komplikasi.

2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan menurut tanda dan gejala. Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan audiometri. Pada pemeriksaan audiometri
penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli
sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas. Pemeriksaan Radiologi juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan
adanya komplikasi seperti kolesteatoma. Pemeriksaan bakteriologi melalui sekret telinga juga
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui penyebab dan pemilihan anibiotik yang spesifik. Bakteri

8
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan
Proteus.

2.8 Tatalaksana

Penatalaksanaan kasus OMSK adalah dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik selama 7-10 hari. Apabila cairan di telingannya sangat banyak maka berikan lebih
dahulu H2O2 3% tetes telinga selama 3-5 hari untuk mengeringkan cairan sehingga obat dapat
masuk dengan baik ke dalam telinga. Apabila disertai dengan infeksi pada hidung atau
tenggorakan maka dapat disertai pula dengan pemberian antibiotik minum seperti Amoksisilin
atau Amoksisilin + Asam Klavulanat selama 5-10 hari. Obat tetes telinga yang dapat diberikan
adalah yang mengandung antibiotik seperti yang mengandung kloramfenikol, neomicin-
polimixcin -hidrokortison, gentamisin atau yang mengandung ofloxacin. Ofloxacin tetes telinga
memiliki beberapa keunggulan dibanding golongan lain yaitu tidak memiliki efek ototoksik
seperti neomisin dan gentamisin, memiliki spektrum antibakteri yang luas dan masih sensitif
terhadap semua bakteri penyebab OMSK, hampir tidak menimbulkan efek samping dan
memberikan perbaikan gejala yang lebih baik dibandingkan golongan lain. Walaupun
penggunaan golongan kuinolon (termasuk juga ofloxacin) oral pada anak tidak dianjurkan karena
adanya efek samping pada tulang namun ofloxacin tetes telinga dapat diberikan pada anak
dengan usia > 1 tahun tanpa ditemukan adanya efek samping tersebut.

Untuk kasus OMSK yang sering berulang dan kambuh, OMSK maligna, OMSK bilateral yang
terjadi pada kedua telinga, penderita adalah seorang yang memiliki hobi / pekerjaannya yang
mengharuskan untuk berenang/menyelam, dan pada pemeriksaan telinga (audiometri)
didapatkan adanya tuli maka disarankan untuk melakukan operasi. Jenis operasi yang dilakukan
bergantung pada luasnya kerusakan dan sarana yang tersedia. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

9
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

• Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada
tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada
operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.
Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk
membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.

• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)


Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum
timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.

• Miringoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang
paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan

10
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

• Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe
benigna yang tidak bisa diatasi dengan cara medikamentosa. Tujuan operasi adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi
membran timpani seringkali juga harus dilakukan rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan
bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

• Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)


Dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi
yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan
jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna
belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.

BAB III

11
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : An. LHN

No. Rekam Medis : 00.00.00

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 17 Desember 2007

Agama : Kristen

Alamat : Cempaka Barat

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Ibu pasien mengeluh kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan lengket
kekuningan yang bau sejak 2,5 bulan lalu sebelum berobat ke poli THT Siloam
Hospital Lippo Village.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Anak laki-laki berusia 2 tahun datang ke poli THT Siloam Hospital Lippo Village
diantar ibunya dengan keluhan kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan
lengket berwarna kuning yang bau. Telinga kiri keluar cairan sejak 2,5 bulan yang
lalu. Telinga kanan sudah lebih lama lagi, namun cairan tidak keluar setiap hari.
Ibu pasien tidak memperhatikan adanya gangguan pendengaran pada anaknya.
Sekarang telinga pasien tidak nyeri. Pada saat ini pasien tidak pilek, batuk
ataupun demam. Pasien tidak mengalami mimisan. Nafsu makan pasien tidak
mengalami penurunan. Tidak ditemukan sakit menelan pada pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:

12
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Pasien mempunyai riwayat batuk pilek sejak 3 bulan yang lalu dan sakit telinga
kiri disertai demam beberapa hari setelahnya.
D. Riwayat Alergi:
Tidak ada
E. Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya mengalami demam, batuk, pilek, dan diberikan obat Cefixime
2 x 1/3, Ambroxol 2 x 1/2, dan Rhinofed 2 x 1/2.
F. Riwayat Kebiasaan:
Pasien suka minum susu menggunakan botol sambil berbaring.

III. Pemeriksaan Fisik (21/07/2010)


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : tidak diukur
Nadi : 100 x / menit
Pernapasan : 22 x / menit
Suhu : afebris (37.5C)

Kepala Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan


Mata Konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik
pada kedua mata, refleks cahaya +/+, diameter pupil 3 mm/ 3 mm
Telinga Bentuk normal, pinna tidak sakit waktu digerakkan, otorea + ADS,
tampak perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran
timpani telinga kanan, dan perforasi sentral pada membran timpani
telinga kiri. Fungsi pendengaran tidak diperiksa.
Hidung Bentuk normal, septum nasi di tengah tidak ada deviasi, mukosa
tidak hiperemis, tidak ada edema konka. Tidak terdapat sekret pada
kedua lubang hidung, epistaksis (-).
Gigi dan Mulut Bibir tampak normal, tidak ada sianosis dan tidak ada deviasi. Lidah

13
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

tidak kotor. Gigi geligi normal dan tidak ada karies.


Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
Jantung Auskultasi: Bunyi jantung S1, S2 murni. Murmur (-). Gallop (-).
Paru Inspeksi: pergerakan dada simetris
Auskultasi: Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen -
Punggung -
Ekstremitas atas dan Akral hangat, tidak ada edema pada semua ekstremitas.
bawah

I. Status THT (21/07/2010)


Telinga
Dextra Sinistra
Bentuk telinga luar Normal Normal
Liang telinga sekret (+) sekret (+)
Membran Timpani perforasi sentral multipel perforasi sentral, refleks
di 2 tempat, refleks cahaya cahaya (-), sekret
(-), sekret (+) mukopurulen (+)

Hidung
Keterangan
Bentuk luar Normal
Kavum nasi Lapang, hiperemis (-), edema (-)
Konka inferior Hipertrofi (-)
Meatus medius Mukopus (-)
Septum nasi Tidak ada deviasi
Nasofaring Sekret (-)

Tenggorokan
Keterangan
Tonsil T2/T2, hiperemi (-), detritus (-)

14
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Faring Normal
Laring Normal

KGB
Tidak didapatkan adanya KGB yang membesar baik di leher anterior, preauricular,
maupun supraclavicula.

IV. Resume
Anak laki-laki berusia 2 tahun datang ke poli THT Siloam Hospital Lippo Village diantar
ibunya dengan keluhan kedua telinga anaknya mengeluarkan cairan lengket berwarna kuning
yang bau. Telinga kiri keluar cairan sejak 2,5 bulan yang lalu. Telinga kanan sudah lebih lama
lagi, namun cairan tidak keluar setiap hari. Ibu pasien tidak memperhatikan adanya gangguan
pendengaran pada anaknya. Pasien mempunyai riwayat batuk pilek sejak 3 bulan yang lalu dan
sakit telinga kiri disertai demam beberapa hari setelahnya. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran timpani telinga kanan dan perforasi sentral
pada membran timpani telinga kiri.

V. Diagnosis Kerja

Otitis media supuratif kronik tipe benigna

VI. Diagnosis Banding

Otitis media tuberkulosa

VII. Penatalaksanaan

 Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari


 Antibiotika oral dapat diberikan Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi
terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam

15
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan
kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

VIII. Prognosis

Prognosis ad Vitam : dubia ad bonam


Prognosis ad Fungsionam : dubia ad bonam
Prognosis ad Sanactionam : dubia ad malam

IX. Analisa Kasus

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea yang
menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.
Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi membran timpani
disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang keluar
dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut
Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan. Jadi, karena pasien
menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga mengeluarkan cairan sejak 2,5 bulan lalu
serta ditemukannya perforasi membran timpani pada pemeriksaan, maka pasien dapat
didiagnosis menderita Otitis Media Supuratif Kronik. Pasien juga memiliki riwayat rinitis akut 3
bulan lalu dan Otitis Media Akuta beberapa hari setelahnya.

Awalnya, telinga kanan yang terlebih dahulu mengeluarkan sekret, sedangkan 3 bulan lalu
telinga kiri terasa sakit dan pasien menjadi demam sehingga lebih rewel. Baru 2 minggu
kemudian telinga kirinya juga mengeluarkan sekret. Namun Otitis media akuta yang diderita
pasien tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang menetap dengan sekret yang keluar
secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti imunitas atau daya tahan

16
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

tubuh pasien rendah karena berat badan pasien yang cenderung tetap, kurangnya perhatian ibu
terhadap kesehatan, pengobatan yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas misalnya
pemberian obat tidak teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi fokal di hidung
dan faring, dan lain-lain.

Faktor risiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat infeksi
hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang, obstruksi tuba,
pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan granulasi,
timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah terkena penyakit
telinga pada masa kanak-kanak, perforasi membran timpani persisten, terjadinya metaplasia pada
telinga tengah, otitis media yang virulen, memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.

Faktor risiko timbulnya OMSK pada anak adalah laki-laki, berusia <15 tahun, pernah
memakai ear tube sebelumnya, sering mengalami infeksi saluran napas atas >3 kali dalam 6
bulan terakhir, memiliki orangtua yang tingkat pendidikannya rendah, orangtua merokok, tempat
tinggal sempit dan sirkulasi udara buruk, memiliki saudara yang tinggal sama-sama di satu
rumah, anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, malnutrisi khususnya defisiensi
vitamin A dan zinc, memiliki alergi, sering terkena infeksi saluran pernapasan atas, dan anak-
anak yang sering meminum susu dalam posisi berbaring. 8 Pada sebuah penelitian di Nigeria
terhadap 10.303 anak berusia dibawah 6 tahun yang berobat ke klinik pediatrik selama 1 tahun,
terdapat 64% laki-laki dan 36% perempuan yang terdiagnosis OMSK sehingga rasio laki-laki
banding perempuan menjadi 1,8:1.9 Pada pasien ditemukan beberapa faktor risiko yang
menyebabkan pasien rentan terkena OMSK yaitu pasien laki-laki, berusia dibawah 15 tahun,
sering mengalami rinitis akut, dan memiliki kebiasaan meminum susu dalam posisi berbaring.

OMSK sering dialami oleh anak-anak karena tuba eustachius yang lebih pendek dan lebih
lurus jika dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga infeksi dari hidung dan tenggorokan
akan meluas ke telinga yang memang mempunyai tipe epitel sama. Selain itu pneumatisasi
mastoid paling aktif pada usia 5-10 tahun. Terdapat dua kelompok usia yang sering terkena otitis

17
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

media yaitu kelompok usia 6 bulan hingga 2 tahun dan kelompok usia 5-6 tahun, kemudian
insidennya menurun pada usia 6-12 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena pada 3-5 tahun
pertama kehidupan anak-anak sering mengalami alergi makanan, namun setelah berusia di atas 5
tahun insidennya juga menurun. Selain itu imunitas masih dalam tahap pembentukan di tahun-
tahun pertama kehidupan Anak-anak dengan abnormalitas kraniofasial seperti mikrosefali,
palatokisis, atresia koanal, Down syndrome, dan cri du chat syndrome juga lebih rentan terkena
OMSK karena tuba eustachius yang biasanya lebih pendek dari rata-rata populasi pada kelompok
umur yang sama. Namun jika onset OMSK terjadi pada usia <6 bulan, harus dipikirkan adanya
predisposisi kondisi prenatal seperti penggunaan alkohol pada masa kehamilan, pola diet ibu, dan
rendahnya antibodi pada bayi.10,11
Pasien menderita OMSK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret secara
intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi sentral tanpa
terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang ataupun adanya komplikasi
lain.
Pada pasien didapatkan OMSK bilateral padahal pada umumnya OMSK hanya mengenai
1 sisi telinga. Pada penelitian di Bangladesh pada 500 anak berusia 5-15 tahun, 72% diantaranya
menderita OMSK unilateral.12 OMSK yang terjadi di kedua telinga dapat disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan atas dan adanya faktor alergi yang menyebabkan edema mukosa dan
penutupan tuba eustachius.13 Gejala-gejala di telinga biasanya mulai terasa setelah beberapa hari
menderita rinitis atau faringitis. Pada pasien ini OMSK didapatkan bilateral yang diakibatkan
oleh seringnya rinitis dimungkinkan faktor imunitas dan status gizi yang kurang baik.

Perforasi membran timpani cukup sering terjadi. Survei di Amerika menunjukkan 4%


dari populasi anak-anak suku Indian mengalami perforasi membran timpani. 14 Studi lain
menunjukkan 3% dari anak-anak yang menggunakan ventilation tube mengalami perforasi
membran timpani.15

Perforasi membran timpani paling sering disebabkan oleh infeksi. Infeksi akut pada
telinga tengah dapat menyababkan iskemia relatif sehingga meningkatkan tekanan pada kavum

18
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

timpani. Tekanan tersebut membuat membran timpani teregang sampai pada satu titik regangan
maksimal dan membran timpani pun ruptur. Penyebab lain rupturnya membran timpani adalah
akibat trauma misalnya jatuh dan telinga terbentur atau trauma pada saat mengorek telinga,
perubahan tekanan yang terlalu cepat misalnya ketika naik lift atau pada saat menyelam
(barotrauma), mendengar bunyi yang sangat keras seperti ledakan bom, dan lain-lain. Tanda dan
gejala rupturnya membran timpani adalah vertigo, kehilangnan pendengaran, tinitus, serta
keluarnya cairan dari telinga. Pada pasien perforasi membran timpani disebabkan oleh infeksi
yang ditandai oleh keluarnya cairan dari telinga.

Pada perforasi membran timpani multipel ada hal-hal yang harus dipikirkan seperti
adanya penyakit sistemik seperti Tuberculosis dan Wegener’s granulomatosis. Selain itu juga
dilaporkan adanya perforasi membran timpani multipel akibat penggunaan Erlotinib sebagai
obat pilihan pertama kemoterapi non-small cell lung carcinoma karena Erlotinib ternyata bekerja
di jalur EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) yang berhubungan dengan penghambatan
proses pembentukan tumor dan juga menghentikan proses keratinosit, fibroblas, sel-sel endotel,
dan sel-sel epitel khususnya epitel skuamous bertingkat pada membran timpani manusia dan
hewan.16

Dalam kasus ini perlu dipikirkan bahwa pasien menderita tuberculous otitis media karena
terdapat perforasi sentral multipel di 2 tempat pada membran timpani telinga kanan, berat badan
anak cenderung tidak naik (dalam 7 bulan hanya naik 0,85 kg), dan Laju Endap Darah yang
meningkat tanda adanya infeksi atau peradangan. Selain itu Tuberculosis merupakan penyakit
endemik di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun pada tuberculous otitis media
sekret yang dikeluarkan berupa cairan yang bening sedangkan pada pasien cairan telinganya
kekuningan. Untuk mendiagnosis tuberculous otitis media adalah diagnosis yang sulit dan
tergolong kasus jarang karena OMSK yang disebabkan oleh bakteri Tuberculosis hanya 0,04%
dari total penderita OMSK dan Tuberculosis lebih sering terjadi pada anak berusia diatas 5
tahun. Diagnosis tuberculous otitis media harus secepatnya ditegakkan karena komplikasinya
yang serius seperti kelumpuhan nervus fasialis, labirinitis, tuli sensorineural, dan infeksi

19
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

diseminata pada jaringan intrakranial. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa foto
toraks dan Tuberculin/Mantug test seharusnya dilakukan.

Wegener’s granulomatosis juga merupakan penyakit yang jarang dimana insidennya


hanya 12 kasus per 1 juta orang per tahun yang berhubungan dengan Antibodi sitoplasmik
antineutrofil.2 Trias untuk mendiagnosis Wegener’s granulomatosis adalah infeksi saluran napas
atas dan bawah serta glomerulonefritis yang progresif. Pada pemeriksaan patologi ditemukan
vaskulitis pembuluh darah kecil, inflamasi dan nekrosis granulomatosa. Pada 90% pasien
Wegener’s granulomatosis terdapat Antibodi sitoplasmik antineutrofil. Seseorang dapat dicurigai
menderita penyakit ini jika gejala-gejala gangguan napas seperti hidung tersumbat dan sinusitis
yang tidak mempan dengan pengobatan biasa. Namun pada pasien yang hanya menderita rinitis,
tentunya trias untuk mendiagnosis Wegener’s granulomatosis tidak terpenuhi.

Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif yang berkisar
antara 20-50 decibel. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya dilakukan untuk mengetahui
jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah sudah
mengalami perbaikan atau belum. Timpanometri biasanya dilakukan bersama dengan
audiometri. Dalam otitis media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk mengetahui
pergerakan membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah
mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran timpani tidak akan
membuatnya bergerak.

Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah pemeriksaan Rinne,
Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne diharapkan negatif agar sesuai
dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan Weber jika terdapat lateralisasi ke satu telinga
berarti ada perbedaan derajat ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach
diharapkan hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada
pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang menyebabkan

20
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) sehingga konduksi
suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke telinga tengah sehingga
clearance cavum timpani menurun. Namun pada beberapa kasus OMSK dapat menimbulkan tuli
sensorineural dan tuli campur.

Anjuran pemeriksaan penunjang bagi pasien adalah Xray toraks dan pemeriksaan
Tuberculin untuk menyingkirkan kemungkinan tuberculous otitis media. Tuberculin skin test
adalah pemeriksaan yang cukup mudah dilakukan dan akurat dalam mendeteksi Tuberculosis. Di
permukaan volar lengan disuktikkan 0,1 ml PPD (5 TU) intrakutan dan hasilnya akan dibaca 48-
72 jam, walupun kadang-kadang hasil positif baru dapat terbaca 7 hari setelah tes dilakukan.
Reaksi kulit berupa indurasi sebesar 5 mm dianggap positif. Namun 5 mm masih dianggap
negatif pada pasien HIV dengan CD4 dibawah 100. Negatif palsu dapat terjadi jika penyuntikkan
tidak masuk ke intrakutan atau imunitas pasien yang diperiksa menurun.

Anjuran pemeriksaan penunjang lain adalah CT scan untuk melihat mastoid dan tulang
temporal untuk menyingkirkan adanya kolesteatoma, dan kultur spesimen berupa sekret telinga.
Otitis media supuratif terjadi karena bakteri yang migrasi dari hidung atau saluran napas ke
telinga melalui tuba eustachius. Otitis media juga bisa disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus
dan Candida ataupun patogen lain seperti virus Herpes. Pada situasi ini mungkin terdapat
masalah pada imunitas host. Orang-orang dengan diabetes mellitus lebih rentan terhadap infeksi
Pseudomonas. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia harus selalu dipikirkan
adanya kemungkinan terserang Tuberculosis karena penyakit ini sudah endemik di negara kita.
Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada pasien dibutuhkan
pemeriksaan kultur spesimen. Lagipula kultur juga berguna untuk memilih jenis antibiotik yang
spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya. Pada pasien pada hasil kultur tanggal 1 Juli 2009
didapatkan Enterobacter aerogenes sebagai bakteri penyebab OMSK dan dalam daftar obat yang
sensitif bagi bakteri tersebut adalah Ceftriaxon sodium (parenteral),
Trimetroprim/Sulfametoksasol, kloramfenikol, fosfomisin, dan lain-lain. Obat dapat dipilih yang
cocok untuk anak-anak, berefek samping minimal, dan sesuai dengan ketersediaan obat.

21
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

Enterobacter aerogenes adalah bakteri patogen nosokomial yang jarang menyerang


indivdu sehat karena sifatnya sebagai bakteri oportunistik. Enterobacter aerogenes dapat
menyerang saluran napas bawah, traktus urinarius, kulit, endokardium, jaringan intra-abdominal,
dan lain-lain. Endotoksinnya dapat menyebabkan sepsis. Yang berisiko terkena infeksi bakteri
ini adalah individu yang dihospitalisasi > 2 minggu, mendapat prosedur invasif dalam 72 jam
terakhir, diberikan pengobatan berupa antibiotik dalam 30 hari terakhir, dan pernah dikateter
vena sentral. Faktor risiko spesifik untuk timbulnya infeksi nosokomial oleh Enterobacter yang
multidrug-resistant strain ini adalah pernah diberikan sefalosporin spektrum luas atau
aminoglikosida baru-baru ini dan pernah dirawat di ICU. Pasien memang pernah diberikan
pengobatan Cefixime 2 x 1/3 sekitar 3 bulan yan lalu ketika rinitis akut disertai demam.

Menurut data dari National Nosocomial Infections Surveillance System (NNIS), spesies
Enterobacter menyebabkan 11,2% kasus pneumonia pada pasien-pasien ICU, sedangkan pada
pasien ICU pediatrik terdapat 9,8% kasus pneumonia akibat bakteri gram negatif ini. Menurut
laporan penjaringan Care Antimicrobial Resistance Epidemiology (ICARE), kasus resistensi
Enterobacter terhadap sefalosporin generasi ketiga ada 25,3% kasus di ICU, 22.3% kasus pada
pasien rawat inap non-ICU, 10.1% pada pasien ambulatori, dan 36.2% di ICU pediatrik.19

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah
sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena
obat tetes telinga banyak yang memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan
hanya dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat diberikan
antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai
resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang
paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Bila sekret telah kering
namun perforasi menetap setelah observasi selama 2 bulan maka sebaiknya dilakukan
miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan menghentikan infeksi dan memperbaiki membran
timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran membaik dan komplikasi tidak terjadi. Bila

22
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang,
maka obati sumber infeksi terlebih dahulu.5 Pada pasien dapat diberikan Ceftriaxon sodium
(parenteral) atau Trimetroprim/Sulfametoksasol berdasarkan uji resistensi bakteri.

BAB IV
KESIMPULAN

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) menurut Buku THT FKUI edisi keenam adalah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.5 OMSK
merupakan salah satu penyakit telinga yang paling sering ditemukan pada anak-anak, khususnya
di negara berkembang seperti Indonesia. Sebesar 3% dari penduduk Indonesia menderita OMSK
menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi pada tahun 1996. Dengan kata lain dari 220 juta
penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.3

Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran,


khususnya pada masa kanak-kanak dan remaja. Di seluruh dunia tercatat sebanyak 65-330 juta
orang pernah menderita otitis media dan 60% diantaranya kehilangan pendengaran.4 Hal ini
diakibatkan banyak faktor seperti tuba eustachius anak yang masih pendek dan lebih lurus dari
orang dewasa, faktor imunitas yang masih berkembang, faktor alergi yang sering diturunkan,
perhatian terhadap kesehatan yang masih kurang, dan lain-lain. OMSK penting untuk dicegah

23
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village
Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Nathania N.B / 07120060003

karena kehilangan pendengaran pada masa kanak-kanak akan berakibat pada keterlambatan
bicara dan gangguan belajar.

Oleh karena itu, sarana kesehatan harus lebih aktif berperan terutama di komunitas yang
terpencil agar menggalakkan imunisasi pada bayi dan anak, menyediakan tenaga kesehatan yang
kompeten sehingga dapat memberikan edukasi bagi para ibu, memberikan penyuluhan mengenai
berbagai penyakit telinga, mengembangkan strategi-strategi untuk mengurangi transmisi atau
penyebaran penyakit infeksius khususnya bagi bayi dan anak.

24
Kepanitraan Klinik Ilmu THT
Periode 11 Oktober 2010 – 13 November 2010
Fakultas Kedokteran UPH – Siloam Hospital Lippo Village

Anda mungkin juga menyukai