Anda di halaman 1dari 34

Kisah di Balik Sebuah Rumah

Namanya adalah Sara Crew sekarang dia baru lulus dari SMP, Sara hanya tinggal bersama kedua
orang tua nya. Tetapi orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing – masing. Sara bertemu
dengan mereka hanya hari sabtu dan minggu saja. Tetapi terkadang pada hari sabtu mereka tidak ada di
rumah dan karena hal tersebut Sara sering sekali merasakan kesepian. Saat ini Sara harus pindah ke
Bandung bersama kedua orang tuanya karena tempat kerja orang tua Sara berada di Bandung.

Babak Pertama
Adegan pertama

Mamah : “Sara, cepat bereskan barang – barangmu !”

Sara : “Iya Ma, sebentar” ( membereskan barangnya dengan terburu – buru )

Mamah : “Setelah kamu selesai membereskan barang – barangmu cepat masukan ke dalam mobil
barang!”

Sara : “Iya Ma”

(Di dalam mobil)

Papah : “Sudah siap semuanya?”

Sara : “Siap Bos” ( hormat ke arah Papahnya )

Mamah : “Ayo berangkat !” ( tersenyum sambil berseru seperti anak kecil )

Perjalanan pun dimulai. Mereka menempuh perjalanan cukup lama sekali dan di sepanjang perjalanan
Sara tertidur.

Adegan kedua

Saat Sara membuka mata, Sara melihat sebuah rumah yang sangat besar sekali. .

Papah : “Sara bangun!”

Sara : “iya Pah, aku sudah bangun”

Mamah : “ Sara, inilah rumah kita sekarang”

Sara : “Haaaah?” ( tercengang )

Mereka turun dari mobil dan menuju rumah tersebut. Ketika mereka sudah mendekati dan hampir sampai
di depan pintu terlihat ada seorang perempuan dan laki – laki menghampiri mereka. Ketika perempuan itu
datang Sara seperti tidak asing dengan perempuan tersebut

Ibu Nana : “Punten Bu ”

Mamah : “Eh, Bu Nana. Gimana kabarnya baik? “

Ibu Nana : “ Baik Bu. Oh ibu ini anaknya ya?” (tersenyum dan melihat ke Sara)

Mamah : “ Perkenalkan ini Sara anak saya”

Sara dan Bu Nana pun saling berjabat tangan

Ibu Nana : “ Oh ya Bu, perkenalkan ini Maman. Dia yang akan menjadi Tukang Kebun di sini”

Mamah dan Pak Maman pun saling berjabat tangan.

Mamah : “Oh ya Pak Maman, perkenalkan ini suami saya”


Papah dan Pak Maman pun saling berjabat tangan. Setelah saling berkenalan mereka semua masuk ke
dalam rumah itu.

Adegan Ketiga

Papah : “Sara kamarmu mau di sebelah mana?”

Sara : (Melihat – lihat sekeliling rumah) “Papah, aku mau lihat ke atas dulu ya?”

Papah : “Oh ya tentu saja”

Sara : “Bu Nana, temenin aku ke atas yuk?” (melihat ke arah Bu Nana)

Ibu Nana : “Oh tentu saja Sara”

Sara dan Bu Nana pun berjalan menuju lantai atas. Lalu Bu Nana pun menunjukan kamar – kamar kosong
yang mungkin akan Sara pilih. Ketika Sara berjalan menyusuri pojok, Sara melihat sebuah ruangan yang
membuatnya tertarik.

Sara : “Bu Nana, kamar ituu.. Aku ingin disana!” (girang dan menunjuk kearah kamar tersebut
sambil menoleh ke arah Bu Nana)

Ibu Nana : (Bu Nana menoleh ke arah kamar itu) “Oh Sara ingin disana.. Kalau begitu ayo kita
bilang ke Papahmu.” (tersenyum)

Sara dan Bu Nana pun menuruni lantai ini dan menuju ke arah Papah dan Mamah. Karna Papah dan
Mamah sudah menemukan tempat yang tepat untuk kamarnya juga, semua orang memasukan barang –
barang ke dalam rumah dan memberes - bereskannya.

Tidak terasa malam sudah tiba. Hari ini, mereka sudah melakukan beberapa aktifitas yang sangat
melelahkan.

Papah : “Sudah jam 9 malam. Ayo kita tidur!” (melihat ke arahku dan ke arah Mamah)

Mamah : (melihat ke arah jam) “Tidak terasa sudah jam segini lagi. Sara, kamu harus tidur cepat
ya”

Babak Kedua
Adegan pertama

keesokan harinya Sara pergi ke sekolah barunya. Sekolah itu berada di daerah Lembang. Saat di
perjalanan menuju ke sekolah Sara melihat banyak peternak sapi dan perkembunan teh.

Papah : “Kita sudah sampai”

Mamah : “Sara inilah sekolah barumu, SMA Stateford”

Sara : (Melihat ke sekeliling sekolah)

Papah : “Sara, ayo cepat turun!”

Sara : (Turun dari mobil) “Hoooaaah jauh sekali”

Mamah : “Ini sekolah paling bagus di daerah ini sayang” (Mengelus – ngelus kepala Sara)

Sara : “Oh ya?” (Mengerutkan kening)

Mamah : “Sudahlah ayo cepat masuk!”

Sara : “Tapi mamah antar ya?” (Dengan nada manja)

Mamah : “Iya sayang, tapi mamah tidak bisa mengantarmu sampai ke depan kelas” (Sambil
berjalan merangkul Sara)
Sara : “kenapa” (Dengan nada kecewa)

Mamah : “Mamah harus pergi ke kantor karena ada rapat jadi hari ini mamah harus
berangkat secepatnya”

Sara : “Aaah….. ya sudah tidak apa – apa” (Dengan nada pasrah)

Sesampainya di Ruang Guru

Mamah : “Permisi?”

Pak Hodam : “Iya, eh Bu Sana” (Mengulurkan tangan dan tersenyum) “Ini pasti Sara!”
(melihat Sara)

Mamah : (Menyambut uluran tangan dan tersenyum) “Iya, Pak”

Pak Hodam : “Selamat datang menjadi murid baru di sekolah kami. Perkenalkan sekarang
saya yang akan menjadi wali kelasmu”

Sara tersenyum,alis dan mata nya terangkat. Dan Sara bergumam “Waah, Bapak ini lucu seperti
Adolf Hitler”. Sara tertawa kecil.

Pak Hodam : “Ayo kita masuk ke kelas, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.”

Mamah : “Pak Hodam, saya nitip Sara ya..” (melihat ke arah Pak Hodam lalu
mengalihkan pandangannya ke Sara) “Sara, semoga kamu cocok dengan kelas
dan sekolahmu. Mamah mau berangkat dulu.” (mencium pipi Sara)

Sara : “Iya Maah..”

Mamah pun pergi meninggalkan sekolahan dan Sara pun pergi ke kelas bersama Pak Hodam.

Adegan Kedua

Pak Hodam masuk ke dalam kelas terlebih dahulu.

Pak Hodam : “Sara kamu tunggu di situ dulu ya”

Sara : “ Iya Pak”

Pak Hodam : “Anak – anak kita kedatangan murid dari Jakarta.” (dengan wajah dan suara yg
berwibawa) “Ini dia murid baru kita!” (gaya seperti seoramg presenter yang
mempersilahkan seorang bintang masuk)

Di dalam hati Sara “wahh, ternyata Pak Hodam lucu juuga” (sambil tersenyum sendiri). Sara pun
masuk ke dalam kelas. Anak – anak di dalam kelas memandangi Sara saat berjalan ke arah Pak
Hodam.

Pak Hodam : “Ayo silahkan perkenalkan diri”.

Sara : “Hallo, nama saya Sara Crew. Saya baru pindah dari Jakarta. Sekolah asal saya
SMPT Teratai Bangsa Indonesia. Salam kenaal..” (tersenyum)

Pak Hodam : “Sara, silahkan duduk di bangku yang kosong” (mempersilahkan)


Sara mencari tempat yang kosong tetapi ia hanya menemukan satu bangku yang kosong. Karna
bangku nya dua orang - dua orang, Sara harus sebangku dengan teman barunya. Sara pun duduk,
saat ia melihat keteman bangkunya ternyata teman bangkunya adalah seorang laki – laki.

Sara : “Tidak apa – apakan aku duduk di sini?” (tersenyum)

Sebastien : “Tidak apa – apa” (membalas senyuman Sara)

Sara : “Nama kamu siapa?”

Sebastien : “Namaku Sebastien Contrus, maaf tadi nama kamu siapa?”

Sara : “Namaku Sara Crew”

Pak Hodam : “Anak – anak sekarang kita akan belajar tentang IPS. Silahkan buka buku
kalian!”

Setelah pelajaran kedua selesai bel istirahat pun berbunyi.

Sebastien : “Kamu mau pergi ke kantin?”

Sara : “mmm… Tapi aku tidak tau dimana kantin” (agak murung)

Sebastien : “mau bareng gak?” (menawarkan sambil memperlihatkan senyumannya yang


menawan)

Baru Sara sadari, ternyata Sebastien mempunyai sebuah wajah yang tampan, kulit putih, rambut
hitam, mata biru, senyuman yang menawan, badan yang tinggi, daaan….

Sebastien : “hey! Mau tidak?” (wajah tampak heran tetapi senyumannya tambah
mengembang)

Sara : “maaf tadi aku sedang berpikir..” (agak malu dan salting)

Sebastien : “memangnya kamu sedang berpikir apa?” (heran)

Sara : “sudahlah, ayo kita ke kantin” (tersenyum lebar)

Adegan Ketiga

Ketika mereka memasuki kantin banyak murid lain yang melihat mereka berdua dengan heran.

Sebastien : “sudahlah jangan terlalu memperdulikan mereka” (seakan tahu pikiran Sara)

Sara : “hah?” (heran)

Sebastien : “aku tahu kamu pasti memikirkan mengapa orang – orang itu memperhatikan
kita berdua”

Sara : (mengangguk sambil meminum jusnya)

Sebastien : “mengapa kamu pindah ke Bandung?”

Sara : “orang tuaku bekerja di Bandung. Oh iya apakah kamu asli berasal dari sini?”
(wajah penasaran)

Sebastien : “iya”

Sara : “tapi kamu terlihat seperti orang luar”


Sebastien : “ibuku berasal dari sini sedangkan Ayahku berasal dari Skotlandia”

Sara : “ooh pantas saja kamu memiliki mata yang biru” (tersenyum)

Sebastien : “memangnya rumahmu yang dulu di daerah mana?”

Sara : “di daerah Pondok Indah, memangnya kenapa?”

Sebastien : “aku punya saudara di Jakarta” (tersenyum)

Sara : “saudaramu tinggal dimana?” (membalas senyuman Sebastien)

Sebastien : “saudaraku?”

Sara : “iya” (ekspresi meyakinkan)

Sebastien : “sama denganmu”

Sara : “oh ya?”

Sebastien : “iya, makannya aku menanyakan tempat tinggal asalmu karena sepertinya
aku pernah melihatmu” (tersenyum)

Sara : “ooh” (membalas senyuman Sebastien)

Bel masuk pun berbunyi dan mereka pun masuk ke kelas

Adegan Keempat

Sara dan Sebastien sudah kembali ke kelasnya begitu pula siswa yang lainnya.

Nadya : “teman – teman Bu Hani sekarang tidak masuk karena anaknya sedang sakit
jadi ada tugas di buku hal 225 dan harus dikumpulkan sekarang” (berbicara
di depan kelas)

Sara : “dia ketua murid di kelas ini?” (bertanya kepada Sebastien dengan
mengecilkan suaranya)

Sebastien : “iya, namanya Nadya dia ketua murid terbaik di sekolah ini. Orangnya sangat
tegas dan sangat disiplin karena itu dia terpilih menjadi ketua murid terbaik
di sekolah ini”

Sara : “dia benar – benar hebat .

Sebasti : “iya, ayo sekarang kita kerjakan tugas ini kalau tidak Nadya bisa
mengamuk!”

Sara : “okelah kalo begitu” (sambil tertawa kecil dan pelan)

Mereka pun mengerjakan tugasnya sampai jam pelajaran selesai dan melanjutkan ke jam
pelajaran selanjutnya sampai bel pulang.

Adegan Kelima

Ketiga jam pelajaran berakhir anak – anak pun keluar dari kelasnya masing – masing dan
bergegas pulang

Sebastien : “Sara..Sara..Sara..” (berteriak memanggil Sara di tempat parkir)


Sara : (menoleh ke belakang lalu melambaikan tangannya ke arah Sebastien)

Tiba – tiba Nadya menghampiri Sara

Nadya : “hallo kamu Sara?” (tersenyum)

Sara : “iya, aku Sara kamu pasti Nadya kan?” (tersenyum)

Sebastien menghampiri Sara dan Nadya yang sedang mengobrol

Nadya : “iya, kenapa kamu tahu?”

Sara : “aku tahu dari Sebastien” (melihat ke arah Sebastien)

Sebastien : (tersenyum ke arah Sara)

Nadya : “wah sepertinya kalian sudah akrab sekali”

Sebastien : “tidak juga”

Nadya : “mmm…. Sara kamu pulang dengan siapa?”

Nadya dan sebastien melihat kearah Sara.

Sara : “oh aku menunggu di jemput oleh orangtuaku”.

Sebastien : “Wah kamu seperti anak kecil ya? Hahahaa “

Sara : “hey aku sudah besar ya!” (marah dan tertawa)

Nadya hanya memandangi mereka berdua. Setelah itu, Nadya pun tertawa kecil dan berkata..

Nadya : “ya sudah kalau kamu memang dijemput. Niatnya sih tadi aku mau mengajakmu
pulang bersama ku” (agak kecewa)

Sara : “maaf Nadya, tapi aku masih baru disini dan aku belum hapal jalan menuju ke
rumah”

Nadya : “Ok kalau gitu aku langsung pulang juga. Duluan ya Sebastien, duluan Sara..”

Nadya pun meniggalkan mereka duluan.

Sebastien : “kapan Orangtuamu menjemput?”

Sara : “aku tidak tahu”

Sebastien : “memangnya orangtuamu pulang jam berapa?”

Sara : “mmm…sebentar aku telpon Mamaku dulu” (mengambil handphone lalu


menelpon mamanya)

Setelah menelpon mamanya lalu Sara pun memasukan handphonenya ke dalam tasnya kembali.

Sara : “ternyata orangtuaku tidak bisa menjemput” (sedikit kecewa)

Sebastien : “bagaimana kalau kita pulang bersama?”

Sara : “tapi kan aku tidak tahu jalan menuju rumahku”

Sebastien : “memangnya rumahmu di daerah mana?”

Sara : “di daerah Dago. Kalau kamu?”


Sebastien : “aku juga, jadi bagaimana mau?” (tersenyum)

Sara : “mmm…baiklah”

Mereka pun pergi dari tempat parkir dan pulang

Babak ketiga
Sekolah mereka jauh dari jalan raya dan tidak ada kendaraan umum maka mereka pun berjalan
menuju jalan raya.

Adegan Pertama

Sara : “aduuh jauh sekalii kakiku sudah sakit” (sedikit kesal)

Sebastien : “sepertinya kamu jarang berjalan kaki ya?”

Sara : “tapi ini jauh sekali” (mengerutkan kening)

Sebastien : “bagaimana kalau kita istirahat dulu?”

Sara : (menarik napas) “lebih baik begitu”

setelah mereka menemukan tempat duduk, Sara pun duduk dan segera melepaskan tasnya.

Sara : “kamu sudah biasa pulang sekolah dengan berjalan kaki?”

Sebastien : “iya”

Sara : “mengapa kamu tidak minta dijemput saja?”

Sebastien : “ayahku sangat sibuk, lagi pula aku tidak mau dijemput”

Sara : “mengapa?”

Sebastien : “hanya merepotkan saja dan seperti anak kecil saja”

Sara : “kamu menghinaku?” (bibir cemberut)

Sebastien : “ooh jadi kamu merasa? Hahahaha” (mengacak – acak rambut Sara)

Ketika Sebastien mengacak – acak rambut Sara, Sara merasa jantungnya berhenti berdetak dan
waktu pun terasa berhenti.

Mereka pun melanjutkan. perjalanan karena banyak berbincang – bincang tidak terasa mereka
pun sudah sampai di depan perumahan mereka berpisah karena jalan menuju rumah mereka
berbeda.

Adegan Kedua

Sara pun sampai dirumahnya lalu dia pun masuk ke dalam kamarnya.

Sara tersenyum setiap mengingat dia sedang berbincang - bincang dengan Sebastien. Sara
bergumam di kamarnya sendiri sambil tersenyum “ternyata berbincang – bincang dengan
Sebastien itu sangat menyenangkan”
Adegan Ketiga

Sara belum tahu dengan ruangan – ruangan yang ada di rumah barunya maka dari itu dia sangat
penasaran dengan rumah barunya.

Sara pun mengelilingi rumah barunya tersebut ketika ia berjalan di lorong – lorong lantai kedua
Sara melihat pintu yang sangat besar dan sepertinya sudah tua ketika ia akan membukanya
terdengar ada suara perempuan yang melarangnya untuk membuka pintu tersebut.

Ibu Nana : “Non Sara jangan buka pintu itu!” (tegas dan sedikit berteriak)

Sara : (terkejut) “Bu Nana? Kenapa aku tidak boleh membuka pintu ini?”

Ibu Nana : “jangan non, pokoknya jangan pernah membuka pintu itu apalagi sampai masuk
kedalam”

Sara : “kenapa bu?” (heran)

Ibu Nana : “anu non, eeh ruangannya belum dirapihkan dan banyak banyak barang yang
sudah tidak terpakai disimpan disana” (menjawab dengan tegang dan tergagap
– gagap)

Sara : “ooh, ya sudahlah aku mau pergi berkeliling rumah ini lagi”

Ibu Nana : “non Sara belum tahu semua ruangan di rumah ini?”

Sara : “iya, makannya aku sangat penasaran sekali dengan rumah ini” (tersenyum lalu
meninggalkan Ibu Nana)

Sara pun mengelilingi rumahnya kembali. Ketika ia sampai di taman ia melihat seorang pria
yang sedang memotong rumput, karena penasaran Sara pun menghampiri pria tersebut.

Sara : (menepuk pundak Pak Maman)

Pak Maman : (menoleh kea rah Sara) “non Sara”

Sara : “eeeeh Pak Maman, aku kira siapa” (tersenyum malu)

Pak Maman : (tersenyum)

Sara : “Pak sebenarnya rumah ini ada berapa lantai sih?”

Pak Maman : “ada empat lantai non”

Sara : “waaah besar sekali, oh ya yang tinggal di sini sebelum kami siapa Pak?”

Pak Maman : “kalau Bapak mah tidak tahu non, soalnya Bapak baru bekerja di rumah ini”

Sara : “ooo, oh iya kalau di belakang rumah ini ada taman lagi tidak?”

Pak Maman : “ada tetapi belum di bersihkan”

Pak maman pun beranjak pergi ke arah taman belakang dan Sara mengikutinya.
Pak Maman : “kenapa Non mengikuti saya?” (wajah keheranan)

Sara : “saya ingin ke taman belakang juga. Tidak apa – apa kan saya ikut?”

Pak Maman : “sebenarnya sih boleh saja, tapi taman belakang sangat berantakan sekali karna
belum selesai saya bersihkan.”

Sara : “tidak apa – apa Pak Maman, yang penting saya Cuma ingin ke sana saja ko.”
(tersenyum riang)

Mereka pun pergi menuju ke Taman Belakang.

Sesampainya di Taman Belakang, Sara ingin melihat-lihat sekeliling taman dan Sara terpisah
dari Pak Maman.

Sara : “wah taman ini luas juga, tidak disangka.” (riang) “banyak sekali bunganya. Oh
iya, Pak Maman mana yaa?” (membalikkan badannya dan berusaha mencari
sosok Pak Maman) “Loh ko tidak ada ya? Tidak apa – apa deh, aku kan Cuma di
taman rumahku sendiri.”

Sara kembali melanjutkan jalannya dan terus saja berjalan berkeliling taman. Suatu ketika saat
Sara sedang berkeliling, dia melihat sebuah ruangan.

Sara : “ruangan apa itu?” (terheran-heran dan menghampiri)

Saat Sara mau memegang pintu ruangan itu, tampak terasa dingin sekali.

Sara : “tempat apa ini? dinginnya….” (semakin penasaran)

Saat Sara baru membuka pintunya, tiba – tiba seekor kucing hitam keluar dari ruangan itu dan
melewati kaki Sara.

Sara : “A!!” (kaget sekali)”kukira apa... fiuh”

Tapi, saat Sara mau melanjutkan jalannya, ada kucing hitam lagi dari arah dalam! Lagi, lagi, lagi,
lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi.

Sara : “kok kucing banyak – banyak amat siih?” (sangat keheranan)

Dan akhirnya Sara pun memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Setelah Sara masuk, ia
mengelilingi ruangan itu. Dapat disimpulkan bahwa ruangan itu besar sekali dan isinya hanya
kamar mandi yang begitu banyak. Saat Sara cukup lama berada di ruangan itu, tiba – tiba pintu
yang tadi Sara lewati terbuka dengan cepat.

Bu Nana : “siapa di dalam!”

Sara terkaget – kaget dan memberanikan diri melihat siapakah orang itu.

Sara : “Bu Nana?” (heran sekali)

Bu Nana : (tercekat) “Sara? Sedang apa kamu di sini?”

Sara : “tadi saya sedang mengelilingi taman, tapi setelah saya melihat ruangan ini, saya
memutuskannya untuk masuk melihat-lihat. Tapi saya belum melihat – lihat
semuanya” (sudah agak lega)
Bu Nana : “Sara kamu tidak boleh ke sini” (menghampiri Sara dan membawanya ke arah
pintu)

Sara : “loh kenapa?” (keheranan mengapa Bu Nana membawanya keluar)

Bu Nana : “Sara, kamu harus kembali karna sekarang sudah mau malam. Sekarang kan sudah
jam setengah 6”

Sara : “ko sudah jam setengah 6 lagi sih? Perasaan tadi …”

Belum juga Sara menyelesaikan bicaranya, ia langsung di potong oleh Bu Nana.

Bu Nana : “mungkin Sara terlalu asik di dalam. Ayo kita kembali ke rumah, Ibu takut nanti
orangtua mu mencari-cari Nona Sara”

Akhirnya mereka berdua keluar dari ruangan itu dan kembali ke rumah.

Adegan Keempat

Semenjak kemarin Sara sudah tidak ke ruangan itu lagi. Tidak tahu kenapa, Sara merasa agak
tidak nyaman saat masuk kesana. Tapi setiap Sara jalan-jalan di Taman belakangnya, Sara selalu
melirik ke ruangan itu. Rasa takut dan ketidaknyamanan itu membuat Sara tidak ingin kembali
ke sana, walaupun ia sangat menginginkannya.

Babak keempat
Karena Sara masih merasakan keanehan dengan taman belakang di rumah barunya itu Sara pun
menceritakan semuanya kepada Sebastien.

Adegan Pertama

Sebastien : “Kamar mandi itu terlihat tua?” (mengerutkan kening sambil berpindah tempat
duduk)

Sara : “Kelihatannya sih iya”

Sebastien : “Kamu tau tidak siapa orang yang tinggal di rumah itu sebelum kamu?”

Sara : (Menggelengkan kepala)

Sebastien : “Kamu punya pembantu?”

Sara : “Punya, memangnya kenapa?”

Sebastien : “Berapa?”

Sara : “Dua, mengapa kamu menanyakan hal seperti itu?” (Penasaran)

Sebastien : “Orangnya seperti apa?”

Sara : “Ibu Nana itu orangnya baik dan dapat dipercaya, terus kalau Pak Maman itu
kelihatannya jahat padahal aslinya itu baik tapi aku tidak tahu watak asli mereka
seperti apa karena aku baru kenal dengan mereka satu minggu. Lalu.. mengapa
kamu menanyakan hal seperti itu?” (semakin penasaran)

Sebastien : “Lebih baik kamu coba tanyakan kepada salah seorang pembantumu”
Sara : “Sebastien.. ! Aku itu dari tadi bertanya kepadamu tetapi kamu tidak menjawab
pertanyaanku, kamu malah bertanya kepadaku yang aneh – aneh dan menurutku
itu tidak penting sama sekali !” (sedikit kesal)

Sebastien : “Maaf” (sedikit menyesal) “tapi aku bertanya seperti itu agar aku bisa
memberikan usul kepadamu, jadi kamu tidak penasaran lagi dengan rumah
barumu sendiri”

Sara : “Oooh, maafkan aku juga yaa” (menyesali perkataanya) “memangnya usul
seperti apa?”

Sebastien : “Jadi kamu itu bertanya kepada salah satu pembantumu tentang rumah itu kalau
tidak kamu tanyakan saja kepada orang tuamu siapa pemilik rumah sebelum
kalian, mungkin orang tuamu kenal dengan pemilik sebelumnya”

Sara : “Benar juga, jadi aku tidak penasaran lagi dengan rumahku sendiri” (tersenyum)

Sebastien : “Sebastien gituu” (nada bangga dan tersnyum)

Sara : “Huuh dasar!”

Adegan Kedua

Setelah di beri saran oleh Sebastien, Sara tidak langsung bertanya kepada pembantu atau orang
tuanya karena dia kelelahan dan langsung tertidur.

Ketika Sara tertidur dia bermimpi buruk. Di dalam mimpinya banyak sekali mayat – mayat dan
seorang ibu – ibu misterius berbicara kepadanya.

Ibu – ibu misterius : “Sara kamu harus segera mengetahui semua ini”

Sara : “Memangnya apa yang harus aku ketahui?” (ketakutan)

Ibu – ibu misterius : “Kamu harus mengetahui itu terlebih dahulu maka kamu bisa menolong
kami”

Sara : “Saya tidak mengerti apa yang anda maksud !” (tegang)

Ibu – ibu misterius : “Kami mohon, tolong kami” (memelas lalu memegang tangan Sara)

Sara : (Terkejut ketika melihat tangan ibu – ibu misterius itu yang dingin dan
sangat pucat. Lalu melepaskan dan langsung berlari)

Ketika Sara berlari tiba – tiba ia terjatuh dan diseret oleh segerombolan mayat – mayat, lalu Sara
pun berteriak dan dia pun bangun dari tidurnya.

Sara : “Huuuuf ternyata itu hanya mimpi” (tersenggal – senggal) “tapi…tadi


itu seperti nyata” (melamun sejenak) “ah sudahlah jangan dipikirkan itu
cuma mimpi” (lalu melihat ke arah jam) “ya ampun sekarang sudah jam
setengah delapan, aku tertidur lama sekali mana belum genti baju lagi.
Lebih baik aku ganti baju dulu”

Setelah pakaiannya Sara pun langsung turun ke bawah dan melihat apakah orang tuanya sudah
pulang atau belum. Ternyata orang tuanya baru datang.

Sara : “Mamaaah, Papaah” (tersenyum lalu menghampiri orang tuanya)

Mamah : “Apa sayang” (tersenyum)

Sara : “Mamah sama Papah udah makan malam belum?”


Papah : “Belum, kalau kamu?”

Sara : “Belum” (menggelengkan kepala)

Mamah : “Ya sudah, kalau begitu kita makan malam bersama saja”
(tersenyum)

Sara : “Ide yang sangat cemerlang hehe” (nada manja)

Mamah : “Mamah mau mandi dulu yaa” (meninggalkan mereka berdua)

Papah : “Kalau Papah ganti baju saja lah biar cepet”

Sara : “Ih, Papah jorok!” (mengerutkan kening)

Papah : “Habis cuacanya dingin jadi Papah ga kuat”

Sara : “Ya sudahlah tidak apa – apa, ayo cepat genti bajunya. Hehehe”

Papah : “Siap bos” (hormat ke arah Sara)

Sara : (Tersenyum sambil menggeleng – gelengkan kepalanya)

Setelah kedua orang tuanya selesai mereka pun langsung makan malam.

Setelah selesai makan malam, Sara pun langsung belajar dan setelah itu tidur.

Adegan Ketiga

Keesokan harinya Sara pun menceritakan mimpinya kepada Sebastien dan Sebastien sangat
mencermatinya. Percakapan mereka saat itu sangat lama, tanpa mereka sadari ternyata ada
Nadia yang dari tadi memperhatikan mereka. Nadia berdiri agak jauh dari mereka sehingga benar
- benar tidak terlihat. Saat Sara dan Sebastien beranjak pergi dari tempat yang mereka tempati,
Nadia terus memperhatikannya sampai punggung mereka tidak terlihat.

Nadia : “Iiih mereka semakin dekat saja”

Sarah : “Iya yah, memangnya ada apa antara mereka berdua ya?”

Nadia : (Menengok ke arah Sarah) “Aku juga tidak tahu! Kalau aku tahu aku
pasti tidak akan bertanya, gimana sih kamu ini?”

Sarah : “Ya maaf”

Nadia : “Ya sudahlah ayo kita kelas” (Meninggalkan tempat tersebut)

Sarah : “Ayo,ayo,ayo” (mengikuti langkah Nadia)

Adegan Keempat

Ketika Nadia memasuki kelas dia melihat Sara sedang membaca sendirian di bangkunya.

Nadia : “Tumben sendirian” (duduk di bangku di depan Sara)

Sara : (menoleh ke arah Nadia) “Tidak apa – apa, Sebastien sedang ada kumpul
Basket.”

Nadia : “Oooh, aku mau nanya”


Sara : “Nanya apa?”

Nadia : “Sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dan Sebastien?”

Sara : “Hanya teman, memangnya mengapa kamu bertanya seperti itu?”

Nadia : “Tidak apa – apa, hanya karena kalian terlihat sangat dekat sekali”

Sara : “Oh ya?, Perasaan kami biasa – biasa saja”

Nadia : “Itu perasaanmu, tapi kenyataanya kalian benar – benar dekat sekali”

Sara : “Kedekatan kami hanya kedekatan teman seperti biasa”

Nadia : “Lebih”

Sara : “Maksudmu?”

Nadia : “Lebih dari berteman”

Sara : “Hahahahaha kamu cemburu?”

Nadia : “Tidak aku serius!”

Sara : “Aaah kamu cemburu kan!” (tertawa kecil)

Nadia : “Tidak!” (wajah Nadia pun mulai memerah)

Sara : “Jujur saja tidak akan aku beri tahu siapa – siapa ko. . “

Nadia :”Ah sudahlah” (lalu pergi meninggalkan Sara)

Sara : “Ada – ada saja” (tersenyum lalu kembali membaca)

Adegan Kelima

Saat bel pulang berbunyi anak – anak keluar dari kelasnya masing – masing. Sara pun pulang
bersama Sebastien.

Sara : “Sebastien, kau tau tidak?”

Sebastien : “Tau Apa?”

Sara : “Tau kalau Nadya suka sama kamu?”

Sebastien : “Ah masa sih?” (heran)

Sara : “yaa.. kurang tau juga sih tapi tadi ….”

Sara menceritakan semuanya.

Sara : “Ko kamu biasa saja sih?”

Sebastien : “memangnya aku harus gimana?”

Sara : “kan biasa nya kalau ada orang jadi seperti kamu, dia pasti senyam –
senyum atau apaaa gitu. Ko kamu malah biasa saja?”

Sebastien berhenti berjalan dan Sara pun menghentikan langkahnya.

Sebastien : “enggak apa – apa ah. Suka – suka dong! Hahaha”

Sara : “yah.. Dasar Sebastien hahaha”


Mereka pun melanjutkan perjalanan pulangnya sambil tertawa-tawa.

Babak Kelima
Saat malam hari, kejadian menyeramkan itu pun terus terulang.

Adegan pertama

Sesudah pulang sekolah Sara langsung menghampiri Sebastien dengan cepat.

Sara : “Sebastien!”

Sebastien : “eh ada apa?” (menoleh dan tersenyum) “loh muka mu kenapa?”

Sara : “mimpi menyeramkan itu datang lagi….” (ekspresi sedih)

Sebastien : “Sepertinya ini sudah tidak beres” (seperti detektif) “aku punya ide”

Sara : “Ide apa?”

Sebastien : “Ayo kita pergi ke rumahmu! Kita harus menyelidikinya” (menarik


tangan Sara)

Sara dan Sebastien pergi menuju ke Rumah Sara.

Adegan kedua

Setibanya di depan rumah Sara.

Sebastien : “Sar, di rumah ada siapa saja?” (terus memandangi rumah Sara)

Sara : “Cuma tinggal aku saja, orangtuaku masih kerja. Tapi kata Mamah
dan Ayah ku, mereka akan keluar kota juga dan akan pulang lusa.
Kenapa?” (menatap Sebastien)

Sebastien : “kalau begitu ayo kita langsung masuk rumahmu saja.”(berjalan dan
tiba – tiba berhenti) “pembantumu dimana?”

Sara : “Mereka tidak tinggal di rumah ku, mereka tinggal di rumah mereka
masing - masing.”

Sara dan Sebastien pun masuk ke rumah mereka dan pergi ke lantai demi lantai di Rumah yang
Sara tempati.

Sara : “Aku suka bermimpi ada sesuatu yang tidak aku mengerti di lantai
atas.” (melihat ke lantai 3)

Sebastien : “Yasudah kita langsung kesana saja”

Sara : “Ih tapi kan aku dilarang orangtuaku kesana, Sebastien…” (agak
takut)

Sebastien : “Nah itu yang namanya aneh. Kita harus bisa mengetahuinya Sara,
kalau tidak, kamu akan selalu dihantui oleh mimpimu itu”

Sara berpikir sementara Sebastien melihat ke sekeliling ruangan.

Sara : “Tapi kamu tidak akan membuatku takut kan?”

Sebastien : “ya engga lah.. kita kan mau menyelidiki. Ayo!” (agak pelan)
Sebastien dan Sara menaiki tangga dan langsung berada di lantai ketiga. Mereka berjalan
mengelilingi lantai itu.

Sebastien : “Ada sesuatu yang tidak aneh disini?”

Sara : “Tidak. Semua ini justru sangat menganehkan.” (berjalan melihat


lukisan – lukisan yang terpajang rapi)

Sebastien : “Sepertinya ini lukisan yang sudah lama sekali deh” (memegang debu
dari lukisan) “tapi ko rapi sih? Heran banget..”

Mereka melihat – lihat benda –benda yang berada di lantai itu dengan sangat cermat.

Sara : “Sebastien.” (berbisik) “ko tempat ini persis dengan dimimpiku ya?’

Sebastien : “Berarti?” (suara sangat kaget)

Sara melihat sebuah foto di belakang Sebastien.

Sara : “Ituuu..?” (mendekati foto)

Sebastien : “Hah?” (membalikkan badannya dan mengikuti arah berjalannya


Sara) “sepertinya ini foto orang – orang yang dulu pernah disini deh”

Sara : “Sebastien…..” (menunjuk ke foto, wajah tegang)

Sebastien : “Apa Sara?” (setelah melihat ke Sara, melihat ke foto)

Sara : “orang ini…” (menunjuk seorang ibu – ibu yang sedang berada di
Foto itu) “Seperti hantu yang ada di mimpiki”

Sebastien : “Apa?” (sangat kaget)

Sara ketakutan sementara Sebastien agak tegang. Mereka menjauhi tempat itu dan pergi ke
tempat lain. Saat sedang melihat – lihat tempat lain, jarak Sara dan Sebastien tidak terlalu dekat
karena Sebastien seka melihat – lihat ke sekeliling ruangan dan berjalan mundur sedangkan Sara
masih memikirkan Foto yang baru saja ia lihat.

Sebastien : (Berjalan mundur lalu menabrak sebuah meja dan tiba – tiba ada
sesuatu yang jatuh ke punggungnya) “Aaaah”

Sara : “Ada apa Sebastien?!” (berlalri ke arah Sebastien)

Sebastien : “Ini?” (tidak percaya apa yang ada di punggungnya)

Sara : “A! I-i-ituu? Mayat?” (sangat tidak percaya)

Sebasti : “Sara…. Tolong singkirkan!” (ketakutan)

Sara menyingkirkan mayat itu dan membantu Sebastien yang tadi terjatuh karena badannya
sempat tertimpa oleh mayat yang lain.

Sebastien : “Mayat ini… banyak sekali” (melihat berapa mayat yang tergeletak di
depan lemari)

Sara : “Pasti ada sesuatu yang sangat menyeramkan di tempat ini”


(ketakutan)
Sara pergi dan berlari.

Sebastien : “Sara mau kemana?! Tunggu, jangan lari nanti jatuh!” (berlari
mengejar Sara)

Tiba – Tiba ada sebuah tangan yang memegang kaki Sara ketika berlari, lalu Sara puun terjatuh.

Sara : “Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!”

Sebastien : “Sara!!”

Hantu seorang Ibu-Ibu : “Haloo anak maniiis…” (tersenyum yang menakutkan)

Sara : “Lepaskan! Aaaa!!” (berusaha terus berlari dan melepaskan


cengkeraman tangan hantu itu)

Hantu itu menarik kaki Sara sehingga Sara terbawa olehnya.

Sebastien : “Sara!! Hey kamu mau dibawa kemana Sara?! Hey!” (panik terus
mengejar)

Sara terjatuh tapi terus tertarik oleh hantu itu. Sara pingsan.

Adegan Ketiga

Sara terbangun.

Sara : “Dimana ini?”

Bapa – Bapa hantu : “Kamu sedang di tempat kerja kami, nak..”

Sara : (menoleh ke arah suara dan tercekat) “ih?”

Ibu – Ibu hantu : “Tenang saja, kami tidak akan melukaimu” (tersenyum baik)

Sara : “Terus kenapa aku disini? Aku dimana?” (panik sekali)

Hantu yang lain 1 : “Haduuh.. ga usah panik dong. Biasa aja.. Santai” (ala Bang Roma
Irama)

Hantu yang lain 2 : “Sara, kamu ingat? Kami meminta pertolonganmu”

Sara : “Mengapa anda bisa mengetahui nama saya?”

Hantu yang lain 3 : “Heh lo tau ga sih? Lo itu terkenal dikalangan kita” (Sok gaul)

Hantu yang lain 1 & 3 : “Ga usah sok gaul deh.. biasa aja dong” (ekspresi tidak suka dan
menyebalkan)

Hantu yang lain 2 : “oh maaf ya” (ekspresi tidak kalah menyebalkannya)

Bapa – Bapa hantu : “Kalian itu, diem deh ini mau ngomong tau!” (agak marah)

Hantu yang lain 1,2,3 : “maafkan kami..” (menunduk)

Sara bergumam tanpa ada yang mendengar “Hantu yang aneh..”

Ibu – Ibu hantu : “Apakah kamu sudah mengetaui nya?”

Sara : “H-Hah? Mengetahui apa ? Saya tidak tahu apa - apa”


Ibu – Ibu hantu : “Kamu pasti akan mengetahui rahasia besar ini. Tolong cepatlah temukan
bukti atau tanda – tanda rahasia ini. Tolonglah kami!”

Sara : “Mengapa aku harus menolong kalian?” (ketakutan)

Lalu Ibu – Ibu hantu itu pun menceritakan semua kejadian yang terjadi. Dan Ibu – Ibu hantu itu
pun member tahu bahwa sebenarnya Sara adalah anak kandung Ibu Nana.

Sebastien mendobrak pintu tempat Sara berada, pada saat itu juga, para hantu pergi tapi mereka
menampakkan dirinya sebentar agar Sebastien bias melihat mereka dan bisa membantu Sara.

Sara : “Sebastien?” (menangis)

Sebastien : (menghampiri Sara) “Sara jangan nangis ya..” (sedih) “Ayo


bersemangatlah, kita pasti menemukan suatu bukti yang sangat besar.
Kita pasti bisa membantu mereka.”

Sara : “Sebastien.. Kamu akan tetap bersamaku kan?”

Sebastien : “Iya Sara.. Aku akan tetap bersama Sara. Dan ga bakal ninggalin Sara”
(menatap Sara) “Jangan nangis ya..” (menghibur)

Sara : “Iya aku ga bakal nangis lagi” (tersenyum)

Adegan Keempat
Sara dan Sebastien berdiri. Mereka melanjutkan pencarian mereka, baik di lantai 3 dan 4.
Mereka tidak menemukan petunjuk.

Sara : “Sebastien, ayo kita cari di ruangan itu?”

Sebastien : “Ruangan itu? Yang mana ya?”

Sara : “Yang di belakang rumah ini, di taman..”

Sebastien : “ooooh.. baiklah, ayo sekarang kita harus bergerak cepat!”

Mereka pergi menuju ruangan itu.

Ketika mereka masuk, mereka melihat beberapa kursi, meja, dan Foto – foto yang tersusun
dengan rapih.

Sara : “Kita harus mengumpulkan bukti sebanyak – banyaknya dan kita harus
mengetahui siapa pelaku sebenarnya”

Sebastien : “iya” (Sebastien kembali menatap Sara seakan tidak percaya dengan
apa yang Sara ucapkan)

Lalu Sara pun menceritakan semuanya kepada Sebastien. Mereka pun melanjutkan mencari bukti
– bukti.

Tiba – tiba ketika mereka berjalan ada yang mendekap Sebastien dan membawanya pergi Sara
tidak sadar bahwa Sebastien tidak ada di sampingnya.

Sara : “Lah Sebastien mana?” (melihat ke sekeliling) “Sebastien, Sebastien


udah deh jangan main – main ! ga lucu tau !”
Ternyata Sebastien benar – benar tidak ada Sara pun mencarinya.

Adegan Kelima
Ketika Sara memasuki salah satu ruangan ia meliahat Sebastien sedang di sekap di ruangan itu.

Sara : “Sebastien apa kamu tidak apa – apa?” (Sambil melepaskan ikatan
Sebastien)

Sebastien : “Aku tidak apa – apa”

Ibu Nana : (Menetup tangan pelan – pelan) “Hebat – hebat kau bias menumukan
temanmu”

Sara : “Hah? Ibu Nana? Ternyata Ibu yang mendekap Sebastien! Mengapa
Ibu melakukan hal itu?!”

Ibu Nana : “Karena kalian telah mengetahui rahasiaku”

Sara : “Ternyata Ibu ieu benar – benar kejam”

Ibu Nana : (Menarik lalu mendekap Sara) “Ya, memangnya kenapa?”

Sara : “Apa yang akan ibu lakukan kepadaku?” (cemas)

Ibu Nana : “Aku akan membunuhmu dan temanmu itu !” (menyodorkan pisau ke
leher Sara)

Sebastien : “Hey lepaskan temanku!” (berusaha melepaskan ikatan)

Ibu Nana : “Diam kau anak kecil ! setelah aku membunuh temanmu lalu aku
akan membunuhmu !” (sedikit berteriak)

Sara : “Apa kau yakin berani membunuhku?!”

Ibu Nana : “Mengapa harus takut Nyonya Kecil?”

Sara : “Kau pasti tidak akan berani membunuhku karena sebenarnya aku ini
anak kandungmu!”

Ibu Nana : “Dari mana kau tahu bahwa aku ini ibu kandungmu?”

Sara : “Orang itu yang memberitahuku !” (menunjuk Foto Ibu – Ibu hantu)

Ibu Nana : “Oh orang itu. Meskipun begitu aku akan tetap membunuhmu nak!”

Sara : “Kau benar – benar tidak punya perasaan!”

Ketika Ibu Nana akan menancapkan pisaunya ke leher Sara, Sebastien berhasil melepaskan
ikatannya lalu ia memukul pundak Ibu Nana lalu Ibu Nana pun pingsan.

Sara : “Terimakasih ya Sebastien” (tersenyum)

Sebastien : “Sama – sama lebih kamu cepat menelpon polisi dan orangtuamu”

Sara : “Baiklah”
Tidak lama kemudian Polisi dan Orangtua Sara pun datang. Lalu polisi pun menangkap Ibu Nana
dan mengefakuasi mayat – mayat tersebut.

Babak Keenam
Sekarang sudah tidak ada lagi yang menghantui Sara dan Sara pun sangat tenang.

Adegan pertama

1 minggu setelah berakhirnya kasus itu,

Saat di kelas.

Nadya : “ekheeem! Mohon perhatiannya” (berdiri di depan kelas sambil


memegang beberapa kertas)

Semua murid menperhatikan Nadia.

Nadya : “Kata Pak Hodam, mulai minggu depan ini kita akan ada pelajaran
tambahan setiap pagi.” (sangat meyakinkan)

Anak – anak sekelas : “aaaaaaaaaah…….” (muka malas)

Anak – anak di kelas mulai rebut.

Nadya : “Eh dengerin dulu!” (adak marah tapi sabar)

Seketika suasana kelas menjadi hening.

Nadya : “Pelajaran tambahan nya hanya pelajaran yang untuk di ujiankan. Kita
belajar tambahan mulai jam 5.45 pagi dan selesai jam 6.45 pagi. Kita
akan belajar pagi – pagi karena masuk itu jam 6.55 dan kalau kita
belajar tambahan sore, itu akan membuat kita tambah capek. Ada
yang ingin bertanya?” (melihat ke seluruh anak – anak)

Andre : “kita dikasih kertas jadwal nya engga?”

Nadya : “iya dikasih, ini mau dibagikan.” (memperlihatkan kertas jadwalnya)

Nadya membagikan kertas jadwal tambahannya. Saat bagian Sebastien..

Nadya : “Ini jadwalnya” (tersenyum)

Sebastien : “makasih ya” (tidak tersenyum dan tidak melihat nadya)

Nadya : “Iya” (tersenyum)

Saat itu, Sara sedang memperhatikan Nadya dan Sebastien. Saat Nadya pergi, Sara terus
memperhatikannya dan saat akan memperhatikan Sebastien lagi, Sebastien sudah
memperhatikannya duluan.

Sara : (sangat kaget)

Sebastien : “Hey, mengapa kau memperhatikanku seperti itu?”

Sara :”hah? Seperti apa? Memangnya kenapa?”

Sebastien :”Ngaku aja.. Daritadi aku tau ko kalau kamu memperhatikanku dari
sejak Nadya mulai membagikan jadwalnya.” (memperlihatkan
kemenangannya)
Sara : “hahahaha.. ih pede” (memalingkan wajahnya dan mulai membaca
jadwal pelajaran tambahan)

Didalam hati Sebastien “aku tau kalau daritadi kamu memperhatikannku Sara”(tersenyum) .

Adegan kedua

Saat di kamar Sara.

Sara : “Sebastien……………….” (melamun) “ah! Kenapa aku


memikirkannya? Mending makan” (beranjak dari tempatnya menuju
ruang makan

Sementara itu di kamar Sebastien.

Sebastien : “Sara…………………..” (melamun) “loh ko malah Sara? Hahaha”

Setelah Sara makan, dia pergi naik sepeda ke arah taman di kompleknya.

Sudah sampai di taman , Sara langsung duduk di bangku taman.

Sara : “Dipikir – pikir, ko Sebastien suka baik banget yak e aku? Jangan –
jangan…”

Sebastien : “Jangan – jangan apa?” (menagetkan)

Sara : “Loh ko ada disini?”

Sebastien : “ga apa – apa dong. Kebetulan ya?” (melihat Sara)

Sara : “iya kebetulan banget” (mukanya sangat malu)

Sebastien : “Ih Sara mukanya merah! Ahahhaahhaa”

Sara : “ih enggaaa….”

Sebastien : (masih tertawa) “mmm… Sara”

Sara : “iya apa?”

Mereka saling bertatapan dan suasana mulai serius...

Sebastien : “Sara cantik”

Sara : “makasih” (tersipu malu)

Sebastien ; “iya sama-sama” (tesenyum malu) “Sara..”

Sara ; “iya?”

Sebastien : “mau jadi pacarku ga?” (lurus menatap matanya dan sangat berharap)

Sara hanya bisa tercengang..

Sebastien : “Sar? Gimana?”

Sara : “Sebastien selama ini kamu udah baik banget sama aku.. makasih
banget ya. Tapi, aku ga bisa kalau kita pacaran”
Sebastien : “kenapa?” (sedih)

Sara : “kita kan baru aja jadi teman” (tersenyum)

Sebastien : “Iya sih memang.. ya sudah tidak apa – apa” (tersenyum)

Sara : (tersenyum)

Sudah cukup lama di taman, mereka pun pulang sendiri – sendiri.

Sesampainya di rumah mereka masing – masing.

Di kamar Sara.

Sara : “Sara kenapa kamu nolak??” (mondar – mandir) “aaaaargh”


(melemparkan badannya ke kasur)

Di kamar Sebastien

Sebastien : “Jangan nangis Sebastien, ini cuma hal sepele ko” (tegar)

Adegan ketiga

Semenjak penolakan itu, Sara menjadi merasa tidak enak kepada sebastien dan merasa menjadi
agak jauh. Tetapi Sebastien tidak merasakan hal seperti yang Sara rasakan, justru Sebastien
merasa seperti biasanya.

Beberapa minggu kemudian di kelas terdengar suara sorakan dan canda.

Sara : “ada apa ini?”

Reve : “Ituloh katanya sih Nadya pacaran sama Sebastien!”

Suara sorakan dan candaan menanbah suasana menjadi tambah ribut.

Sara : “hah! Beneran??” (nada bicara tinggi)

Reve : “kurang jelas sih tapi banyak yang bilang gitu..”

Sara : “makasih ve info nya”(tersenyum)

Reve : “iya” (tersenyum)

Sara : “Aku harus tanya Sebastien. Tapi mana ya?”

Sara mencari – cari Sebastien tapi tidak juga bertemu dengannya dan saat bel tanda masuk..

Rien : “eh Sebastien ga mauk” (berbicara dari bangkunya)

Andre : “kenapa?”

Rien : “Dia pergi ke Scotlandia bareng Ibunya. Katanya sih mau beberapa
minggu… ini suratnya.” (mengangkat surat dari Sebastien dan
memberinya ke ketua murid)

Dalam hati Sara “ternyata Sebastien ke Skotlandia. Tapi kenapa engga ngasih tau aku? Aku
harus menghubunginya nanti” (agak sedih)

Setelah pelajaran tambahan selesai, Sara langsung pulang ke rumahnya dengan terburu – buru.
Rien : “Eh Sara kenapa? Ko buru – buru amat?” (melihat gerak – gerik
Sara)

Sarah : “Iya ya aneh banget?”

Andre : “mungkin sesuatu yang penting kali”

Nadya : “Sesuatu yang penting?”

Andre : “kan kalau ada sesuatu yang penting, kita pasti terburu – buru”
(meyakinkan)

Nadya : (mencermati kata penting)

Adegan keempat

Di kamar Sara.

Telepone : (belum ada jawaban)

Sara : “Sebastien angkat…”

Telephone : (terus bordering tanda belum ada jawaban)

Sara : “Sebastien ayolah kamu angakat..” (memohon sedih)

Telephone menjawab

Sebastien : “Sara?”

Sara : “Sebastien kan?” (bahagia)

Sebastien : “Iya ini aku”(nada agak sedih)

Sara : “Sebastien… kenapa kamu tidak memberitahuku kalau tidak akan


sekolah beberapa minggu?” (nada kesal)

Sebastien : “maafkan aku Sara.. aku sangat sibuk akhir - akhir ini karena ada
beberapa urusan penting yang harus aku laksanakan. Maka nya itu
aku tidak memberitahumu”

(Sara mendengarkan Sebastien dengan seksama)

Sebastien : “Sara maafkan aku ya?” (sedih)

Sara : “Iya ga apa – apa, sekarang kamu sudah menjelaskannya padaku”


(senyum)

Sebastien : “Sara… maafkan aku”

Sara : “Iya akau maafkan ko”

Sebastien : “Tapi, maukan kamu memaafkan satu hal ini?”

Sara : “hah? Satu hal ini? apa?” (penasaran)


Sebastien : “Sara.. setelah ujian 1 semeser aku akan pindah ke Scotlandia”
(nada sedih)

Sara tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Badan sara kaku sekali mendengar itu. Dada nya
terasa seperti suara petir.

Sebastien : “Aku tau pasti sekarang kamu tidak mempercayainya. Dan aku tau
kalau aku ini jahat karena aku tidak pernah memberitahumu.”
(bernafas) “Sara, maafkan aku” (suara tangis sedikit terdengar)

Sara : “Sebastien, mengapa kamu kembali ke Skotlandia?” (menangis


tetapi wajah datar)

Sebastien : “Disana aku harus belajar tentang pekerjaan Ayah karena aku akan
menjadi penerusnya. Karena itu, aku akan pindah.”

Sara : “kapan kamu akan kembali ke sekolah untuk ujian?”

Sebastien : “Aku akan kembali 3 minggu lagi yaitu 1 minggu sebelum ujian
dimulai”

Sara : “Sebastien…”

Sebastien : “Iya?” (menghapus beberapa air matanya)

Sara : “Cepatlah pulang kemari.. aku rindu” (jujur)

Sebastien tidak bisa menyangka Sara akan berkata seperti itu. Jantung Sebastien berdetak cepat.
Terulas senyum dibibir mereka berdua.

Sebastien : “Tunggulah aku 3 minggu lagi Sara.. Sampai nanti lagi. Bye..”
(senyum sedih)

Sara : “baiklah Sebastien..” (akan menutup telepon)

Sebastien : “Sara”

Sara : (tidak jadi menutup telpon) “ada apa Sebastien?”

Sebastien : “Aku sangat ingin bertemu denganmu” (langsung menutup telepon)

Sara terus tersenyum walaupun sedih…

Babak ketujuh
3 minggu sudah berlalu. Semua sekolah sedang ujian termasuk SMA Stateford juga.
Suasana di kelas saat ujian.

Sarah : “Aduuuh ada yang lupa!” (memukulkan kepalanya)

Rian : “Rian, kamu pasti bisa!” (saat konsentrasi)

Nadya : “Nadya… kamu pintar… ayo isi…”

Andre : “Eh eh eh.. ko mereka serius amat ya?” (bicara ke Rian)

Rian : “Siapa?” (mencari orang yang dimaksud)


Andre : “Mereka….” (ke arah Sara dan Sebastien)

Rian : “mereka itu dari pertama ketemu juga udah keliatan kali mukanya serius..
engga kaya kitaa ….. “ (terputus kata katannya melihat ada bapa guru)

Pak Guru : “Heh Kalian!”

Semua murid melihat mereka.

Pak Guru : “Jangan mengobrol! Kerjakan sendiri – sendiri! Cepat!”

Andre dan Rian : “Iya paaak” (melanjutkan ujiannya)

Suasana sepi dan menegangkan.

Bel : “Kriiiiiiiiingg”

Bel selesainya sekolah pun bordering. Anak – anak mengumpulkan ujian mereka hari ini dan langsung
pulang.

Rian : “Sara!” (memanggilnya)

Sara : (menoleh) “rian!” (memanggil juga)

Rian : “aku ingin mengajakmu ke sesuatu tempat. Ayo!” (saat sudah dekat untuk
berbicara dengan sara)

Mereka pergi ke tempat itu dengan mobil Rian.

Sara : “Tumben kamu ngajak aku pergi, ada apa?”

Rian : “Lihat saja” (terus melihat ke depan)

Sesampainya di tempat tujuan.

Mata Sara terbelalak saat turun dari mobil dan melihat kea rah lain. Ternyata di daerah pegunungan.

Sara : “Indahnya”

Sebastien : “Sara..” (memegang tangan kanannya) “ini saatnya aku pergi”

Sara : “Loh!! Kenapaa? Bukannya kamu akan tinggal lebih lama lagi di bandung?“
(berkaca – kaca )

Sebastien : “Ini memang sudah jadwal penerbangannya… Aku sudah tidak bisa melakukan
apa – apa lagi. Untung saja aku sudah melakukan semua ujiannya. Haahahaa
teng deh.. ” ( menjadi terbawa sedih)

Sara terus menangis…

Sebastien : “Sara, maafkan aku lagi.. saat pulang, aku tidak akan sombong. Aku berjanji
nanti pasti aku kembali.” (melihat ke jam tangannya) “Rian sudah mau
sebentar lagi.”

Rian : : “sangat disayangkan sekali.. ayo Sebastien kita harus cepat-cepat!” (lesu)

Sebastien : “Sara maafkan aku.. aku harus pergi sekarang.titiplah pesan untuk teman –
teman yang lainnya ya” (sedih)

Sara : “Sebastien tungguuu!”

Sebastien sudah berangkat diantar Rian ke Bandara.


Babak Kedelapan
Semenjak kepergiannya Sebastien yang begitu cepat, sara jarang tertawa atau tersenyum. Susah sekali
untuk bahagia untuk nya.

Sudah 1 tahun Sebastien tidak memberinya kabar.

Sara : “Sebastien… bagaimana kabarmu disana?” (sambil melamun)

Semua anak juga heran dengan kepergian Sebastien itu.

Adegan pertama

Suatu hari saat di kelas, Pak Hodam meminta ijin Pak Zoho.

Sarah : “ada apa sih?”

Nadya : “pasti penting she kayanya”

Pak Zoho : “Semuanya tolong perhatikan, Pak Hodam akan berbicara sebentar”

Pak Hodam : :anak – anak, turut berduka cita,teman kita….” (sedih)

Sara : “Berduka cita??” (suara pelan)

Pak Hodam : “berduka citanya teman kita Sebastien telah meninggal dunia saat di Scotlandia”
(menahan tangis)

Sara tidak menyangka apa yang dibilang oleh Pak Hodam itu kenyataan. Sara amat kaget dan mtlai
menangis, bahkan setiap teringat Sebastien dia kembali menangis..

Pak Hodam : “Ternyata, Sebastien memilikki penyakit jantung.” (sedih)

Semua orang di kelas berduka cita. Semuanya meulai menangis.

Pak Hodam : “Dan yang paling disayangkan sekali, Sebastien akan di kuburkan di Scotlandia, tidak di
Bandung. Kita tidak bisa kagi melihat langsung wajah Sebastien… hanya saat 1 SMA
lah hri2 kita bersama Sebasten. Bapa mohon atas pemahaman kalian. Bapa minta
otlong, maafkanlah segala kesalahan Sebastien. “.(melihat seluruh orang di kelas dari
ujung ke ujung)

Pak Zoho : : “Sara, ada surat untukmu”

Sara pun menghampiri bapak guru.

Pak Zoho : “ Sebelum sakitnya parah, dia menitipi ini dulu:* (tersenyum)

Setelah pemberitahuan itu mereka pulang karena itu adalah jam pelajaran yang terakhir. Sara langsung
pulang.

Seperti biasa, Sara sedang berada dikamarnya sekarang. Dia memegang surat pemberian Pak Zoho yang
katanya dari Sebastien.

Sara : “Benarkah ini dari Sebastien?” (lalu membukanya)

Mamah Sara : (mengetuk pintu)

Sara : “iya ada apa?”


Mamah : “Sara ayo kita makan dulu!”

Sara : “Iya Mah sebentar lagi aku turun!”

Mamah : “Mamah dan Papa tunggu di bawah ya…” (lalu turun kebawah)

Sara dan keluarga nya pun makan. Setelah makan, Sara melanjutkan membaca surat itu di kamar.

From : Sebastien

To : Sara

Sent : Scotlandia

Friday, march 26, 2010 . 15:15 AM

Subject : are u okay?

Hello Sara,

Are you okay there?

This is Sebastien. Aku hanya ingin tau tentang kabarmu sekarang. Setelah aku pergi, apakah
kamu tersenyum? Aku ingin walaupun aku pergi, senyummu tidak hilang. Aku khawatir, mungkin
saat kamu membaca surat ini aku sudah tidak ada. Maaf atas semuanya. Aku tidak bisa membuat
semua ini kembali seperti dulu. Kalau aku bisa, kamu ingin apa? Silahkan make a wish!

Sara benar benar membuat sebuah permohonan.

Apakah kamu benar – benar membuat permohonan? Permohonannya akan terkabulkan looh..
hahaha.

Sara tersenyum.

Tersenyum tidak? Sayang sekali aku tidak bisa memastikannya. Sara, semua yang kau tau belum
tentu benar, janganlah putus berharap. Aku ingin kamu selalu berdoa untuk suatu kebenaran yang
mungkin sangat aneh.

Sara tidak mengerti apa maksud dari kata-kata tadi. Dan mengulangnya.

Aku ingin kamu selalu berdoa untuk suatu kebenaran yang mungkin sangat aneh.

See ya Sara cantik..

Salam,

Sebastien
Sara tersenyum.

Sara : “Suratmu membuat aku tersenyum Sebastien…” (memperlihatkan giginya) “aku harus
menyimpannya di tempat paling aman, bersih dan rapi. Diaman ya? Ah! Di buku diary
aja deh. (membuka laci dan menyimpannya di buku diary)

Babak kesembilan
Adegan pertama

Saat sedang liburan kenaikan kelas. Di ruang keluarga.

Papah : “Jadi, liburan ini kita mau kemana sayang?” (sambil memegang teh)

Sara : “Mau nya sih keluar negri pap” (nyengir)

Papah : “Luar negri ya? Mmm” (berpikir)

Mamah : “Kenapa engga liburan yang di Indonesia aja?” (bertanya kepasa Sara)

Sara : “Kalau Sara sih terserah Mamah dan Ayah aja”

Telepon : “kkriiiiing...”

Papah : “Papah angkat dulu ya” (beranjak dari kursinya) “Selamat pagi?”

Telepon : “Selamat pagi. Ini dengan Bapak Antonio Crew?”

Papah : “Iya ini dengan saya. Dengan siapa ini?”

Telepon : “Ini dengan Drad Pitt.”

Papah : “Oh Bapak Drad... Ada apa pak?”

Telepon : “ini loh Pak, kita akan ada petugar pekerja pak. Tapi masih ke sesama Pertamina ko.”

Papah : “Memangnya apa hubungannya dengan saya Pak?”

Telepon : “Jadi begini, pekerja yang akan mengikuti program ini hanya ada 5 orang, Saya,
Bapak, Bapak Rancy Mass, Bapak Yuto Kamaoul, dan Bapak Xona Rein. Program ini
akan diselenggarakan saat liburan ini Pak. Bapak akan ikut kan?”

Papah : “Masalahnya ini ko saya baru diberi tau loh, Pak” (sedikit tartawa)

Telepon : “Hahaha… Maafkan saya Pak, saya juga baru diberi tau dari sananya seminggu yang
lalu.”

Papah : “Memangnya kita akan mengikuti program ini dimana Pak?”

Telepon : “Nah kalau bapak tau, Bapak pasti merasa tertarik. Kita akan ke Inggris Pak”
(Tersenyum lebar lalu tertawa) “bagaimana?”

Papah : Wah boleh juga nih Pak Drad! Saya ikut deh sekalian liburan anak saya, Sara”

Telepon : “Oh tentu saja silahkan Pak! Kebetulan kita sudah diberikan beberapa fasilitas seperti
hotel, transfortasi, biaya pesawat terbang, yah seperti itu Pak.. Enak kan pak?”

Papah : “Iya Pak Drad! Memangnya berapa hari kita akan disana?”

Telepon : “Sekitar 2 minggu Pak. Kita berangkatnya beberapa hari lagi”


Papah : “Loh ko mendadak?”

Telepon : “Maafkan saya Pak.. tapi ini semua sudah diatur oleh atasan kita”

Papah : “yasudah nanti saya sendiri yang akan bertanya lebih lanjut ke Pak John Smith,
atasan kita.”

Telepon : “Yasudah kalau begitu sampai bertemu nanti ya Pak1 Saya berharap Bapak dan
keluaga ikut” (senyum lebar)

Papah : “Baik Pak!” (tersenyum lebar) “Selamat Pagi!”

Telepon : “Selamat Pagi juga Pak!”

Bapak Antonio menelpon Pak John sambil duduk di sofa paling dekat. Sementara Itu sara dan Mamahnya
menikmati sarapan di pagi hari yang sangat cerah ini.

Telepon : (masih bordering) “halo, selamat pagi”

Papah : “Pagi juga.. Ini dengan Pak John Smith?”

Telepon : “Iya ini dengan saya. Apakah ini Bapak Antonio Crew?”

Papah : “Iya benar ini saya Pak! Ahahahaah” (ketawa bapak- bapak)

Telepon : “hahaha.. jadi bagaimana Pak? Apakah bapak sudah mengetahuinya?”

Papah : “Iya saya sudah mengetahuinya pak. Kalau saya sih bisa-bosa saja kesana, tapi saya
masih butuh info yang lebih lanjut Pak.”

Telepon : “Jadi kita akan pergi ke Inggris sekitar 2 minggu. Bapak bisa menyiapkan segala
kebutuhan Bapak dan keluarga selama 5 hari, sesudah itu kita akan langsung
berangkat. Semua biaya transportasi sudah dibayari oleh perusahaan Pak,
termasuk tempat tinggal dan makan. Tapi kalau hal yang lain, ditanggung sendiri.
Fasilitasnya menurut saya sih sangat sangat cukup dan lumayan loh pak.”

Papah : (mendengarkan dengan seksama) “kalau bawa keluarga bagaimana Pak?”

Telepon : “Oh boleh saja Pak! Karna berhubungan dengan hari libur, program dari sana
memberikan tiket lebih bagi keluarnga yang mau ikut, tapi, sepertinya tiket
tambahannya satu orang hanya 2 tiket. Total 3.”

Papah : “Oh kalau begitu saya ikut Pak.” (tertawa)

Telepon : “Oh baiklah kalau begitu Bapak sudah memutuskan untuk ikut dalam serta.
Trimakasih pak! Selamat pagi”

Papah : “Sama – sama Pak! Selamat pagi,” (menutup telpon dan menghamp;iri tempat
tadi)

Papah bercerita kepada Sara dan Mamah.

Mamah : “Berarti kita liburan ke Inggris ya? Kalau Passport nya gimana Pah?”

Papah : “Passport nanti dibantu oleh perusahaan tapi kita juga harus kesana”

Sara : “Asiiik… ke Inggris!” (bergaya seorang pahlawan)

Papah &mamah : “Hahahaaah…”

Mereka atertawa bersama.


Besoknya mereka pergi untuk mempersiapkan passport dan sebagainya.

Besoknya lagi, mereka mempersiapkan segala kebutuhannya.

Adegan kedua

Saat hari akan keberangkatan.

Papah : “Ayo ayo masukan barangnya ke mobil!”

Mamah : “Ayo pah!” (dengan riang)

Mereka semua sibuk memasukan barang ke mobil.

Didalam Mobil.

Papah : “Sudah siaaap?”

Sara & Mamah : “Sudah!!!”

Papah : “Let’s go!” (menancapkan gas)

Mobil pun melaju.

Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta.

Ayah memarkirkan mobilnya.

Pak Drad Pitt : “Pak Antonio!”

Papah : “eh pak Drad!”

Pak Drad Pitt : “Bagaimana sudah semua?”

Papah : “Iya sudah semua Pak. Pak bawa mobil juga?”

Pak Drad Pitt : “Iya saya juga bawa mobil. Pak Antonio simpan saja disini mobilnya, saya juga
disimpan sini ko. Kan di jaga oleh perusahaan.”

Papah : “Oh bagitu ya. Kalau begitu berarti aman sekali. Ya sudah deh saya simpan disini
saja. Mamah, sara, ayo kita turun!”

Sara : “Oke pah!” (turun)

Mamah : “Papah bukakan bagasi nya ya…” (sambil turun)

Sara dan Mamah membawa koper-koper mereka. Papah juga.

Segala macam bentuk persiapan di bandara sudah beres.

Di dalam pesawat

Sara : “Mah, Pah. Sara duduk sama siapa?”

mamah : “Sama anaknya Pak Drad saja.”

Papah : “Pak Drad, anaknya duduk dengan siapa?”

Pak Drad Pitt : “Sendiri Pak! Ana kita bareng saja yu Pak!”

Leocy : “Pah aku belum kenalan sama itu…” (menunjuk ke Sara)

Sara : (mengajak kenalan) “haloo” (mengulurkan tangannya) “ aku Sara”


(tersenyum)
Leocy : “aku Leocy.. salam kenal Sara. Eh duduk bareng yuk!”

Sara : “Oh tentu saja”

Pak Antonio, Bu Antonio, Pak Drad, dan Bu Drad pun tersenyum.

Selama di pesawat, Sara banyak sekali bicara dengan Leocy.

Leocy : “Sara, kau kelas berapa?””

Sara : “Aku kelas 3 SMA”

Leocy : “Wah berarti kita seumuran dong?”

Sara : “(mengangguk)

Leocy : “Yeee!!” (memeluk Sara)

Sara : “hahahaaa”

Leocy : (melepaskam pelukannya) “nanti aku kenalkan ke Abang ku, mau yuk?”
(mengajak)

Sara : “Oh tentu saja boleh. Memangnya umur abang mu berapa?”

Leony : “Abangku itu sekarang sedang kuliah, namanya Kevien Pitt. Abangku itu orang
yang ganteng looh.. dia juga baik dan bergaul nya dengan siapa saja.

Sara : “Wah Leocy, aku jadi penasaran ingin cepat – cepat melihat abang mu itu.”
(penasaran)

Leocy : “Oke! Nanti kalau kita sudah beberapa hari di Inggris ya!” (memperlihatkan
giginya)

Karna perjalanan dari Indonesia ke Inggris sangat jauh dan melelahkan, Sara dan leocy pun tidur sangat
nyenyak sekali di pesawat,.

Babak kesepuluh
Adegan pertama

Hari pertama di kamar hotel tempat Sara, Bapak Antonio, dan Ibu Antonio menginap, mereka terlihat
sibuk.

Sara :Papah, barang – barang nya sudah saja kan hanya segini?” (melihat koper –
koper yang bergeletak di ruang tamu)

Papah : “Iya sudah lengkap ko ”

Mamah : “Ayo Sara kita simpan ke kamar koper – kopernya.” (memegang bahu Sara)

Sara : “iya mamaaah…..” (siuk membantu kedua orangutanya)

Keesokan harinya

Saat pagi hari


Sara : “Huaaaaaaaaah” (menyuap, baru bangun tidur) “jam berapa ini?” (mencoba
mencari jam tapi tidak ada) “mending saya bangun saja deh”

Sara pergi kea rah jendela dan membukanya.

Sara : (menghitup udara dan mengeluarkannya) “segaaaaarr…. Mamah dan Papah


mana ya?” (ke ruang keluarga)

Mamah : “Eh sudah bangun..” (sedang membereskan gelas bekas kopi Pak Anonio)

Papah : “Bagaimana tidurnya? Nyenyak??” (memegang Koran)

Sara : “Iya tapi Sara masih pegel – pegel Pah.”

Mamah ikut duduk bergabung.

Papah : “Karna kita semua baru datang hari ini, kita kan masih butuh istirahat, jadi kita
tidak dulu jalan – jalan ya?”

Mamah : “kalau Mamah sih tidak apa – apa Pah”

Sara : “Sara juga tidak apa- apa ko” (tersenyum)

Papah : “Terimakasih ya sayang. Besok saja kita jalan - jalannya” (tersenyum)

Beberapa jam kemudian Papah berangkat menuju kantornya untuk melakukan suatu register sedangkan
Mamah dan Sara tetap di kamar hotel.

Hari ini penuh dengan istirahat.

Adegan kedua

Hari ini Sara, Papah dan Mamah nya sudah ada di salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal . Saat
sedang berbelanja di lantai 3, keluarga Crew bertemu dengan keluarda Pitt.

Sara : “Leocy!” (melambaikan tangan)

Leocy : “Sara!” (melambaikan tangan)

Ibu Drad : “Eh Ibu Antonio kita bertemu disini ya..”

Ibu Antonio : “Iya ya kebetulan sekali..” (bercanda)

Pak Antonio : “Oh iya, Leocy, abangmu tidak ikut kemari?”

Leocy : “Abang ikut ko kemari tapi bersama temannya.. katanya Abang sih nanti juga akan
meyusul kita. Hahaha”

Pak Antonio : “Oh begitu..: (tersenyum)

Pak Drad : “Mari kita lanjutkan berbelanja nya..” (bercanda)

Saat baru saja beberapa menit mereka berjalan, Leocy berbicara..

Leocy : “Mamah, Papah, Tante, Oom, Leocy mau beli ice crème dulu ya bareng Sara”
(memohon)

Sara : “hah? Kemana?”


Leocy : “Ayo kita lihat dulu saja.. boleh kan? Mamah, papah?”

Ibu dan Bapak Drad : Iya silahkan ka leocy,,,,”

Sara : “Mamah? Papah?”

Mamah dan Ayah : “Tidak apa – apa ko sayang..” (tersenyum)

Sara dan Leocy pun pergi mencari tempat jualan ice creame tapi yang pertama ditemukan B&R, ya sudah
mereka akhirnya membeli 2 baskom medium ice cream.

Di tempat duduk Ice cream.

Leocy : “Abang kemana yaaa?” (sambil memakan ice cream nya)

Sara : (terus memakan ice cream)

Leocy : “Abang!!” (melambaikan tangan)

Kevien : “Hi my dear Leocy” (memeluk Leocy)

Sara : (sara berdiri melihat mereka sambil tersenyum)

Leocy : “Kakak kenalkan dia temanku” (kepada Sara)

Kevien : “hi I’m Kevien” (tersenyum dan mengulurkan tangannya)

Sara : “hi I’m Sara” (tersenyum dan menjawab uluran tangan Kevien)

Leocy : “kakak, Sara itu anak nya Pak Antonio loh”

Kevien ; “Oh ya?” (memperlihatkan giginya)

Sara : “haha.. iya” (memperlihatkan giginya)

Tanpa disadari datanglah seseorang dari belakang Sara.

Kevien : “Oh iya ini ada temanku. Perkenalkan” (tersenyum)

Sara membalikkan badannya, “temannya Kak Kevien ganteng banget….Ya ampun pake eyeglasses lagi.
kereen” berbicara kecil sambil senyam – senyum sendiri.

Sara berkenalan dengan orang yang tak dikenal itu, mereka berjabat tangan.

Stranger : “Hi..” (tersenyum)

Sara : “Hi…” (tersenyum)

Stranger : “I’m Sebastien Contrus” (Membuka kacamata nya)

Sara : “I’m Sara Crew” (tersenyum)

Tiba – tiba!! Senyuman Sara pudar, badannya mematung kaku, dan matanya lurus menatap mata
orang asing itu?

Sara : “HAH?” (mulut dan mata membuka lebar)

1 detik… 2 detik….. 3 detik….. 4 detik…. Suasana hening 5 detik…..

Sara : “Sebastien?” (tidak percaya dan menangis)

Sebastien : “doa mu pasti terkabulkan” (bahagia)

Sara : (duduk dan makan ice creamnya sambil menangis) “Sebastien jahaaat…..”
Leocy : “Kak Kevien, aku ga ngerti”

Kevien : “Sebastien, apakah orang yang selama ini kamu ceritakan padaku itu Sara?”

Sebastien : (duduk dipinggir Sara) “Iya Kevien.. Sara adalah orang yang selama bertahun –
tahun ini selalu aku pikirkan.”

Sara : (menatap Sebastien) “Apakah benar itu Sebastien?”

Sebastien : (diam tanpa ada kata sedikitpun selama 2 detik) “Iya Sara, semenjak kamu
datang ke kelas pagi itu dan duduk sebangku denganku, wajahmu selalu aku
ingat. Susah sekali menghilangkannya sekalipun aku pindah ke Scotlandia”

Sara : (terharu) “hiks… terus kalau yang meninggal itu?” (makan ice cream)

Sebastien : “Sebenarnya penyakit itu memang benar. Saat itu aku koma, tapi tidak tau
mengapa meraka mengatakan bahwa aku sudah tidak ada. Untung saja
sebelumnya aku sudah membuatkan surat kepadamu, dan kamu memberikan
doa yang sangat berharga itu. Sekarang, aku sudah sembuh Sara” (tersenyum
menatap Sara) “terimakasih,cantik”

Sara : “Sama – sama, ganteng”

Kevien : “Leocy, kakak sangat sudah mengerti”

Leocy : “Jadi gimana kak?”

Kevien : “Dirumah kakak cerita” (melihat kepada Leocy dan tersenyum)

Mereka saling tertawa bahagia…

Saat itu disana B&R sedang sepi.

Dan…

Sebastien : (Mengeluarkan kotak berhias Ice Cream) “untung aku membawanya”

Leoncy : “Apa itu?” (sangat penasaran)

Kevien : “Ssssst… leoncy” (mendekatkan jarinya ke bibirnya)

Sebastien : (Masih menatap Sara) “could you give me your heart?”

Hati sara dag-dig-dug dengan cepat.

Sara : “aaaaa!!” (tidak percaya)

Sebastien : “hahahahaa… hey seriusan” (tertawa menjadi serius kembali) “Sara cantik,
Sebastien masih suka. Mau ga jadi pacar Sebastien?”

Sara : “sudah hampir 3 tahun. Aku bakal bilang, IYA SEBASTIEN. SARA MAU
JADI PACAR SEBASTIEN… “ (tersenyum bahagia)

“CKRKK!!”
Leoncy : “Untuung aja aku bawa kamera” (dengan bangganya)
Kevien : “hore kita dapet bagian yang serunya!”

Sara, Sebastien, Kevien, Leoncy : (tertawa bersama)

Pada akhirnya, Sebastien dan Sara berpacaran. Kabar itu terdengar oleh teman – teman SMA
meraka di STATEFORD terutama, Nadya, Sarah, Rien, Andre, Reve, mereka semua banyak
yang turut berbahagia. Pak Hodam dan Pak Zoho juga turut berbahagia tapi bedanya, Pak hodam
yang suka mengejek Sara dan Sebastien. Dan akhir cerita ini bahagia sekali.

HIDUP BAHAGIA!!!

Anda mungkin juga menyukai