PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesejahteraan manusia serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar
dari setiap orang yang hidup dalam upaya penyesuaiannya dengan lingkungan.
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang dapat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Oleh karena itu, kesehatan harus
Nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
mencapai kemajuan sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari negara yang lebih
rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemahaman baru tentang konsep atau
1
definisi kesehatan dan meningkatnya kesadaran akan faktor-faktor yang
”paradigma sehat”.
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang atau pola pikir dalam
telah dijabarkan secara lengkap ke dalam 4 hal yang bersifat pokok, yaitu :
Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan visi baru Pembangunan Kesehatan
Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa
2
3. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :
b. Profesionalisme
d. Desentralisasi
Dari hal tersebut di atas peran puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
yakni :
3
1. Upaya kesehatan wajib
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
f. Upaya pengobatan
4
puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen
kesehatan
hidup sehat
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Hal ini tentu tidak lepas dari upaya
5
namun masih ada beberapa kekurangan yang harus dikaji untuk mencapai tujuan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
h. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari hasil
C. Metodologi
Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan
selama lima hari pada tanggal 25-30 Juli 2010 di Puskesmas Borobudur,
Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) diperoleh
dari wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan staf puskesmas, untuk
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil
berjalan lalu diperoleh cakupan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target tahun
7
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Lingkungan
- Selatan : Kecamatan Kali Bawang, Kab. Kulon Progo dan Propinsi DIY
8
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang
1.4. Transportasi
(Puskesmas) Borobudur yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan sebagai
berikut :
9
* Pada musim kemarau : 20 desa
- Jarak Puskesmas :
* Ke Kota Kabupaten : 17 Km
terdiri dari 92 dusun, dengan 1 desa miskin yaitu Desa Bigaran. Desa di wilayah
10
9. Ngargogondo 19. Ngadiharjo
d. Kondisi Geografis
e. Komunikasi
Dari data di atas terlihat sebagian besar penduduk (57,69%) di wilayah kerja
Pusekesmas Borobudur memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Hal ini lebih
2. Sarana Jamban
11
Tabel 2. Sarana Jamban
Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa (23,8%)
Dari 8.108 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki saluran
pembuangan air limbah. Bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (39,25%),
g. Situasi Puskesmas
2. BP umum : 1 ruang
3. BP gigi : 1 ruang
12
4. Ruang KIA-KB : 2 ruang
8. Dapur : 1 ruang
h. Sarana Kesehatan
Majaksingi,Sambeng,Candirejo,Ngadiharjo, Tuksongo,
Karangrejo,Bumiharjo,Ringinputih,Kenalan,Bigaran,
Kebonsari,Tegalarum,Kembanglimus)
UKS : 67 unit
Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan urutan
13
- Strata I (Pratama) : 1,06 %
• Perempuan : 28.013
• Jumlah KK : 15.546 KK
Dari data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di
kecamatan Borobudur masih rendah bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah. Data
14
1. 0–1 1068
2. 1- 5 2992
3. 5–6 1458
4. 7 – 15 9067
5. 16 – 21 4925
6. 22 – 59 30509
7. > 60 10386
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009
3. Sosial Budaya
15
- Masjid : 106 buah
- Gereja : 5 buah
- Musholla : 47 buah
Budha 13 0,02%
Hindu 4 0,007%
Total 54.586 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Borobudur tahun
2006
b. Tingkat Pendidikan
Sarana Pendidikan :
16
- TK : 30 buah
- SD/MI : 51 buah
- SLTP/MTS : 11 buah
- SLTA/MA : 5 buah
c. Perilaku Masyarakat
- Kegotongroyongan
d. Sosial ekonomi
- Mata Pencaharian
2006
17
Sumber : Data Dinas Kependudukan Catatan Sipil tahun 2006
- Sarana perekonomian
• Bank : 3 buah
• KUD : 2 buah
• Terminal : 1 buah
• Salon : 12 buah
• Hotel : 15 buah
18
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BOROBUDUR
Kepala Puskesmas
Dr. Farida Pudjiastuti
Kelompok
Administrasi Umum Keuangan
Jabatan
Fungsional Lisfantono, FX Listanto Enik K., Istiqomah, Kurnia A.
Unit
Pelayanan Unit Penggerak Pembangunan Unit Pemberdayaan Masyarakat
Kesehatan
Kesehatan dan Keluarga
Rawat Jalan
Poli Umum:
dr Yuniar, dr Siswanto Penyehatan Lingkungan : Kurnia Artanti
Spesialis : dr Spesialis Kesehatan Keluarga : Esti Murdiwati
P2 malaria/DBD : Wiwik Endang P., bidan desa
Poli Gigi : drg.Lus Udiarti
KIA : Esti Murdiwati P2 TB/Imunisasi/Kusta : Mujiati Peningkatan Gizi : Indah, Kusniati
KB : Endang Puji P2 ISPA/Diare : Enik
UKS : Solimah
Perkesmas : Istiqomah
Rawat Inap Promkes : Sumaryani
Rawat Inap : dr Siswanto,
dr Yuniar
Dapur/Gizi : Indah PKD Sambeng, Candirejo, dan Ngadiharjo
PKD Giritengah dan Kebonsari
PKD Giripurno dan Majaksingi
Puskesmas Pembantu
Tegalarum : Wiwik Widayati
Penunjang
Laboratorium: Kenalan : Enik
FX.Listanto Karanganyar : Istiqomah
Apotek : Susi Borobudur : Solimah
Pendaftaran : Shinta
SIMPUS : Norma 19
B. Komponen Masukan (Input)
1. Ketenagakerjaan
2. Sarana
a. Sarana fisik
BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata usaha, ruang kepala puskesmas, ruang
imunisasi, ruang rawat inap, kamar mandi, tempat parkir, mushola, ruang tunggu.
- dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (satu unit)
20
- perlengkapan medik umum : KIA set dan KB set, poliklinik set terbatas, peralatan
operasi, obstetry dan neonatal kid,perlengkapan laboratorium, EKG dan alat periksa.
c. Sarana obat
- Obat-obat berasal dari obat Instalansi Farmasi Kabupaten Magelang tiga bulan.
d. Sarana penunjang
- komputer : 3 buah
- lemari es : 1 buah
ASKES, dan JAMKESMAS. Hasil yang diperoleh puskesmas dari biaya pengobatan
disetorkan ke pemerintah daerah. Pengembalian retribusi sebesar 85% dari yang disetorkan,
C. Deskripsi Kerja
Fungsi :
A. Sebagai Manager :
21
2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal
dan horizontal
2. Dokter Umum
Fungsi :
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja
Fungsi :
2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas
22
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas
4. Perawat Gigi
Fungsi :
2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit
3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi
5. Tata Usaha
Tugas Pokok :
Fungsi :
6. Petugas Perkesmas
23
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di
Fungsi :
7. Petugas Pengobatan
Tugas Pokok :
b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dari dokter
8. Petugas P2PM
Fungsi :
24
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2PM
9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar
Fungsi :
1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA
Tugas Pokok : melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
25
Fungsi :
Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik dan lingkungan
Fungsi :
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.
26
8. Pengawasan, penyehatan perumahan
Fungsi :
Fungsi :
27
Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
Puskesmas.
Fungsi :
5. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut
Fungsi :
28
3. Mengatur penyimpanan obat
5. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
29
Ika Alvi Susana A.Md.Keb
Rochyani Lestari A.Md.Keb
Ari Sulistiyani A.M.Keb
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA dan KB
4. Gizi
5. P2PM
6. Pengobatan
Ada beberapa Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Borobudur, yaitu:
Semua Kelompok Umur Periode Januari - Juni Tahun 2010 (Semua Kunjungan Baru)
30
1. Infeksi Akut Lain Saluran Napas Atas 1275 27 %
3. Mialgia 462 10 %
4. Vulnus 420 9%
5. KB Suntik 402 9%
Dll
Jumlah 4644 100 %
Sumber : Data Profil Kesehatan Puskesmas Borobudur berdasarkan SIMPUS tahun 2010
Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan jika dilihat dari angka kematian bayi (6,7/1000), balita (0/1000) dan
kematian maternal (1,67/1000), maka Puskesmas Borobudur Tahun 2010 sudah sehat. Hal ini
karena semua angka kematian (bayi, balita, dan ibu maternal) dibawah target maksimal
Indikator Indonesia Sehat 2010,yaitu 40/1000 dan balita 58/1000 . Jika dilihat dari angka
kesakitan balita diare (0,4/1000) maka Puskesmas Borobudur belum sehat karena di bawah
target (0%)
BAB III
PROGRAM PUSKESMAS
31
A.Program-Program Pokok Puskesmas
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan.
3. KIA dan KB
6. Pengobatan
1. Promosi Kesehatan
Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah:
Jumlah seluruhnya ada 118 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu
32
b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)
Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang dibagi
Jumlah kader terlatih sebesar 1 posyandu minimal memiliki 5 kader aktif sebesar 80%.
5 kader (100%)
Jumlah kader aktif 80% 487 95% 119%
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Pelayanan di puskesmas buka setiap hari senin, dan pelayanan di luar puskesmas
setiap hari selasa-sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga sanitarian yang juga bertugas
33
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau hilangnya
semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan
Jenis kegiatan:
Indikatornya:
Indikatornya:
Indikatornya:
Cakupan
Indikator Target Kegiatan Persen (%) Pencapaian
34
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
• Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas, Pelayanan
• Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis.
• Pelayanan Imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, untuk bayi yang
a. KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta
35
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
b. KB
Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan
diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah
i. Tujuan umum
Tabel 13. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010
Cakupan Pencapaian
36
Jumlah TK yang dibina 100% 74 200% 200%
Jumlah seluruh peserta KB aktif 80% 8587 81% 101%
Cakupan pelayanan pra Usila dan Usila 70% 2029 44,13% 63,04%
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
• Pelayanan dikelola nutritionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari senin-sabtu.
• Pelayanan gizi.
Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang
umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak
balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk
menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A,
Jenis kegiatan:
b. Pelayanan gizi
Indikatornya:
- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun (95%).
- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn (95%).
37
Tabel 14. Tabel hasil kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010
Cakupan Pencapaian
Indikator Target Kegiatan Persen (%)
Balita yg datang dan ditimbang (D/S) 80% 4168 85,13% 106%
Balita yg naik berat badannya (N/D) 80% 3279 78,67% 98%
Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kaps vit A dosis tinggi 95% 590 100% 105%
Cakupan anak balita ( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 2x/ thn 95% 3501 100% 105%
Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 90% 636 97,10% 106%
Balita BGM <1,5% 75 1,80% 83%
Balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 6 100% 100%
Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 89% 644 112,49% 126%
• Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan.
Tujuan dari program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat
dikendalikan.
a. P2 TB Paru
38
Angka konversi (convertion rate) (80%)
b. P2 ISPA
Indikatornya :
c. P2 Diare
Indikatornya :
d. Imunisasi
Indikatornya :
i. BCG (95%)
v. Polio 4 (95%)
e. P2 DBD
39
Indikatornya :
f. P2 Malaria
Hasil kegiatan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Januari - Juni 2010:
iv. Cakupan bayi dengan pneumoni yang ditemukan / ditangani sesuai standar 100%
40
Angka konversi(convertion rate) * 80% 3 50% 63%
Angka kesembuhan (cure rate) 85% 9 113% 132%
Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan / ditangani (sesuai standar) 100% 38 26,39% 26,39%
Balita dg diare yg ditangani sesuai standar 100% 368 432,94% 432,94%
Penderita kusta yang selesai berobat 100% Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Jumlah bumil yg mendapat TT1* 98% 633 97% 99%
Jumlah ibu hamil yg mendapat TT2* 95% 563 86% 91%
BCG* 95% 628 106% 111%
DPT 1* 95% 580 97%% 103%
DPT 3 * 95% 603 101% 107%
Polio 1* 95% 555 93% 98%
Polio 4* 95% 530 89% 94%
Campak* 95% 589 99% 104%
Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 95% 621 104% 110%
Hepatitis B1 total* 95% 598 101% 106%
Hepatitis B2 * 95% 575 97% 102%
Hepatitis B3* 95% 603 101% 107%
Penderita DBD yg ditangani*sesuai standar 100% 18 100,00% 100,00%
20/100.000
A. Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan
tersebut.
41
1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah
kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa seseorang
menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2009 sebesar 60% kali jumlah penduduk.
2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih
dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan
pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode penyakit yang
bersangkutan.
3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang
masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah
kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi kunjungan adalah rata-
rata jumlah kunjungan setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
Cakupan
Indikator Target Kegiatan Persen (%) Pencapaian
Jumlah kasus baru (x) 60% 8497 64% 107%
42
Frekuensi kunjungan : jml kasus
B+L+KK / B.
1. Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum
Bertugas setiap hari Senin sampai Sabtu, bekerja sama dengan dokter.
• Tegalarum : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
• Kenalan : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
• Borobudur : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
• Karanganyar : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
43
Pondok Bersalin Desa (Polindes).
Terdapat 12 Poliklinik Kesehatan Desa buka setiap hari pukul 7.00 - 14.00 WIB
b. Poliklinik Gigi
Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Sabtu, dibantu oleh seorang perawat gigi
Kegiatan rutin UKS buka setiap hari sekolah, dikelola oleh 1 orang paramedis beserta dokter
kecil yang anggotanya merupakan siswa/siswi sekolah yang bersangkutan. Setiap satu bulan sekali,
Puskesmas mengadakan kunjungan langsung ke UKS untuk mengadakan kegiatan kesehatan, sesuai
44
dan setingkat oleh tenkes, atau tenaga
terlatih/ guru UKS/ dokter kecil
(penjaringan kelas 1)
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, 80% 1346 198% 247%
kelas I SLTP, SLTA dan setingkat
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 80% 621 172% 215%
(penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/
setingkat)
Jumlah TK yang dibina 100% 36 200% 120%
Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga
kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan
masyarakat sendiri melalui PKD, Posyandu, penyuluhan dan upaya promosi kesehatan lainnya.
Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga
kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui PKD, Posyandu dengan kegiatan berupa
gangguan jiwa di
sarkes umum
45
4. Upaya Penunjang
Laboratorium
Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 1 petugas laboratorium, dan seorang petugas
hemoglobin, golongan darah, kadar gula darah, asam urat, PP test, pemeriksaan BTA , pemeriksaan
46
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari – Juni 2010, berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada
bulan Januari – Juni 2010, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya dengan
INPUT PROSES
Fungsi OUTPUT
Man Manajemen OUTCOME IMPACT
Money (P1,P2,P3) Cakupan
Method dan Kegiatan dan
Material Manajemen Mutu
Machine Mutu
LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi
Kebijakan
47
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal.
Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan
masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah
Berdasarkan data pencapaian kegiatan 7 program Puskesmas Borobudur mulai bulan Januari
sampai dengan Juni 2010 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah karena skor
48
18 Polio1 98
19 Polio4 94
20 Jumlah kader terlatih 87
21 Pembentukan dokter kecil 29
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 12
23 Deteksi kasus baru dan lama P2PTM 10
Borobudur bulan Januari - Juni 2010. Melihat banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah, dengan rumus
(A + B) x C x D
Keterangan :
Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah :
1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan masalah.
2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor
tersebut.
49
Kriteria A : Besar Masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang
digunakan bersifat kuantitatif. Misal : prosentase penduduk yang terkena efek langsung masalah
tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut,
Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan
Langkah – langkahnya :
1. 100% dikurang skor pencapaian (dalam persen) dari masing-masing masalah, maka akan
K= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 23
3. Selisih dari besar masalah yang tertinggi dan terendah kemudian dibagi jumlah kolom, akan
didapatkan range
50
16,68 + 14,67 = 31,35 → skala II : 16,68 – 31,35
5. Kemudian besar masalah dapat diklasifikasikan ke dalam skala - skala yang telah kita
tentukan sebelumnya. Sehingga kita bisa mendapatkan nilai untuk tiap - tiap masalah.
Besar Masalah
2,00 16,68 31,36 46,04 60,72 75,40
Besar
– – – – - –
No Daftar Masalah masalah
Nilai
16,67 31,35 46,03 60,71 75,39 90,00
(%)
51
11. Slide PCD 50,54% X
6
12. Cakupan suspek TB Paru 85 % X 9
13 Penemuan kasus TB BTA + 76% X 9
14 Angka konversi 37%
X 4,5
15 Cakupan balita dengan Pneumoni 73,61%
(sesuai standar)
16 Jumlah bumil yang mendapat TT 1 1% X 1,5
17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 9% X 1,5
18 Polio 1 2%
X 1,5
19 Polio 4 6%
X 1,5
20 Jumlah kader terlatih 13% X 1,5
21 Pembentukkan dokter kecil 71% X 7,5
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes 98% X
9
umum
23 Deteksi kasus baru dan lama 90% X
9
P2PTM
Penilaian kriteria ini lebih bersifat subyektif. Tentukan 3 faktor tingkat kegawatan:
3. Kecenderungan penyebaran
Keterangan :
Tidak Mendesak :1
Kurang Mendesak :2
52
Cukup Mendesak :3
Mendesak :4
Sangat Mendesak :5
Tidak Ganas :1
Kurang Ganas :2
Cukup Ganas :3
Ganas :4
Sangat Ganas :5
Kurang Besar :2
Cukup Besar :3
Besar :4
Sangat Besar :5
Urgensi penyebaran
1 Cakupan kunjungan bumil K4 3 4 1 8
dan prasekolah
4 Cakupan pelayanan usila 3 2 1 6
53
5 Balita yang naik berat badannya 2 3 1 6
6 Balita BGM 4 5 1 10
7 Jumlah TTU yang diperiksa 1 2 1 4
8 TP2M yang diperiksa 1 2 1 4
9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 2 2 1 5
10 Rumah yang mempunyai SPAL 2 3 2 7
11 Slide PCD 4 4 3 11
12 Cakupan suspek TB Paru 3 3 4 10
13 Penemuan kasus TB BTA + 4 3 4 11
14 Angka konversi 3 3 3 9
15 Cakupan balita dengan Pneumoni yang
Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya ( tenaga,
alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan, dll ), teknologi yang digunakan tersedia, dan kemampuan serta
Sulit ditanggulangi :1
Mudah ditanggulangi :4
54
Tabel 22. Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan)
Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nilai 4 4 4 3 5 3 2 1 3 3 3 3
Masalah 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nilai 2 3 2 4 4 4 4 3 2 1 1
Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program
Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0.
Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka
Masalah P E A R L Hasil
55
1 1 1 1 1 1 1
2 0 1 1 1 0 0
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 0 0
8 1 1 1 1 0 0
9 1 1 1 1 0 0
10 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 0 0
21 1 1 1 1 0 0
22 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1
Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL Faktor ) didapatkan hasil
satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas
serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor
56
Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh kelompok secara
bersama dalam menentukan masalah dari yang paling penting sampai masalah yang kurang penting.
Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan, nilai tersebut dimasukkan dalam formula:
57
D.Urutan Prioritas Masalah
V. Balita BGM
VI. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)
VIII. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
58
BAB V
Berdasarkan prioritas masalah, maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas utama
adalah cakupan suspect TB paru, namun berdasarkan kesepakatan dengan pihak Puskesmas
Borobudur, pada analisa pemecahan masalah ini akan dibahas mengenai balita BGM. Pada
hasil cakupan program (SPM) Borobudur, hasil cakupan balita BGM pada bulan Januari
hingga Juni 2010 adalah 1,8% sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah
sebesar kurang dari 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil cakupan balita BGM pada bulan
Januari hingga Juni 2010 melewati batas 1,5% dari SPM Dinas Kesehatan Kabupaten
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin
dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.
• Dapat diukur
59
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi/inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator
tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan
yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir
membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang
Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang
saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto.
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya tak menyimpang dari masalah tersebut.
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan.
60
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan)
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,
61
C.Analisa Penyebab Masalah
Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan
Proses
P2
P3
P1
MASALAH
Dll
Money
Man 62
Input Lingkungan
Gambar 5. Diagram fish bone
BAB VI
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah
dilakukan dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang diperoleh selama
satu tahun terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan
63
pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga
Tabel.25.Input
1.Input
Kelebihan Kekurangan
Man - Tersedia tenaga kesehatan (dokter, - Belum semua kader memahami
64
- Tersedianya protap MTBS - Belum semua tenaga kesehatan
memahami MTBS
Material - Sudah tersedianya pustu, PKD dan - Tidak ada masalah
posyandu
2. Proses
Fungsi manajemen :
a. P1 (Perencanaan)
65
• Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah untuk balita BGM,
b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan)
balita BGM
(Pustu, PKD, dll) serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD
dan Polindes
tenaga kesehatan)
66
67
PROSES
P1
• Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah
untuk balita BGM, keluarga, dan masyarakat disekitarnya.
• Penyuluhan yang kurang optimal tentang balita BGM dan
dampaknya
• Kurangnya perencanaan dalam penanganan balita BGM
P2
• Kurangnya kader yang berkompeten untuk mendeteksi
balita BGM
• Kura
ngnya peran serta Pustu dan PKD dalam menjaring
kasus balita BGM P3
• Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dengan
institusi kesehatan lainnya (Pustu, PKD, dll) serta • Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan (bidan
kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD desa, tenaga kesehatan)
• Kurangnya pemantauan terhadap tata
cara penimbangan
• Kurang teraturnya laporan dan data –
data mengenai pasien yang ditimbang berat badannya Cakupan
balita BGM
(1,8%) yang
melebihi dari
MONEY target
- Kurangnya pendistribusian dana untuk MAN (<1,5%)
balita BGM yang tidak merata - Belum semua kader memahami cara
68
INPUT LINGKUNGAN
B. Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya
Setelah dilakukan konfirmasi terhadap petugas terkait yaitu petugas gizi, maka
didapatkan beberapa penyebab masalah yang paling mungkin, yang tertera pada tabel
h
Cakupan 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya
Balita mengenai balita BGM dan dampaknya kepada masyarakat mengenai balita BGM dan
BGM dampaknya
2. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus
tentang penanganan balita BGM sesuai bagi tenaga kesehatan untuk menambah
3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM
BGM yang status gizi berdasarkan yang status gizi berdasarkan NCHSnya
5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam
dengan institusi kesehatan lainnya serta perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya
69
Setelah mendapatkan data primer dan sekunder terhadap masalah cakupan balita BGM
maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik dalam jangka
balita BGM dan dampaknya kepada masyarakat mengenai balita BGM dan
dampaknya
2. Kurangnya pengetahuan kader tentang Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi
penanganan balita BGM sesuai MTBS kader untuk menambah keterampilan mereka
3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita BGM Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM
4. Minimnya penyuluhan tentang balita BGM Penyuluhan dibuat secara terjadwal dan rutin.
umum
5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam
dengan institusi kesehatan lainnya serta perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya
70
A. Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya dan berkesinambungan kepada Ibu
dengan balita BGM mengenai balita BGM serta dampak dari balita BGM yang
kesehatan lainnya.
D. Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM yang status gizi berdasarkan
yang paling efektif, efesien dan mudah dilakukan sehingga pemecahan masalah tersebut mampu
menyelesaikan masalah yang ada dengan efesien dan efektif dengan metode MIV :
M.I.V
71
Untuk mendapatkan nilai dari setiap poin M, I, V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan
M I V C (M.I.V)/C Urutan
lainnya
Dari hasil metode MIV/C, prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yaitu:
72
POA (Plan Of Action)
Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Tenaga Kesehatan Puskesmas Borobudur
Tolok ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode
1. Memberikan Meningkatkan Ibu yang Balai Tenaga 2x/ Dana Tanya Meningkatnya
penyuluhan yang pengetahuan memiliki desa kesehatan tahun operasional jawab, pengetahuan masyarakat
sejelas-jelasnya masyarakat balita BGM dan kader Puskesmas Diskusi mengenai balita BGM
kepada masyarakat
mengenai balita puskesmas Borobudur serta dampaknya atau
mengenai balita
BGM serta
BGM serta
dampaknya
dampaknya
73
3. Penyuluhan yang Setiap institusi Anggota Institusi Tenaga 3x/tahun Institusi yang penyuluhan Institusi kesehatan dan
baik tentang mampu bekerja institusi yang ber- kesehatan bekerja sama institusi lain mampu
koordinasi dalam sama dalam terkait sangkutan dan dengan menangani kasus balita
terlatih
4. Penambahan Meningkatkan Bayi BGM Rumah Tenaga 1bulan/x Puskesmas Penyuluhan Meningkatkan
BGM memperbaiki
pengetahuna masyarakat
mengenai lingkungan
sehat.
Gann Chart
74
No Kegiatan Waktu
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1. Memberikan penyuluhan yang X
sejelas-jelasnya kepada
tenaga kesehatan
3. Penyuluhan yang baik X X
kesehatan lainnya
4. Penambahan jumlah X X X X X
kunjungan rumah
75
BAB VII
A.Kesimpulan
Balita BGM (Bawah garis Merah) adalah balita yang berat badannya di bawah garis
Pengenalan kasus balita BGM diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta
masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk mendiagnosis secara
dini balita BGM, menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian dan angka kesakitan
Dari hasil SPM Puskesmas Borobudur bulan Januari sampai Juni tahun 2010 didapatkan
prioritas masalah yaitu jumlah balita BGM (1,8%) yang melampaui batas SPM Dinkes Magelang
tahun 2010 (1,5%). Penyebab masalah tersebut antara lain: kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai balita BGM dan dampaknya, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang balita
BGM, kurangnya tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini kasus balita BGM, minimnya
penyuluhan tentang balita BGM kepada tenaga kesehatan dan masyarakat umum, kurangnya
pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang balita BGM, kurangnya koordinasi dalam
perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas
76
B.Saran
Karena pada pemeriksaan tidak ada yang khas mendiagnosisbalita BGM, maka
diharapkan adanya kerja sama antara masyarakat, tenaga kesehatan dan institusi lainnya agar
Dari kesimpulan diatas, pada umumnya pemecahan masalah yang dapat dilakukan
(berdasarkan POA) antara lain memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat
mengenai balita BGM serta dampaknya, mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi tenaga
kesehatan seperti bidan desa, penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam perencanaan
dengan institusi kesehatan lainnya, dan penambahan jumlah kader yang terlatih
Perlu dilakukan koordinasi dan komitmen seluruh kader, petugas kesehatan dan seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Borobudur sehingga dapat dikurangi jumlah
balita BGM yang ada, sesuai dengan target Dinkes Magelang 2010. Selain itu perlu dilakukan
evaluasi hasil pencatatan data kasus secara kontinu sehingga target Dinkes Magelang 2010 dapat
77
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartoyo, 2008. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di Puskesmas.
Magelang.
Mungkid.
Salaman : Magelang.
Dasar.
78