Anda di halaman 1dari 11

RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT

PREDIKSI KONDISI TRANSPORTASI DARAT DI MASA DEPAN

Sosial Ekonomi

Penduduk

Penduduk Indonesia akan tumbuh terus selama beberapa dasawarsa


mendatang, walaupun laju pertumbuhannya cenderung menurun dari waktu
kewaktu. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cenderung menurun sejak
tahun 1971 berikut:

Tabel 1
Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Tingkat Pertumbuhan Penduduk


Periode
Nasional per Tahun
1971 – 1980 2,35%
1980 – 1990 1,97%
1990 – 1995 1,66%
Sumber: BPS 1971, 1980, 1990 (Sensus Penduduk)

Prediksi tingkat pertumbuhan penduduk di masa depan menurut BPS di


tahun 2000 sekitar 1,5% dan tahun 2005 sebesar 1,4%, demikian juga
tingkat regional, pertumbuhan penduduk juga cenderung turun seperti
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2
Tingkat Pertumbuhan Penduduk (Regional)

Penduduk (000) Tingk. Pertumbuhan per


Wilayah tahun (%)
1995 2004 2009 1990-1995 1995-2009
Sumatera 40.984 47.594 51.200 2,3 1,6
Jawa 114.980 129.071 136.500 1,3 1,2
Kalimantan 10.520 12.498 13.620 2,9 1,9
Sulawesi 13.775 16.013 17.240 1,9 1,6
Pulau lainnya 14.192 16.506 17.800 1,9 1,6
INDONESIA 197.458 221.682 236.360 1,7 1,4
Sumber: BPS, Maret 1998

Diperkirakan penduduk Indonesia menjelang tahun 2020 akan mencapai


270 juta orang, lebih dari separuhnya akan tinggal didaerah perkotaan.
Gambar 1

Dari gambar tersebut kelihatan bahwa terjadi pergeseran penduduk yang


semula bermukim dipedesaan kedaerah perkotaan

Penduduk di pulau Jawa akan berada pada kisaran 60 persen atau


sekitar 143 juta orang pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 158 juta
orang pada tahun 2020.

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Dalam memprediksi pertumbuhan ekonomi dibagi dalam 3 (tiga) skenario


sebagai berikut :
- Skenario Optimistik, dimana pertumbuhan ekonomi diperkirakan
berkisar 8 – 10 % per tahun pada sektor Industri Non Migas,
sementara sektor Transport relatif sama dengan trend sebelumnya.
- Skenario Pesimistik, skenario berassumsi telah terjadi “Economic
Recovery” pada tahun 2005
- Skenario Intermediate, skenario berassumsi telah terjadi “Economic
Recovery” pada tahun 2003.

Berdasarkan ketiga skenario tersebut, maka prediksi tingkat pertumbuhan


ekonomi adalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3
Prediksi Tingkat Pertumbuhan

1998 – 1999 1999 - 2004 2004 - 2009 1999 - 2009


(Aktual)
Pesimistik 0,2 % 1.9 % 2,8 % 2,4 %
Intermediate 0,2 % 3,4 % 5,1 % 4,3 %
Optimistik 0,2 % 4,8 % 6,9 % 5,9 %
Sumber : TSSS, tahun 2000

Tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan sebagaimana ditunjukkan


dalam Grafik berikut :

Gambar 3

Grafik Pertumbuhan Tingkat Suku Bunga Januari-Juni 1999

50
45
40
Tingkat Bunga (%)

35
30
25
20
15
10
5
0
Ju III
Ju II
M III

Ju I

IV
M II
M I

IV
9
b
ar

r
Ap

ni
ei
'9
Fe

ni
ei
M

ni
ei

ni
ei
Ju
M
n
Ja

Bulan

SBI Dana Antar Bank Deposito 3 Bulan

Untuk sektor transportasi, krisis ekonomi mengakibatkan penurunan


pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan sektor transportasi
sebelum krisis ekonomi berkisar 7%, kemudian menurun sangat tajam
menjadi sekitar 1,2% pada tahun 1997. Pada tahun 1999/2000 tingkat
pertumbuhan sektor transportasi mencapai titik nadir yaitu sekitar 0,8%.
Secara umum, untuk sub sektor transportasi KA, menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang paling baik dibandingkan moda lainnya. Transportasi
Jalan merupakan moda yang paling terpengaruh oleh krisis ekonomi.

Gambar 4
Gambaran Tingkat Pertumbuhan Untuk Moda Transportasi Darat
2.5

(%) Pertumbuhan 2

1.5

0.5

0
1996 1998 2000 2002 2004 2006
TAHUN
Transportasi ASDP Transportasi
Transportasi KA Transportasi Jalan

Permintaan Transportasi Darat Pada Tiap Moda

Permintaan Penumpang

Pada tahun 2009 pertumbuhan permintaan jasa terhadap angkutan jalan


diperkirakan meningkat 3,8% per tahun dengan total jumlah penumpang
sebanyak 530.486 ribu penumpang atau 83,9% dari total permintaan
terhadap transportasi yang berjumlah 634.660 ribu penumpang.

Demikian pula permintaan terhadap angkutan KA dan ASDP terus meningkat


cukup pesat sebagaimana disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 5
Total Permintaan Angkutan Penumpang (2009)

Penumpang Penumpang Pertumbuhan


Moda Transportasi Tahun 1998 Tahun 2009 per tahun
Trips (.000) Persentase Trips (.000) Persentase 1998 – 2009
Angkutan Jalan 279,444 92,2 % 461.961 93,0% 4,7%
Angkutan Kereta Api 1.918 0.6 % 1.918 0,4 % 0,00%
Angkutan SDP 32 0,0 % 32 0,0 % 0,0 %
Angkutan Udara 21.650 7,1 % 32.320 6,5 % 3,7 %
Angkutan Laut 153 0,1 % 276 0,1 % 5,5 %
TOTAL 303.197 100 % 496.507 100 % 4,6 %

Permintaan Angkutan Barang

Permintaan angkutan barang pada tahun 2009 tetap didominasi oleh


angkutan jalan sekitar 92% dengan tingkat pertumbuhan 4,7% per tahun,
transportasi laut hanya sekitar 7%. Sedangkan jumlah barang yang
diangkut oleh moda lainnya relatif sangat kecil antara 0%-0,4% dari total
permintaan angkutan barang.
Prediksi Per mintaan Transportasi Darat Pada Tiap Daerah (Region)

Permintaan transportasi darat di seluruh wilayah tanah air secara umum


mempunyai tingkat pertumbuhan antara 3,2%-4,2% per tahun.
Di P. Sumatera dan P. Jawa angkutan jalan : 89,1% dan 84,5%, di Sulawesi
62,0%. Bali dan Nusa Tenggara didominasi oleh angkutan penyeberangan :
77,6%. Di P.Kalimantan peran transportasi jalan 33,5% dan angkutan sungai
hampir seimbang yakni 29,2%. Khusus di wilayah Maluku dan Irian Jaya
perana transportasi darat sangat kecil, yakni sebesar 84,9%.

Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Darat

Pembangunan subsektor transportasi darat nasional diarahkan untuk


dapat meningkatkan penyediaan kemampuan dan pelayanan jasa
angkutan jalan, angkutan kereta api, serta angkutan sungai danau dan
penyeberangan dalam rangka pengembangan sektor transportasi
sebagai pendukung utama sektor ekonomi dan industri, sosial budaya,
pembangunan politik dan pengembangan pertahanan dan keamanan
nasional dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara.

Oleh karenanya arah pengembangan transportasi darat adalah sebagai


berikut :

• Dalam lingkup nasional : Tulang punggung penyelenggaraan


transportasi bertumpu pada transportasi laut, sedangkan peranan
pokok transportasi darat adalah sebagai pengumpan (Feeder)
terhadap sistem transportasi Laut.
• Dalam konteks regional (per pulau )

Pengembangan jaringan transportasi darat sesuai dengan wilayah


pengaruhnya diarahkan untuk mewujudkan keterpaduan antara moda
transportasi jalan, transportasi jalan rel, transportasi sungai dan danau
serta penyeberangan, sebagai upaya untuk menghubungkan seluruh
wilayah tanah air dalam rangka memantapkan perwujudan Wawasan
Nusantara dan memperkukuh Ketahanan Nasional.

Arah Pengembangan berdasarkan moda


♦ Transportasi Jalan

Arah pengembangan jaringan transporatsi jalan primer diarahkan untuk


ditingkatkan kemampuan dan daya dukungnya sesuai dengan beban
lalu lintas terutama yang melayani dan menghubungkan pusat kegiatan
nasional, pusat kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan andalan yang
cepat berkembang.

Pengembangan jaringan transportasi jalan sekunder dikembangkan


secara terpadu dengan moda transportasi darat lainnya.
♦ Transportasi Jalan Rel

Pengembangan jaringan transportasi jalan rel diarahkan untuk


angkutan penumpang jarak jauh, angkutan barang masal dan untuk
jaringan transportasi jalan rel di wilayah perkotaan diarahkan sebagai
tulang punggung transportasi perkotaan khususnya di kota raya seperti
DKI Jakarta, Surabaya dan Medan.

♦ Transportasi Sungai dan Danau

Transportasi sungai dan danau secara berangsur akan dikurangi


perannya dalam jaringan transportasi darat nasional. Selanjutnya
transportasi ini hanya untuk mendukung perkembangan wisata dan
angkutan lokal.

Peran angkutan sungai saat ini cenderung menurun disebabkan karena


pesatnya pembangunan jaringan jalan dan keterbatasan teknologi
sarana angkutan sungai yang dominan menggunakan jenis angkutan
/kapal klotok dan sejenisnya. Namun di masa datang melalui
peningkatan teknologi sarana angkutan sungai yaitu digunakannya
kapal jenis tug-boat diperkirakan peran angkutan sungai semakin
meningkat sebagai komplementer dari transportasi lainnya, seperti
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Gambar
Peran Transportasi Sungai Masa Lampau, Kini, dan Masa Datang

Peran
Transportasi Jalan

Transportasi Sungai

Waktu
Masa Lampau Saat Ini Masa Datang

♦ Transportasi Penyeberangan

Dalam upaya mewujudkan keterpaduan antar moda, maka arah


pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di Kawasan Barat
Indonesia pada daerah yang sudah berkembang, diarahkan sesuai
dengan tingkat perkembangan jaringan transportasi jalan baik dalam
fungsinya sebagai jembatan maupun sebagai alternatif ruas jalan untuk
mengurangi beban lalu lintas pada ruas dimaksud.
Di sisi lain juga diarahkan untuk menghubungkan pulau-pulau terpencil
yang mempunyai nilai strategis dan diarahkan sebagai pembuka
isolasi.

♦ Transportasi Perkotaan

Pengembangan transportasi di wilayah perkotaan diarahkan untuk


transportasi masal serta keterpaduan antar jaringan transportasi jalan
dengan transportasi jalan rel atau transportasi sungai dan danau .

Rencana Pengembangan Prasarana

Pengembangan Jaringan Transportasi Jalan Nasional sebagaimana


terlihat pada peta dibawah ini

Gambar 6
Jaringan Jalan Seluruh Indonesia

Jaringan jalan di Pulau Jawa sampai dengan tahun 2009, arus lalu
lintasnya diprediksi mengalami peningkatan 4,0% per tahun.
Rencana Umum Jaringan Pelayanan Nasional

Rencana Umum Jaringan Pelayanan nasional merupakan rencana


kebutuhan pelayan angkutan yang disusun berdasarkan perkiraan
perpindahan orang dan/atau barang menurut asal dan tujuan perjalanan,
yang meliputi :

• Rencana Umum Jaringan trayek nasional


• Rencana Umum Jaringan Lintas nasional

Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Rel

Rencana Pengembangan Lintas Kereta Api

1. Pengembangan Jaringan Jalan KA Strategis:

Kriteria pengembangan jaringan jalan KA strategis adalah sebagai


berikut:
• Menghubungkan pusat pertumbuhan ekonomi dan penduduk.
• Menghubungkan simpul transportasi lain.
• Merupakan koridor transportasi jalan rel.
• Mempertimbangkan demand, kapasitas dan tingkat pelayanan.
• Merupakan lokasi penggantian moda.

Pengambangan Jaringan KA Strategis dibedakan dalam tiga


kategori:

Strategis Primer dengan ciri:


• Frekuensi dalam satu jam 1 KA s/d 2 KA
• Menghubungkan Ibukota propinsi
• Panjang perjalanan diatas 50 km antara daerah strategis
• Perjalanan bersifat antar propinsi
• Tempat pemberhentian terbatas (limited stop) dan pelayanan
bersifat bisnis dan eksekutif

Strategis Skunder dengan ciri:


• Frekuensi dalam satu jam kurang dari 0,5
• Menghubungkan Ibukota propinsi
• Panjang perjalanan diatas 50 km antara daerah strategis
• Perjalanan bersifat antar propinsi
• Volume angkutan barang tinggi

Strategis Tersier dengan ciri:


• Angkutan barang mendukung aktivitas ekonomi
• Panjang perjalanan kurang dari 50 km
• Menhubungkan kota dengan Ibukota
• Bisnis/ekonomi
Berdasarkan kategori tersebut, maka rencana pengembangan
jaringan KA Strategis adalah sebagai berikut:

Strategis Primer: 1. Jakarta-Bandung via Bekasi-Cikampek


2. Jakarta-Surabaya via Cikampek-
Cirebon-Semarang
3. Jakarta-Solo-Kertosono via Cirebon-
Kroya-Yogyakarta
4. Bandung-Solo-Surabaya

Strategis Skunder: 1. Jakarta-Merak


2. Surabaya-Banyuwangi
3. Semarang-Solo
4. Bogor-Sukabumi
5. Surabaya-Malang
6. Sumatera Selatan

Strategis Tersier: 1. Kertosono-Kediri


2. Kroya-Cilacap
3. Sumatera Utara
4. Sumatera Barat

2. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan KA

• Double-Double Track (DDT), antara Manggarai-Cikarang, DDT


ini merupakan upaya peningkatan kapasitas dan pelayanan serta
pemisahan jalur KA komuter dan dengan KA jarak jauh dan KA
penumpang dengan barang.
• Pengembangan Jaringan KA di Sumatera, Pada tahap
sekarang telah dilakukan pengkajian berupa “Rencana Induk
Jaringan KA Sumatera” akan membangun jalan KA sekitar 3.400
km track baru dengan total biaya USD 10 milyard serta “additional
scheme” sekitar 2.200 km track dengan biaya sekitar USD 7
milyard
• Pengembangan Jaringan KA di Kalimantan, tahap sekarang
sedang dilakukan studi tentang penyusunan pra master plan,
sehingga belum diketahui berapa panjang rel yang akan
dibangun.
Bidang Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Pengembangan angkutan penyeberangan Nasional

Pengembangan penyeberangan diusulkan mengkuti pola berikut :

1) Poros memanjang: meliputi poros Utara, Tengah dan Selatan yang


menghubungkan pulau-pulau arah Timur dan Barat.

Jaringan transportasi penyeberangan lintas Utara dari Sabang


sampai Jayapura melalui Pontianak, Nunukan, Manado,
Ternate dan Biak.

Jaringan transportasi lintas tengah dari Palembang ke Jayapura


melalui Banjarmasin,Ujung Pandang, Kendari, Ambon, Sorong
dan Biak.

Jaringan transportasi penyeberangan lintas selatan dari Sabang


sampai Merauke melalui Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dilli dan
Tual.

Penghubung poros: lintas penyeberangan jarak jauh yang


menghubungkan pulau-pulau utama Utara – Selatan.

Lintas penghubung poros yang diidentifikasikan dapat


dikembangkan diantaranya : Surabaya - Ujung Pandang,
Apatuna - Mbai, Bima - Bau-bau

2) Poros internasional: Lintas penyeberangan antara Indonesia


dengan negara-negara tetangga untuk mendukung kerjasama
regional dan kutub-kutub pertumbuhan yaitu : Kupang - Darwin,
Medan - Langkawi, Sulawesi Utara - Tawao.
Gambar 5
Jaringan Penyeberangan Seluruh Indonesia

Anda mungkin juga menyukai