Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I

PERCOBAAN VII
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIENEKE KUSMAWANINGTYAS


NIM : 08/270291/PA/12280
FAK/JURUSAN : MIPA/KIMIA
HARI/TANGGAL : SELASA/08 DESEMBER 2009
KELOMPOK : IX
ASISTEN : YUNITA SETYANI DEWI

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
PERCOBAAN VII
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

I. TUJUAN LAPORAN
1. Memahami pengertian larutan jenuh, menentukan harga kelarutan, dan mengetahui
pengaruh temperature terhadap kelarutan suatu zat.
2. Dapat menentukan panas pelarutan suatu zat.

II. LANDASAN TEORI


Kelarutan
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya
suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan
itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan
jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan
kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. Temperature: kelarutan bertambah dengan naiknya temperature.
2. Sifat pelarut: garam-garam anorganik lebih larut dalam air.
3. Efek ion sejenis: kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp (konstanta hasil
kali kelarutan).
4. Efek ion-ion lain: beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat
garam-garam yang berbeda dengan endapan.
5. Pengaruh pH: Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
6. Pengaruh hidrolisis: jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan (H+).
7. Pengaruh kompleks: kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
(khopkar, 1990)
Pengaruh temperature terhadap Kelarutan
Menurut Van’t Hoff, bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke
arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Contoh:
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g) ; DH = -216 kJ
Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Jika suhu diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
Menurut hokum Van-Hoff , untuk merubah K pada tekanan tetap diperlukan

( δlnK
δT ) p=
∆H°
RT
……………….…………………..........................(1)
2

Penurunan Konstanta kesetimbangan antara padatan dan larutan jenuh dapat dinyatakan sebagai :
∆ G=∆ G °+ RT ln K …………………………………………(2)
Jika terjadi kesetimbangan ∆ G=0, maka
0=∆ G °+ RT ln K ……………………………………………(3)
d ln K ∆ H
= …………………………………………………..(4)
dT RT2
Untuk larutan encer m=0, maka =1,
∂ ln m s (∆ H DS)m =ms
= ……………………………………………..(5)
∂T RT 2
∂ ln m s (∆ H DS )m=ms ∂ T
∫ ∂T
=∫
RT2
…………………………………………(6)

−(∆ H DS)m =ms


ln m s = …………………………………………....(7)
RT 2
ln ms −(∆ H DS )m=ms
=
1 R …………………………………………….(8)
∂( )
T
(http://pdfdatabase.com/index.php?q=kelarutan+sebagai+fungsi+suhu)

Titrasi alkalimetri
Alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan suatu asam bebas atau larutan garam
terhidrolisis yang berasal dari suatu basa lemah dengan larutan standar suatua basa kuat. Sebagai
contoh misalnya titrasi larutan H2C2O4 dengan larutan standar NaOH. (Mudjiran, 2002)
III. ALAT DAN BAHAN

III.1. Alat
1. Thermostat III.2. Bahan
2. Thermometer 1. Larutan asam oksalat jenuh
3. Tabung reaksi besar 2. Larutan standar NaOH 0.5 M
4. Buret 50 ml 3. Indicator fenolftalein (pp)
5. Statip 4. Es batu
6. Erlenmeyer 250 ml 5. Akuades
7. Gelas takar 6. Air panas
8. Pipet volume 10 ml

Seperangkat alat titrasi


IV. PROSEDUR KERJA

Larutan Asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi (1/3 dari volume tabung reaksi)

Termostat diisi dengan air ledeng dan diberi pecahan es batu sehingga shu mencapai 50C

Tabung reaksi dimasukkan ke dalam thermostat (seluruh bagian larutan jenuh harus tercelup dalam thermostat)

Larutan selalu diaduk supaya temperature menjadi homogen

Sesudah tercapai kesetimbangan pada suhu tertentu, diambil 10 ml asam oksalat tersebut. (Kristal tidak boleh ikut terambil)

arutan 10 ml asam oksalat tersebut dititrasi dengan larutan 0.5 M NaOH dengan indicator pp. Proses ini diulangi sebanyak 2 ka

untuk pengamatan pada variasi temperature yakni dengan pengaturan temperature pada thermostat pada kondisi sekitar 5, 1
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

1. Untuk Kenaikan Suhu 2. Untuk Penurunan Suhu

V rata- V rata-
0
0
C V NaOH (ml) rata C V NaOH (ml) rata
  I II (ml)   I II (ml)
5 16.8 17 16.9 30 36.5 35.6 36.05
10 22.1 22 22.05 25 35.3 35.8 35.55
15 29.5 27.2 28.35 20 34.2 33.8 34
20 34.7 34.9 34.8 15 30 32.5 31.25
25 35.5 35.2 35.35 10 23.2 25.8 24.5
30 33.6 33.1 33.35 5 19.5 18.8 19.15

Dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu ini, obyek yang digunakan adalah larutan
asam oksalat jenuh yang akan dicari kelarutan dan panas kelarutannya dengan variabel suhu
yang berbeda-beda. Larutan dikatakan jenuh yaitu saat di mana penambahan solut tidak lagi
merubah konsentrasi larutan, konsentrasinya disebut kelarutan solut dalam suatu pelarut (solven)
tertentu. Reaksi yang terjadi saat titrasi alkalimetri adalah sebagai berikut,
2NaOH + H2C2O4  Na2C2O4 + H2O
Digunakan titrasi alkalimetri karena untuk mengetahui kelarutan dari larutan jenuh asam oksalat
yang merupakan larutan asam maka dititrasi dengan larutan NaOH atau basa.
Menurut teori pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Dalam kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan
mengendap yang berarti konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Proses kesetimbangan
ini akan bergeser apabila dilakukan suatu perubahan yang dikenakan pada system tersebut. Jika
kesetimbangan diganggu, maka konsentrasi larutannya akan berubah. Azas Le Chatelier
menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan
reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Perubahan dari
keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau
pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. Faktor-faktor yang dapat
menggeser letak kesetimbangan adalah :
A. Perubahan konsentrasi salah satu zat
B. Perubahan volume atau tekanan
C. Perubahan suhu
Sesuai dengan tujuannya maka dalam praktikum ini, kesetimbangan diuji dengan perubahan
suhu. Larutan asam oksalat jenuh diberi perlakuan sehingga suhu larutan sesuai pada kondisi
suhu yang telah ditentukan, yaitu pada 50C, 100C,150C, 200C, 250C, dan 300C. Suhu-suhu tersebut
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan dan panas
pelarutan dari larutan asam oksalat jenuh tersebut.
Reaksi kesetimbangan dalam larutan adalah sebagai berikut,
H2C2O4 (s) H2C2O4 (aq), H positif
Dalam percobaan ini digunakan indicator fenolftalein (pp). karena titik ekivalen yang
terjadi pada proses titrasi berada pada rentang pH netral sampai sedikit basa. Trayek perubahan
warna indikator PP berada pada kisaran harga sedikit basa sehingga agar penentuan titik akhir
titrasi lebih valid, digunakan indikator PP. Berbagai bentuk penolftalein, molekul memiliki 4
bentuk :
Struktu
r

pH <0 0-8.2 8.2-12.0 > 12,0


Kondisi Asam kuat asam atau dasar basa kuat
mendekati netral
Warna Oranye berwarna pink ke ungu berwarna
Dengan Penambahan pp ini maka akan terjadi perubahan warna dari jernih menjadi pink saat
larutan mencapai titik ekuivalen. Struktur pp dalam reaksi ini adalah :

karena reaksi ini berlangsung pada range pH 8.2-12.0.


Setelah dibuat grafik dan dilakukan perhitungan, didapatkan nilai untuk kelarutan H2C2O4 adalah

KJ
sebagai berikut : untuk kenaikan temperature ∆ H =20.311102 dan untuk penurunan
mol

KJ
temperature adalah ∆ H =17.633994 . Menurut teori yang ada, Pada reaksi eksoterm terjadi
mol
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada
reaksi eksoterm harga ∆ H =¿. Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan
ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga ∆ H =¿.
Dilihat dari nilai ∆ H -nya maka dapat dikatakan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi
endotermis karena nilai ∆ H yang dihasilkan bernilai positif (+).
Berdasarkan data yang ada dapat diambil kesimpulan juga bahwa kelarutan akan semakin
meningkat seiring peningkatan suhu. Endapan mulai terbentuk saat temperature thermostat
rendah yaitu berkisar antara 5-200C kemudian temperature selanjutnya yang lebih tinggi yaitu 25
dan 300C endapan yang muncul tidaklah sebanyak endapan pada temperature rendah. Ada sedikit
anomaly yang terjadi saat percobaan yaitu nilai kelarutan mencapai puncaknya pada suhu 25oC
sedangkan nilai kelarutan kembali menurun pada suhu 30oC, padahal seharusnya teori
mengatakan bahwa kelarutan akan meningkat seiring bertambahnya suhu. Hal ini mungkin
terjadi dikarenakan pada saat pengambilan larutan asam oksalat yang akan ditentukan
konsentrasinya dengan cara titrasi, endapan belum terbentuk sempurna sehingga terdapat
sejumlah endapan kristal oksalat yang terambil dan akan mempengaruhi nilai konsentrasi asam
oksalat pada larutan, karena kristal oksalat tersebut akan melarut kembali sesuai dengan
kenaikan temperatur.
Data hasil percobaan ini kurang valid dikarenakan nilai R 2-nya (baik untuk kenaikan atau
penurunan suhu) yang masih kurang mendekati 1 (untuk kenaikan suhu : 0.832 dan penurunan
suhu : 0.868). kesalahan ini diakibatkan kurang tepatnya dalam pembacaan NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi.

VI. KESIMPULAN
1. Larutan dikatakan jenuh yaitu saat di mana penambahan solut tidak lagi merubah
konsentrasi larutan, konsentrasinya disebut kelarutan solut dalam suatu pelarut (solven)
tertentu.
2. Kelarutan suatu reaksi akan semakin meningkat seiring peningkatan suhu.
3. Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada
reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ∆ H =¿. Pada reaksi
endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut
dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga ∆ H =¿.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim, http://pdfdatabase.com/index.php?q=kelarutan+sebagai+fungsi+suhu , diakses
tanggal 9 Desember 2009.
Anonim, http://no.wikipedia.org/wiki/Fenolftalein, diakses tanggal 9 Desember 2009.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press : Jakarta.


Keenan, Charles W., Kleinfelter, Donald C., dan Wood, Jesse H., 1984, Ilmu Kimia
Untuk Universitas jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Mudjiran, 2002, Diktat Kuliah Kimia Analitik Dasar, Jurusan Kimia FMIPA UGM,
Yogyakarta.

LAMPIRAN

GRAFIK
KENAIKAN

V NaOH
0
C (ml) V rata-rata K s 1/K ln s
  I II (ml)   (mol/1000 gr)    
16. 27
5 8 17 16.9 8 0.845 0.003597 -0.168419
1 22. 28
0 1 22 22.05 3 1.1025 0.003534 0.0975803
1 29. 27. 28
5 5 2 28.35 8 1.4175 0.003472 0.3488948
2 34. 34. 29
0 7 9 34.8 3 1.74 0.003413 0.5538851
2 35. 35. 29
5 5 2 35.35 8 1.7675 0.003356 0.5695661
3 33. 33. 30
0 6 1 33.35 3 1.6675 0.0033 0.5113255

PENURUNAN

V NaOH
0
C (ml) V rata-rata K s 1/K ln s
  I II (ml)   (mol/1000 gr)    
3 30
0 36.5 35.6 36.05 3 1.8025 0.0033 0.589175
2 29
5 35.3 35.8 35.55 8 1.7775 0.003356 0.575208
2 29
0 34.2 33.8 34 3 1.7 0.003413 0.530628
1 28
5 30 32.5 31.25 8 1.5625 0.003472 0.446287
1 28
0 23.2 25.8 24.5 3 1.225 0.003534 0.202941
27
5 19.5 18.8 19.15 8 0.9575 0.003597 -0.04343

Grafik Kenaikan Temperatur


0.7
f(x) = − 2443.68 x + 8.74
0.6 R² = 0.83
0.5
0.4
0.3
ln s

0.2
0.1
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-0.1
-0.2
-0.3
1/T
Grafik Penurunan Temperatur
0.7
f(x) = − 2121.71 x + 7.69
0.6 R² = 0.87

0.5

0.4
ln s

0.3

0.2

0.1

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-0.1
1/T

PERHITUNGAN
a. Penentuan nilai s

V rata −rata NaOH ( ml )


mol NaOH = ×0.5 mol
1000 ml

Untuk 1000 gram larutan diperlukan :

1000 gram V NaOH ( ml ) V NaOH ( ml ) ×0.5


× rata−rata × 0.5= rata−rata mol
gram 1000 ml 10
10 ml ×1
ml

V rata −rata NaOH ( ml ) × 0.5 mol


s= ( )
10 1000 gram

Kenaikan suhu
28.35 ml × 0.5 mol
s3= =1.4175
16.9 ml ×0.5 mol 10 1000 gram
s1= =0.845
10 1000 gram
34.8 ml ×0.5 mol
s4 = =1.74
22.05 ml × 0.5 mol 10 1000 gram
s2= =1.1025
10 1000 gram
35.35 ml × 0.5 mol
s5= =1.7675 31.25 ml × 0.5 mol
10 1000 gram s3= =1.5625
10 1000 gram
33.35 ml × 0.5 mol
s6 = =1.6675 34 ml ×0.5 mol
10 1000 gram s4 = =1.7
10 1000 gram
Penurunan Suhu
35.55 ml × 0.5 mol
s5= =1.7775
19.15 ml ×0.5 mol 10 1000 gram
s1= =0.9575
10 1000 gram

24.5 ml × 0.5 mol


s2= =1.225
10 1000 gram
36.05 ml × 0.5 mol
s6 = =1.8025
10 1000 gram
b. Penentuan ∆ H

−∆ H 1
ln s= × +c
R T

−∆ H
slope=
R

∆ H =−slope × R

J
R=8.314 .K
mol

Dari grafik didapatkan fungsi linear :


1. Untuk kenaikan temperature
2. Untuk penurunan temperature
y = -2443.x + 8.738
R² = 0.832 y = -2121.x + 7.693
maka, R² = 0.868
∆ H =−slope × R maka,
∆ H =−(−2443)×8.314 ∆ H =−slope × R
J ∆ H =−(−2121) ×8.314
∆ H =20311.102
mol J
KJ ∆ H =17633.994
∆ H =20.311102 mol
mol
KJ
∆ H =17.633994
mol

Anda mungkin juga menyukai