ILMUWAN KESEHATAN
1. PENDAHULUAN
Rekayasa RNA (ribonucleic acid) hingga saat ini tetap belum dapat dilakukan,
dan masih menjadi rahasia Tuhan. Beberapa ilmu wan mengatakan bahwa hal itu
tampaknya tetap menjadi hak prerogatif Tuhan yang mungkin tidak akan dibukakan.
Jika dibukakan,manusia mungkin akan mampu menciptakan protein dalam
laboratorium, kelak mungkin manusia akan dapat menciptakan mahluk.
Jika,misalnya saja, hal itu dapat terjadi, manusia tentu kemudian akan ingin mencari
kunci untuk memecahkan masalah nyawa. Dan kembali lagi, mereka akan
dihadapkan kepada nilai-nilaii moral dan agama serta budaya masyarakat
(Mohamad, 1992).
Haruskah kita menghentikan para ilmuwan dari upaya menemukan hal-hal
yang baru itu, dan dapatkah hal itu dihentikan? Para ilmuwan pun menanyakan hat
yang sarna. Seperti tulis John Barrow, dalam bukunya Quest for Ultimate
Explanation: Dapatkah kita
berharap akan menguak rahasia alam secara tuntas? Adakah teori tentang segala
sesuatunya (theory of everything) di dunia ini, dan apa yang dapat kita ketahui
darinya? Dan, jika ada, sampai seberapa luas yang dikatakan sebagai "segala
sesuatu" (every-thing) yang dicakup teori itu (Mohamad, 1992).
Menarik untuk direnungkan ungkapan di atas. Fenomena yang termaktub
didalamnya, sedikitnya memberikan suatu gambaran tentang beberapa hal, yaitu:
(1) agresifitas manusia (khususnya para ilmuwan) untuk mencari tahu segala
sesuatunya, yang dengan bantuan metode keilmuwan akan menciptakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, (2) hasil yang diperoleh, berupa ilmu
pengetahuan itu benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat
luas, dan (3) kemungkinan munculnya problem baru, ketika apa yang dihasilkan
ilmuwan dan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari masyarakat, melampui
batas-batas nilai moral, agama, dan budaya masyarakat.
Fenomena di atas, akan menimbulkan pertanyaan: apa yang harus dilakukan
dan apa yang menjadi tanggungjawab para ilmuwan dalam penggalian dan
pengembangan ilmun pengetahuan? Apa yang harus dilakukan dan bagaimana
tanggungjawab ilmuwan, jika ilmu pengetahuan yang ditemukannya dan
diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat tidak selaras nilai moral, agama, dan
budaya masyarakat; meskipun dari satu sisi lain hal itu membawa manfaat pada
masyarakat itu sendiri?
Pertanyaan ini, menjadi penting diajukan, terutama dengan perkembangan
pesat ilmu pengetahuan yang secara langsung terkait dengan substansi kehidupan
manusia, seperti ilmu kedokteran. Dewasa ini, pelayanan kesehatan telah
memberikan banyak harapan kepada anggota masyarakat untuk menanggulangi
masalah kesehatannya. Hal ini dimungkinkan dengan berkembang pesatnya ilmu
kedokteran, yang didukung kemajuan pesat bidang biologi dan teknologi. Banyak
jenis penyakit, yang selama ini harus berakhir dengan kematian penderitanya, dapat
ditanggulangi, dan akhirnya dapat memberikan harapan hidup yang lebih panjang.
5. KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dewasa ini, mencerminkan
perwujudan tanggungjawab intelektual imuwan kedokteran, yang dalam beberapa aspek
didukung oleh perwujudan ilmuwan bidang biologi dan teknologi. Berbagai penyakit
yang pada beberapa dasawarsa lalu. harus diakhiri dengan kematian si penderita, dewasa
ini telah dapat disembuhkan. Namun demikian, kemajuan pesat ilmu ini, ternyata juga
menimbulkan masalah baru, yaitu masalah etis.
Fakta empirik menunjukkan bahwa masalah etis muncul pada 2 fase, yaitu:
(1) fase penemuan dan pengembangan ilmu, temuan bidang kedoktcran melalui
eksperimen pada manusia telah menimbulkan problem etis yang sangat serius; dan
(2) Fase implementasi, pada saat ilmu kedokteran dimanfaatkan untuk kepentingan
umat manusia. ternyata juga banyak menimbulkan masalah etis.
Problem etis ini, pada umumnya muncul akibat dart agresifitas ilmuwan
dalam menciptakan dan mengembangkan ilmu, serta kegiatan praksisnya, sering
dinilai bertentangan dengan norma. nilaii budaya, dan agama yang dianut
masyarakat. Problem etis ini semakin kompleks, ketika aspek etis itu sendiri sering
tidak bersifat universal. Sebagian masyarakat memandang tindakan ilmuwan adalah
etis, sebagian masyarakat lainnya memandang tidak etis.
Peningkatan kualitas tanggungjawab sosial, merupakan konsep
tanggungjawab yang dapat digunakan sebagai pedoman normatif bagi kalangan
ilmuwan, yang diharapkan dapat menjadi dasar: (1) agresifitas ilmuwan untuk
menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, (2) kegiatan praksisnya
bermanfaat bagi masyarakat; dan (3) dalam kedua hal ini tidak menimbulkan
problem etis.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, peraturan pemerintah
lainnya, Berta kode etik kedokteran indonesia, yang secara keseluruhannya dilandasi
oleh falsafah Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, merupakan pedoman dasar bagi
pengembangan tanggungjawab sosial ilmuwan, praktisi kedokteran dan kesehatan di
Indonesia.