Anda di halaman 1dari 4

http://www.semuabisnis.

com/articles/169611/1/Pengertian-Zakat-Infaq-
Shadaqah-dan-Perbedaannya/Page1.html

Pengertian Zakat Dan Perbedaannya Dengan Infaq dan Shadaqah


1. Makna Zakat
Secara Bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (HR. At-
Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan:
‫عِليٌم‬
َ ‫سِميٌع‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ن ّلُهْم َوا‬
ٌ ‫سَك‬
َ ‫ك‬
َ ‫لَت‬
َ‫ص‬َ ‫ن‬
ّ ‫عَلْيِهْم ِإ‬
َ ‫ل‬
ّ‫ص‬َ ‫طّهُرُهْم َوُتَزّكيِهم ِبَها َو‬
َ ‫صَدَقًة ُت‬
َ ‫ن َأْمَواِلِهْم‬
ْ ‫خْذ ِم‬
ُ
"Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.". (QS : At-Taubah : 103).
Sedangkan istilah zakat berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah, dan
waktu suatu kekayaan atau harta yang wajib diserahkan; dan pendayagunaannya
pun ditentukan pula, yaitu dari umat Islam untuk umat Islam.
2. Makna Infaq
Pengertian infaq adalah lebih luas dan lebih umum dibanding dengan zakat.
Tidak ditentukan jenisnya, jumlahnya dan waktunya suatu kekayaan atau harta
harus didermakan. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menetukan
jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan.
3. Makna Shadaqah
Adapun Shadaqoh mempunyai makna yang lebih luas lagi dibanding infaq.
Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu
dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non
materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya, menyalurkan
syahwatnya pada istri dsb. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman
seseorang.

http://www.eramuslim.com/konsultasi/zakat/cara-menghitung-zakat-
penghasilan.htm

Zakat penghasilan gaji bulanan /zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan
atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama dengan
orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas
minimum untuk wajib zakat). Para ulama kontemporer dalam menentukan tarif zakat profesi
juga berbeda, pendapat yang masyhur adalah pendapat Muhammad Abu Zahrah, Abdurahman
Hasan, Abdul Wahhab Khollaf, Yusuf Qaradhawi, Syauqy Shahatah dan yang lainnya sepakat
bahwa tarif zakat penghasilan profesi adalah 2,5 %. Menurut Didin Hafiduddin Zakat
penghasilan bulanan ( Gaji ) dianalogikakan dengan zakat pertanian dikeluarkan saat
mendapatkan panen/hasil gajian. Jika seorang muslim memperoleh pendapatan dari hasil gaji
atau profesi tertentu, maka dia boleh mengeluarkan zakatnya langsung 2.5 % pada saat
penerimaan.

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama modern seperti Yusuf Qardhawi
tidak mensyaratkan haul (satu tahun) mengeluarkan zakat profesi, tetapi zakat profesi
dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta tersebut. Mereka mengqiyaskan dengan zakat
pertanian yang dibayar pada setiap waktu panen. (haul: lama pengendapan harta).

Dalil atas wajibnya zakat profesi/penghasilan gajian adalah keumuman lafadz, Allah berfirman
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik...” (QS. Al-Baqarah (2): 267) "dan pada harta-harta mereka ada
hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat bahagian". (QS. Adz-
Dzaariyaat (51): 19)

Zakat profesi oleh para ulama kontemporer dibedakan yaitu; Pertama, berdasarkan fatwa MUI
2003 tentang zakat profesi setelah diperhitungkan selama satu tahun dan ditunaikan setahun
sekali atau boleh juga ditunaikan setiap bulan untuk tidak memberatkan. Model bentuk harta
yang diterima ini sebagai penghasilan berupa uang, sehingga bentuk harta ini di-qiyas-kan dalam
zakat harta (simpanan/ kekayaan). Nisabnya adalah jika pendapatan satu tahun lebih dari senilai
85gr emas (harga emas sekarang @se-gram Rp. 300.000) dan zakatnya dikeluarkan setahun
sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok. Contohnya: minimal zakat profesi yaitu
@se-gram Rp. 300.000 x 85 (gram) = 25.500.000. Adapun penghasilan total yang diterima oleh
pak Nasir Rp. 30.000.000 (gaji perbulan Rp. 2.500.000) harta ini sudah melebihi nishab dan
wajib zakat Rp. 30.000.000 x 2,5 %= sebesar Rp. 750.000,- (pertahun) Rp. 62.500 (perbulan)

Kedua, dikeluarkan langsung saat menerima pendapatan ini dianalogikan pada zakat tanaman.
Model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen (hasil pertanian), sehingga
harta ini dapat dianalogikakan ke dalam zakat pertanian. Jika ini yang diikuti, maka besar
nisabnya adalah senilai 653 kg gabah kering giling setara dengan 520 Kg beras dan dikeluarkan
setiap menerima penghasilan/gaji sebesar 2,5% tanpa terlebih dahulu dipotong kebutuhan pokok
(seperti petani ketika mengeluarkan zakat hasil panennya). Contoh: Pemasukan gaji pak Nasir
Rp. 2.300.000/bulan, nishab (520 kg beras, @Rp. 4000/kg = Rp. 2.080.000). Dengan demikian
maka pak Nasir wajib zakat Rp. 2.300.000 x 2,5% = sebesar Rp. 57.500,-

Al-hasil, jika Bapak Nasir memiliki penghasilan gaji perbulan: Rp 3.000.000,- asumsi nishab
dengan 520 kg beras x @ Rp. 4000 = Rp 2.080.000, Berarti Bapak sudah melabihi nishab dan
wajib zakat sebesar Rp. 3.000.000 x 2,5 % =Rp. 75.000,- (wajib zakat yang dikeluarkan per
bulan) atau boleh juga menunaikannya sebesar Rp 900.000 per tahun). Sebaliknya, jika
pendapatan gaji Pak Nasir kurang dari nishab (Rp 2.080.000), maka bapak tidak wajib membayar
zakat dan dianjurkan bersedekah.

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-s1-2006-
sumanto110-1732

Manajemen Zakat, Infak dan Shodaqoh Badan Amil Zakat KUA di Kecamatan Semarang Barat

Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2007-08-02 14:20:41


Oleh : Sumanto (1101038), Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Dibuat : 2006-12-14, dengan 7 file

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang manajemen zakat, infaq
dan shodaqoh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif melalui pendekatan manajemen. Penelitian ini
berusaha mendeskripsikan manajemen zakat, ifaq dan shodaqoh yang diterapkan oleh BAZ KUA
di Kecamatan Semarang Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) manajemen zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) yang
diterapkan oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat. (2) kekuatan dan kelemahan
manajemen zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di Kecamatan
Semarang Barat. (3) respon masyarakat terhadap BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat.
Adapun hasil penelitian ini adalah :
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa manajemen zakat, infaq dan shodaqoh yang diterapkan
oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari aplikasi
fungsi-fungsi manajemen dan usaha pendayagunaan yang dilakukan oleh BAZ KUA di
Kecamatan Semarang Barat.
2. Terdapat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang
Barat. Kekuatan tersebut adalah kualitas SDM yang yang ada cukup memadai, penerapan fungsi
manajemen dalam pengelolaan zakat dengan baik, adanya pembagian tugas (job description)
yang jelas, adanya penjabaran program pada masing-masing unit atau bidang dan adanya
kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat.
Sedangkan kelemahannya adalah kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah, masih
kurangnya sarana dan prasarana yang ada, belum adanya alokasi dana untuk biaya
operasionalisasi serta kurangnya koordinasi dengan UPZ pada masing-masing kelurahan. Di
samping itu juga terdapat tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh BAZ KUA di Kecamatan
Semarang Barat, yakni kurangnya tenaga full timer dalam melaksanakan pengelolaan ZIS, belum
adanya persamaan persepsi pada masing-masing personel pengurus BAZ dan UPZ, kurangnya
SDM untuk memahami dan melaksanakan mekanisme program kerja BAZ dan lambannya
pendistribusian yang disebabkan oleh kurang respon dan koordinasi antara BAZ dengan UPZ
pada masing-masing kelurahan di wilayah Kecamatan Semarang Barat.
3. Secara umum dapat dikatakan bahwa respon masyarakat terhadap keberadaan BAZ KUA di
Kecamatan Semarang Barat cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya peran aktif masyarakat
di wilayah Kecamatan Semarang Barat dalam pengelolaan zakat. Di samping itu, kepercayaan
masyarakat terhadap BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat cukup besar, terbukti dana ZIS
yang terkumpul mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Deskripsi Alternatif :

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang manajemen zakat, infaq
dan shodaqoh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif melalui pendekatan manajemen. Penelitian ini
berusaha mendeskripsikan manajemen zakat, ifaq dan shodaqoh yang diterapkan oleh BAZ KUA
di Kecamatan Semarang Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) manajemen zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) yang
diterapkan oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat. (2) kekuatan dan kelemahan
manajemen zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di Kecamatan
Semarang Barat. (3) respon masyarakat terhadap BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat.
Adapun hasil penelitian ini adalah :
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa manajemen zakat, infaq dan shodaqoh yang diterapkan
oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari aplikasi
fungsi-fungsi manajemen dan usaha pendayagunaan yang dilakukan oleh BAZ KUA di
Kecamatan Semarang Barat.
2. Terdapat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh BAZ KUA di Kecamatan Semarang
Barat. Kekuatan tersebut adalah kualitas SDM yang yang ada cukup memadai, penerapan
fungsi manajemen dalam pengelolaan zakat dengan baik, adanya pembagian tugas (job
description) yang jelas, adanya penjabaran program pada masing-masing unit atau bidang dan
adanya kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan BAZ KUA di Kecamatan Semarang
Barat. Sedangkan kelemahannya adalah kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah,
masih kurangnya sarana dan prasarana yang ada, belum adanya alokasi dana untuk biaya
operasionalisasi serta kurangnya koordinasi dengan UPZ pada masing-masing kelurahan. Di
samping itu juga terdapat tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh BAZ KUA di Kecamatan
Semarang Barat, yakni kurangnya tenaga full timer dalam melaksanakan pengelolaan ZIS,
belum adanya persamaan persepsi pada masing-masing personel pengurus BAZ dan UPZ,
kurangnya SDM untuk memahami dan melaksanakan mekanisme program kerja BAZ dan
lambannya pendistribusian yang disebabkan oleh kurang respon dan koordinasi antara BAZ
dengan UPZ pada masing-masing kelurahan di wilayah Kecamatan Semarang Barat.
3. Secara umum dapat dikatakan bahwa respon masyarakat terhadap keberadaan BAZ KUA di
Kecamatan Semarang Barat cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya peran aktif
masyarakat di wilayah Kecamatan Semarang Barat dalam pengelolaan zakat. Di samping itu,
kepercayaan masyarakat terhadap BAZ KUA di Kecamatan Semarang Barat cukup besar,
terbukti dana ZIS yang terkumpul mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai