Anda di halaman 1dari 3

I.

Pengertian intelejensi
Intelejensi ialah kemampuan yang diawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. William Stern
mengemukakan batasan batasan sebagai berikut : intlejensi ialah kesanggupan
untk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat
berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Inteljensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan ketuan. Pendidikan dan lingkungan tidak begitu berpengarh
terhadap intelejensi seseorang. Professor Waterink menyatakan bahwa menurut
penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelejensi dapat diperbaiki atau
dilatih.belajar berfikir hanya diartkannya, bahwa banyaknya pengetahuan
bertambah tapi tidak berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik. Dari
batasan yan g dikemukakan diatas, dapat kita ketahui bahwa :
a. Intelejensi adalah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat
bersangkut didalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan
sebagainya turut mempengaruhi intelejensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui intelejensi dari tngkah laku atau
pebuatannya yang tampak. Inteejensi hanya dapatkita thui dengan car
tid langsung, melalui “kelakuan intelejensnya”.
c. Bagi suatu perbuatan intelejensi bukan hanya kemampuan yang dibawa
sejak lahir saja yang peting. Faktr-fktor lingkungan dan pendidikan pun
memegang peranan.
d. Bahwa manusia it dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan
tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara
untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
II. Ciri-ciri perbuatan intelejensi
Suatu perbuatan dapat dianggap intelejen bla memenuhi beberapa syarat
antara lain :
a. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang
baru bagi yang bersangkutan. Misalnya ada soal “mengapa api jika
ditutup dengan sehelai karung bisa padam?”.Ditanyakan pada anak yang
baru bersekolah dan dapat menjawab dengan betul maka jawaban itu
intelejen. Tetapi jika pertanyaan itu dijawab oleh anak yang baru saja
mendapat ilmu alam tentang api hal itu tidak dapat dikatakan tentang
intelejen.
b. Perbuatan intelejen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk
mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicari jalan yang dapat
menghemat waktu dan menghemat tenaga.
c. Masalah yang diadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi
yang bersangkutan. Ada suatu masalah bagi orang dewasa mudah
memecahkan atau menjawabnya. Sedangkan bagi anak-anak harus
dijawab dengan otak tetapi anak tersebut dapat menjawabnya maka
jawaban anak itu adalah intelejen.
d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
e. Dalam berbuat intelejen seringkali menggunakan daya abstraksi. Pada
waktu berfikir, tanggapan – tanggapan dan ingatan-ingatan harus
disingkirkan.
f. Perbuatan intelejen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya
relative cepat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
g. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang
mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelejensi seseorang
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelejensi sehingga terdapat
perbedaan intelejensi seseorang dengan yang lain adalah :
a. Pembawaan.
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri-ciri yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memcahkan suatu
soal ertama-tama ditentukan oleh pembawan kita. Orang itu ada yang
pintar dan ada juga yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan
pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu tetap ada.
b. Kematangan
Tiap-tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan fisik
maupun perkembagan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan
telah matang jika ia mencapai kesanggupan menjalankan fugsinya
masing-masing. Anak-anak tidak dapat memecahkan masalah tertentu
karena masalah-masalah tersebut terlampau sukar baginya.
Kematangan berhubungan erat dengan umur.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan itlejensi.
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu.
e. Kebebasan
f. Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
tertntu dalam memecahkan masalahmasalah. Manusia mempunya
kebebasan memilih metode dan juga bebas memilih penyelesaian
masalah sesuai kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai