Struktur Kepribadian
Id adalah struktur kepribadian yang dimiliki setiap individu sejak mereka lahir. Id
merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri. Id bersifat tidak sadar, tidak logis,
amoral, dan didorong oleh suatu kepentingan, seperti : memuaskan kebutuhan-
kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan
selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berpikir, dan hanya menginginkan
sesuatu atau bertindak tanpa memikirkan sebab dan akibatnya.
Ego adalah struktur kepribadian yang dimiliki setiap individu untuk menghadapi
tuntutan realitas. Ego dapat juga disebut sebagai “cabang eksekutif” dari
kepribadian. Cabang eksekutif maksudnya adalah saat individu membuat suatu
keputusan, maka keputusan yang diambil oleh individu tersebut bersifat rasional dan
menggunakan pikiran logis tetapi tidak memiliki moralitas.
· Sugesti-sugesti pascahipnotik.
Kecemasan
· Kecemasan realistis, adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan
taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
Dinamika yang tidak efektif antar id, ego, dan superego ditandai oleh ketidakmampuan
ego mengendalikan keinginan-keinginan dan tuntutan moral. Ketidakmampuan
pengendalian ini dimungkinkan dalam bentuk ego selalu mengikuti dorongan-
dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral, atau sebalikanya ego selalu
mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan.
Ketidakseimbangan ini menimbulkan perilaku yang salah.
Sepanjang hidup individu pada dasarnya terjadi proses dinamika id, ego, dan superego.
Dalam pandangan Freud, pengalaman masa kanak-kanak sangat mempengaruhi pola
kehidupan hingga dewasa. Jika sejak masa kanak-kanak selalu menekan (represi)
pengalaman-pengalamannya dan dimasukkan ke dalam alam bawah sadar maka pada
suatu saat pengalaman itu akan dimunculkan ke alam sadar. Saat itulah penyesuaian
yang salah dapat muncul pada individu.
· Proyeksi adalah mengalamtkan sifat-sifat tertentu yang tidak bias diterima oleh
ego kepada orang lain.
· Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang
tuntutannya tidak terlalu besar.
· Sublimasi adalah menggunakan jalan kelur yang lebih tinggi atau yang secara
social lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
· Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila
objek asal atau orang yang sesungguhnya.
1. Ketidakmampuan menaruh kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain,
keyakutan untuk mencintai dan untuk membentuk hubungan yang intim dan
rendahnya rasa harga diri
Tugas utama adalah memperoleh rasa percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan
kepada diri sendiri.
Tugas yang harus diselesaikan selama fase ini adalah belajar mandiri, memiliki
kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani
perasaan-perasaan negative.
Fase falik adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa ketika anak-anak
belajar mengenal standar-standar moral.
Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah perilaku dalam pengertian
yang sangat luas. Dalam pandangan psikoanalisis, tujuan konseling agar individu
mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat (ego strength). Hal ini berarti bahwa
konseling akan menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang
mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara id dan superego (Cottone,
1992).
Ego yang kuat adalah ego yang efektif dalam menghubungkan dan menemukan
kepuasan dari pengaruh-pengaruh libido dari id dan pada saat yang sama sesuai
standard moral yang realistis. Strength ego juga bermakna kemampuan
mengintegrasikan yang dicapai ego, id dan superego, tanpa ada konflik dan usaha
represi.
Tujuan ini secara lebih rinci dikemukan oleh Nelson- Jones (1982:100) dalam
tiga hal, yaitu :
1. Fungsi konselor
Proses konseling
c. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah
mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
g. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam
jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
1. Tahap Pembukaan
Terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien ditetapkan. terdapat dua
bagian, yaitu (1) Disepakati tentang struktur situasi analisis yang menyangkut
tanggung jaawab konselor dan klien. (2) Dimulai dengan klien menyimpulkan
posisinya, sementara konselor terus mempelajari dan memahami dinamika
konflik-konflik ketidaksadaran yang dialami klien.
2. Pengembangan Transferensi
Pada fase ini perasaan klien mulai ditujukan kepada konselor, yang dianggap
sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya (significant figure
person). Pada tahap ini konselor harus menjaga jangan sampai terjadi
kontratransferensi, yaitu transferensi balik yang dilakukan konselor kepada klien
karena konselor memiliki perasaan-perasaan yang tidak terpecahkan
4. Resolusi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurotik klien yang
ditunjukkan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga
mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada
klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Teknik Konseling
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi
lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalam membantu pasien yang mengalami
psikopatologis. Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah :
Asosiasi bebas
Yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya
dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa
saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien
mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang
berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga
katarsis.
Analisis mimpi
Klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya
dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk
menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi
adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks
yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan
sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang
tak disadari.
Interpretasi
Yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik
dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor
menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku
yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
Analisis resistensi
Resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan
klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor
meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
Analisis transferensi
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu.
Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan
konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang
oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya
klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat
netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
TUGAS MAKALAH KONSELING
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
DISUSUN OLEH:
Marethania I S 110810108