Anda di halaman 1dari 2

Mendoakan mereka

Anakku Setia Nugraha

Ketika surat ini tiba di tanganmu, bapak dan ibu sedang di rumah kakek. Setelah pak dhe-
mu meninggal dalam keluarga kita bapak menjadi orang yang paling ‘dituakan’. Karena
itu, ada baiknya jika bapak dan ibu berada di rumah kakek di saat Hari Raya Idul Fitri ini.

Seperti biasanya, walaupun kita tidak merayakannya, namun sanak famili, kawan dan
tetangga selalu berkunjung ke rumah kakek walaupun kakekmu sudah tiada. Mereka
merasa belum selesai berlebaran kalau belum mengunjungi kakekmu. Dan, ternyata itu
menjadi semacam tradisi hingga kini.

Sejak bapak sudah mampu mengingat, memang selama bulan Puasa, kakek dan nenekmu
juga berpuasa. Cuma, mereka tidak makan sahur dan juga tidak menyediakan hidangan
‘istimewa’ untuk berbuka. Makanan mereka tetap seperti yang dimakan sehari-hari.

Bagi kakekmu, puasa merupakan salah satu laku ‘bertapa’ untuk menahan hawa napsu.
Puasa digunakan untuk menyelaraskan keinginan jasmani dengan keinginan rohani.

Dalam tataran pembicaraan yang agak tinggi, kakekmu mengatakan bahwa puasa itu
merupakan salah satu bentuk ‘mati sajroning urip’ – mati di tengah-tengah kehidupan.

Mengapa itu dilakukan? Menurut kakek, perbuatan kita bukanlah milik kita sendiri. Kita
berbuat menurut kehendak Tuhan. Demikian juga berpuasa merupakan perbuatan
menurut kehendak Tuhan. Karena itu, bagi kakekmu berpuasa itu dijalani dengan ikhlas
dan tawakhal. Semuanya diserahkan kembali kepada Tuhan. Dengan cara seperti itu,
berpuasa terasa menjadi sangat ringan.

Bagi kakekmu, berpuasa ibarat berdiri di depan sebuah cermin rohani. Selama berpuasa,
ia dapat melihat gambar rohaninya sendiri. Ia menjadi tahu bagian mana yang masih
kurang, dan bagian mana yang sudah baik.

Yang telah baik dipertahankan. Yang belum baik diperbaiki. Dalam proses perbaikan ini,
menurut kakekmu tidak mudah dilakukan. Bahkan sangat sering berulang-kali
diperbaikai berualngkali ‘rusak’ lagi.

Pengalaman itu, mendorongnya untuk mengakui segala kekurangan dirinya. Kesadaran


akan kekurangan yang ada pada dirinya itulah yang mendorong kakekmu meminta maaf
kepada siapa saja, baik kepada yang lebih tua maupun yang jauh lebih muda.

Tampaknya, sikap seperti ini yang mendorong mereka menjadi sangat dekat dengan
kakekmu. Kedekatan itulah yang mendorong mereka selalu mengunjungi kakekkmu di
akhir bulan Puasa.
Kakekmu memberikan kenangan yang sangat konkret pada mereka. Saling memeluk,
saling bersalaman, dan saling memaafkan merupakan salah satu tanda kedekatan mereka
satu sama lain. Peristiwa seperti ini ternyata menjadi semacam ‘ritual’ pengikat hati di
antara mereka.

Itu cerita jadul-jaman dulu. Kini, ritual itu masih berlangsung antara kita dan anak cucu
mereka. Kita juga saling bersalaman, saling memeluk, dan tentu saja saling memaafkan.
Semua itu menjadi penanda betapa dekat hati kita dengan hati mereka.

Maaf, bapak akan bercerita lain. Kita dulu mempunyai banyak kuda. Ada yang hitam
legam. Ada yang putih. Ada juga yang berbintik putih di latarbelakang hitam. Ada juga
yang coklat.

Bapak paling dekat dengan si hitam. Jika didekati, hidungmu langsung saja diarahkan ke
muka bapak. Lama bapak baru sadar bahwa itu caranya mengenali bau ‘teman’ dekatnya.
Ia mengendus-endus bau bapak.

Bapak kira, saling berjabat-tangan, saling memeluk dan saling bermaaf-maafan memang
menadi salah satu tanda tingkat kedekatan kita satu dengan yang lain.

Terkait dengan pekerjaanmu, sebagai guru, ada baiknya engkau juga menunjukkan tanda-
tanda kedekataanmu dengan anak muridmu. Mereka perlu tanda tanda itu. Menjabat
tangan mereka, meminta maaf kepada mereka, memeluk mereka seperti engkau memeluk
anakmu ada baiknya dilakukan.

Sebagai penutup surut ini, lusa, akan merayakan hari Raya Idul Fitri. Dalam mengakhiri
surat ini, bapak minta maaf kepadamu, istrimu dan tentu saja cucuku atas tindakan,
perkataan, dan juga pikiran-pikiran yang tidak mengenakkan hatimu selama satu tahun
terakhir ini.

Titip juga pada teman-teman sejawat yang membaca surat ini, tolong sampaikan
permohonan maaf saya sekeluraga. Kita tidak dapat saling bersalaman, saling berpelukan
namun, kedekatan kita tidak perlu diragukan.
Terima kasih. Doa bapak selalu bagimu.

Anda mungkin juga menyukai