Elektroforesis
Escharichia coli merupakan salah satu contoh bakteri yang digunakan pada percobaan isolasi
plasmid ini. Bakteri ini sering digunakan dalam transformasi gen dan lebih dikenal dengan istilah
kloning gen. Selain dalam bakteri, plasmid juga terdapat dalam Saccharomyces cerevisiae. Dalam
teknik rekayasa genetika, plasmid biasanya digunakan sebagai vektor untuk kloning. Plasmid dapat
dipindahkan antar sel bakteri dengan cara konjugasi atau transformasi. Dalam hal ini, plasmid
digunakan sebagai pembawa fragmen DNA asing. Dengan kata lain, plasmid dikombinasikan
dengan DNA asing sehingga untuk mengetahuinya dilakukan beberapa percobaan.
Pada saat percobaan terdapat beberapa larutan yang dipakai untuk mengisolasi plasmid sampai
elektroforesis. Proses isolasi plasmid, endapan bakteri disuspensi menggunakan larutan EDTA. Hal
ini disebabkan larutan EDTA berfungsi sebagai larutan buffer dan sebagai pengkelat yang dapat
mengikat ikatan kation sehingga dapat menurunkan tegangan. Endapan yang telah tersuspensi diberi
larutan NaOH dan SDS. Tujuan pemberian larutan ini untuk melisiskan bakteri dan menaikkan
pHnya. Setelah lisis bakteri diberi larutan sodium asetat yang berfungsi untuk menetralisasi serta
menurunkan pH. Selain ketiga larutan tersebut, cairan DNA plasmid diekstrak dengan larutan PCI
(Fenol/Kloroform/Isoamil alcohol) dan diberi etanol 70% untuk menghilangkan kandungan
garamnya. Pada proses elektroforesis, DNA yang akan dimigrasikan dicampur dengan larutan
loading dye dan blue bromophenol. Hal ini untuk menandai laju migrasi DNA dan sebagai larutan
pewarna.
Ukuran DNA dapat dilihat dari jarak pita yang muncul pada sumur ketika dielektroforesis.
Kerusakan DNA ditandai oleh pita smear pada hasil elektroforesis. Tidak dapatnya DNA dipotong
dengan enzim restriksi terlihat dari terbentuk tidaknya pita smear hasil elektroforesis setelah DNA
dipotong dengan enzim restriksi EcoRI. EcoRI menghasilkan pita DNA smear ketika
dielektroforesis karena enzim ini termasuk ke dalam frequent cutter (Vos et al. 1995). Hasil
percobaan kelompok 3 dan kelompok 9 menunjukkan bahwa hasil pemotong DNA nya tidak
berhasil karena pita DNA hasil elektriforesis tidak terbentuk. Berdasarkan teori diatas, hal ini terjadi
karena DNA tidak dapat dipotong dengan enzim restriksi EcoRI. Pada kelomok 6, pita DNA yang
terbentuk tampak tidak jelas dan membentuk suatu garis vertikal yang berpendar. Hal ini
kemungkinan cairan DNA yang akan dielektroforesis kotor sehingga pada saat migrasi kotorannya
ikut masuk dan membentuk garis vertikal. Sedangkan pita DNA kelompok lainnya menunjukkan
hasil yang baik.
Untuk melihat uji kualitas DNA genom dapat dilihat dari besarnya ukuran pita yang ditandai
dengan terlihatnya pita yang menyala terang hasil elektroforesis. Dari hasil gambar terlihat pita
yang menyala terang dan berukuran besar ditunjukkan oleh kelompok 8, sedangkan pita pada
kelompok lain menghasilkan gambar yang sama. Pada hasil uji analisis kuantitas dan kualitas DNA
dengan menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa kemurnian DNA tidak mencapai
hingga 100%. Hal ini karena rasio A260/A280 berkisar berkisar 1.10-1.18, sedangkan menurut
literatur yang diperoleh kemurnaian DNA akan tercapai 100% bila rasio A260/A280 berkisar 1.8-2.0
(Sambrook et al. 1989). Dengan demikian kemurnain DNA hasil percobaan ini dapat dikatakan
tidak berhasil karena kisaran kemurnian DNA yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, yaitu
berkisar 1.10-1.18.
Visualisasi elektroforesis pada tingkat konsentrasi dapat dilihat dari tebal tidaknya pita yang
terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi DNA, maka semakin tebal pita yang dihasilkan, dan semakin
rendah konsentrasi DNA akan semakin tipis pita yang terbentuk. Hasil percobaan menunjukkan,
nilai konsentrasi DNA yang paling tinggi terdapat pada kelompok 1 sebesar 19800 ng/ μl. Namun
dengan demikian, hasil percobaan ini dapat dikatakan berhasil karena pita DNA yang terbentuk
mencapai 75%.
http://sril07.student.ipb.ac.id/2010/06/19/isolasi-plasmid-quantifikasi-dna-dan-analisis-kualitatif-
elektroforesis/
http://susanai07.student.ipb.ac.id/2010/06/18/isolasi-plasmid-elektroforesis-spektrofotometri/
isolasi plasmid metode LISIS ALKALI
berikut merupakan prosedur isolasi plasmid yang biasa dilakukan dalam praktikum genetika di Lab
Genetika Fabio Unsud. beserta penjelasannya. for begginer
PEMANENAN SEL
tahap satu ini ditujukan untuk mendapatkan pelet sel yang terpisah dari media pertumbuhannya.
# PELEPASAN PLASMID DARI SEL
setelah diberi Lar II, maka seharusnya terdapat lendir pada tutup tube (jika dibuka); Lar I, II, III
diusahakan dingin.; setelah diberi Lar III, biasanya akan ada gumpalan putih.
STE (Sodium Tris EDTA) berfungsi sebagai pencuci sel dari media dan bahan lain. saat sel
dicampur dengan Lar I, maka tris-EDTA dapat mengikat Mg 2+ dan Ca2+ --> mendestabilisasi
membran (karena ion Mg ada pada protein membran hilang) dan menghambat DNAse. sedangkan
glukosa dari Lar I akan mencegah buffer (tris) merusak sel dan membuat lingkungan hiperosmotik.
# jika etanol tidak kering, maka dapat mengganggu kerja enzim dan tidak mengendapkan DNA saat
dielektroforesis.
penambahan Na Asetat membuat
konsentrasi garam tinggi dan single
stranded RNA tidak bisa larut pada
keadaan tersebut. etamol absolut
dingin --> mengendapkan DNA
plasmid dan juga untuk membilas
dan mencuci plasmid. bagaimana bisa etanol mempresipitasi DNA? : penambahan garam berfungsi
sebagai neutralize charge pada gula fosfat DNA. ion-ion seperti kation (Na+ Mg2+) akan
menyelimuti rantai DNA yang bermuatan negatif. jika di dalam air, gaya elektrostatik antara ion +
(Na+) dan - (DNA) masih lemah karena sebagian rantai DNA masih berikatan dengan air (ingat air
memiliki 2 muatan +pada H dan - pada O). atau dapat dikatakan air punya konstanta dielektrik yang
tinggi. fungsi penembahan pelarut organik seperti etanol adalah menurunkan konstanta dielektrik
tsb. atau memperbanyak ikatan DNA dengan Na+ sehingga membuat DNA lebih mudah
terpresipitasi. mungkin ilustrasi di bawah ini dapat membantu membayangkan................