Anda di halaman 1dari 9

BAHAYA PEROKOK PASIF BAGI KESEHATAN DIBANDING PEROKOK AKTIF

TINJAUAN FILSAFAT ILMU

(LANDASAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

A. LATAR BELAKANG
Sekitar satu dari 100 penyebab kematian di dunia diakibatkan
merokok pasif, yang diperkirakan menewaskan 600.000 orang per tahun
(WHO, 2010).
Merokok merupakan aktivitas yang telah dilakukan manusia sejak
lama, meski pun tidak ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa manusia
prasejarah menggunakan tembakau dan menjadikan kebiasaan merokok
sebagai aktivitas reguler. Merokok dianggap sebagai sebuah kegiatan
sosialisasi antar individu, dan hal tersebut pun berlangsung hingga masa
kini. Padahal tidak ada hal positif yang didapat dari benda ini. Dalam
setiap kepulan asap rokok terkandung lebih dari 4000 bahan kimia dan 43
diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya penyakit
kanker). Penyakit yang ditimbulkan antara lain penyakit kanker paru,
kanker mulut, tenggorokan, lambung, pankreas, hati, ginjal, ureter,
kandung kemih, mulut rahim, sumsum tulang, penyakit jantung, penyakit
saluran pernapasan kronik dan lain-lain. Departemen Kesehatan RI dalam
situsnya menyebutkan beberapa efek rokok terhadap tubuh yang jarang
dipublikasikan, seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh hingga
mengakibatkan kerontokan rambut, gangguan katarak pada mata, kulit
cepat keriput, kehilangan pendengaran dini, menimbulkan kerusakan gigi,
lebih mudah terkena osteoporosis, mengurangi jumlah dan kelainan
bentuk sperma.
Analisis WHO (World Health Organization), organisasi kesehatan
dunia menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi
perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar dan
menghisap sebatang rokok, ada dua jenis asap yang dihasilkan oleh
perokok tersebut yaitu; asap utama yang disebut juga asap mainstream,
dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan
sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti
mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap
utama. Asap ini mengandung karbonmonoksida 5 kali lebih besar, tar dan
nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, Nitrosima yang
merupakan pemicu kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada
asap sampingan dibanding dengan kadar pada asap utama. Demikian juga
zat-zat racun lainnya dengan kadar yang lebih tinggi terdapat pada asap
sampingan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
apa sajakah alas an yang dapat memengaruhi perokok pasif memiliki
resiko yang sama dengan perokok aktif

C. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui


faktor-faktor risiko dari perokok pasif yang menyebabkan resiko
yang sama dengan perokok aktif.
b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk


mengelompokkan faktor-faktor risiko tersebut kedalam major risk
factor dan minor risk factor perokok pasif dan perokok aktif.

D. MANFAAT PENELITIAN
a. Membantu mengurangi angka rokok yang dibakar oleh perokok dan
menghasilkan tingkat kesuksesan tinggi pada orang yang ingin
berhenti merokok.
b. Mengetahui banyak biaya dihemat dari kebutuhan berobat dan
angka kanker yang dapat ditekan atau bayi dengan berat badan lahir
rendah tidak akan terjadi kalau saja negeri ini bebas rokok.
c. Sebagai bahan lanjutan untuk diteliti di masa depan serta menambah
referensi ilmu kedokteran di masa yang akan dating.

E. TUJUAN FILSAFAT
Ditinjau dari segi filsafat ilmu. Terdapat tiga landasan filsafat yang
digunakan untuk meninjau suatu ilmu, yakni landasan ontologi,
epistemologi dan aksiologi (Suryo, 2010).

a. Landasan Ontologi

Landasan ontologi dari ilmu pengetahaun adalah analisis


tentang objek materi dari ilmu pengetahuan yang mengkaji realitas
sebagaimana adanya. Objek materi tersebut adalah hal-hal atau
benda-benda empiris (Suryo, 2010).

Berbagai studi menyebutkan bahwa perokok pasif (orang


yang tidak merokok, tetapi di lingkungan terdekatnya ada orang
yang merokok) mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif
dalam hal:

 Kemungkinan mendapat serangan kanker paru, kanker payudara,


kanker ginjal, kanker pancreas, kanker otak, akibat mendapatkan
nikotin dari asap rokok.

 Kemungkinan mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh


darah (stroke)

 Kemungkinan mendapatkan serangan asma bronkhiale

 Kemungkinan mendapatkan gangguan kognitif dan dementia


(mudah lupa)

 Apabila wanita hamil, berkemungkinan lahir premature, atau bayi


lahir cukup bulan tapi berat badan kurang dari normal.

 Mudah mendapatkan serangan infeksi di hidung dan


tenggorokan.

 Pada anak-anak: Mudah terserang asthma, meninggal di usia


muda, infeksi paru, mudah mendapatkan alergi, mudah terserang
TBC Paru. (dr. Muchlis Achsan, 2009)

Kandungan nikotin rokok yang dibakar, sekitar seperempat


keluar melalui asap sampingan ke udara bebas. Kadar inilah yang
kemudian terhirup oleh perokok pasif. Hal ini telah terbukti dari
penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa sebagian warga yang
sama sekali tidak merokok ternyata ditemukan kadar nikotin dalam
darah. Ditemukan juga bahwa keterpaparan asap rokok terhadap
perokok pasif secara terus menerus di tempat kerja terbukti
menyebabkan gangguan pernafasan cukup berat, kira-kira sama
halnya dengan gangguan yang didapatkan oleh perokok yang
menghabiskan 10 batang perhari.
Prevalensi perokok pasif di Indonesia sesuai dengan hasil
survei Susenas 2001 menunjukkan kisaran angka 48,9 persen dari
jumlah total penduduk atau sekitar 97.560.002 orang, yaitu pada
laki-laki 31,8 persen dan perempuan sebesar 66 persen. Hal ini
sangatlah memprihatinkan. Berbagai cara telah ditempuh untuk
menekan laju angka tersebut, di antaranya dengan peraturan
Pemerintah RI nomor 81 tahun 1999 dan nomor 38 tahun 2000
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dengan menyediakan
kawasan-kawasan bebas asap rokok ditempat-tempat umum.
Pemda Kotamadya Bandung pun mengeluarkan Perda No 03/2005
yang disahkan pada bulan Maret 2005 lalu yang mengatur mengenai
larangan merokok di tempat umum dengan menggulirkan berbagai
macam sangsi bagi orang yang melanggarnya. Namun, pada
implementasinya masih jauh panggang dari api. Selain itu,
kebanyakan dari isu-isu yang diangkat tersebut lebih menitik-
beratkan bahaya rokok bagi perokok aktif, sementara resiko bahaya
yang harus dialami oleh para perokok pasif kurang terekspos,
padahal perokok pasif memilki resiko bahaya yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan perokok aktif.
Begitu pula kondisinya di ruang domestik seperti di rumah
tangga, Fakta mengenai buruknya asap rokok bagi kesehatan tidak
menghentikan orang untuk tetap meneruskan kebiasaan merokok
mereka hingga di lingkungan rumah tangga. Anak-anak merupakan
salah satu perokok pasif yang akan terkena dampak dan bahaya asap
rokok hasil konsumsi orang tua mereka, baik itu ayah ataupun
ibunya.
Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Paolo
Vineis, seorang profesor dari Imperial College (London). Selama
hampir tujuh tahun, Dr. Paolo melakukan penelitian terhadap
123.000 orang di sepuluh negara di Eropa yang diketahui menjadi
perokok pasif. Dalam kurun waktu itu, 97 orang terkena kanker
paru-paru, 20 orang terkena masalah pernafasan dan 14 orang
meninggal dunia. Penelitian tersebut juga memastikan bahwa anak-
anak memiliki dampak paling tinggi. Yaitu sekitar tiga kali lipat
terkena kanker paru-paru dan masalah yang berhubungan dengan
pernafasan lainya dari orang tua yang perokok. Dr Paolo menyebut
hasil penelitiannya kali ini sangat berbeda dengan penelitian dampak
rokok pada kesehatan manusia.
Resiko anak-anak terkena kanker paru-paru mengalami
kenaikan sampai 3.6 kali dari orangtua perokok karena anak-anak ini
telah menjadi seorang perokok pasif. Secara keseluruhan penelitian
juga menunjukan resiko terkena penyakit yang berhubungan dengan
paru-paru akan mencapai 30% bagi anak-anak perokok pasif ini.
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan
bahwa Lebih dari 57% setiap rumah tangga mempunyai sedikitnya
seorang perokok dalam rumahnya dan 91,8% mereka merokok
dirumah ketika bersama dengan anggota keluarga lain. Saat ini
terdapat lebih dari 43 juta anak & Ibu sebagai perokok pasif.
Hal ini diperburuk oleh kondisi sosial budaya masyarakat di
negara kita. Perokok pasif misalnya bisa begitu permisif terhadap
perokok aktif yang merokok di dekatnya, atau juga sebaliknya
perokok aktif yang memandang bahwa merokok di lingkungan
perokok pasif adalah hal yang baik-baik saja, hal ini juga terjadi
dalam ruang domestic seperti rumah tangga.
b. Landasan Epistemiologi

Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah


analisis tentang tersusunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
sendiri tersusun melalui proses yang disebut dengan metode ilmiah
(Suryo, 2010). Sehingga, dalam mengkaji tingginya resiko yang di
dapat pada perokok pasif. Peneliti harus melalui suatu proses ilmiah
dengan menentukan masalah, pentetapan kerangka masalah serta
kerangka konsepnya sendiri.

Para perokok pasif sendiri merupakan suatu masalah pada


berbagai Negara di dunia. Dimana tiap tahunnya terjadi peningkatan
pada penderita yang disebabkan merokok pasif. Beberapa studi
menunjukkan bahwa terdapat beberapa pemicu perokok pasif,
karena orang-orang disekitarnya yang tidak mengetahui bahanyanya
merokok di sekitar orang, terutama anak-anak yang memiliki ayah
seorang perokok.

Masalahnya, para perokok aktif sendiri sangat banyak di


dunia, sehingga untuk membantu perokok pasif, harus terlebih
dahulu menerangkan bahaya merokok pada perokok aktif.

Untuk mengetahui faktor-faktor risiko pemicu tindakan


bunuh diri, Dapat dilakukan suatu metode penelitian dengan
menggunakan metode cross sectional dengan mengumpulkan data
para perokok pasif pada berbagai lokasi berbeda. Peneliti harus
melakukan identifikasi dan menemukan korban perokok yang
memiliki sejarah gangguan. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan
data dan medical record dari korban serta melakukan coding dan
verifikasi terhadap korban yang memiliki gangguan penyakit akibat
merokok pasif.
Berdasarkan latar belakang, landasan aksiologi serta
epistemology dari penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah : Terdapat beberapa faktor risiko mayor yang menyebabkan
perokok pasif berpotensi terkena panyakit lebih besar di banding
perokok aktif.

c. Landasan Aksiologi

Landasan aksiologi ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi


umat manusia, analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan limu
pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan dampak atau
manfaat bagi kehidupan manusia (Suryo, 2010). Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
alternatif dalam mengkaji perokok pasif. Dengan ilmu ini, kita dapat
mengetahui faktor-faktor yang memberikan pengaruh besar bagi
para penderita penyakit yang disebabkan merokok pasif. Sehingga
kita dapat mengaplikasikannya sebagai tindakan pencegahan, serta
menjaga pasien tersebut untuk mendapatkan faktor-faktor risiko
dari rokok. Sehingga, di masa yang akan datang. Tingkat perokok
pasif di dunia, terutama di Indonesia dapat mengalami penurunan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka


Pelajar Offset

Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim


Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi
oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD 2002.

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Kaplan dan Sadock.1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri


Klinis (Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai