Anda di halaman 1dari 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi, kenakalan remaja dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah juvenile delinquency yaitu merupakan gejala patologis social pada remaja yan
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social,akibatnya mereka mengembangkan perilaku
menyimpang. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya.
Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat
banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat
melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala
saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI
akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.

Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:

- kurangnya kasih sayang orang tua.

- kurangnya pengawasan dari orang tua.

- pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.

- peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.

- tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.

- dasar-dasar agama yang kurang

- tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya

- kebasan yang berlebihan

- masalah yang dipendam

2.2 CARA MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka
sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-
anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu,
orangtua hendaknya dapat memberikan inti pendidikan kepada para remaja. Inti pendidikan
adalah sebuah pedoman dasar pergaulan yang singkat, padat, dan mudah diingat serta mudah
dilaksanakan. Pedoman ini telah diberikan oleh Sang Buddha dalam Kitab Suci Tipitaka,
Anguttara Nikaya I, 51. Dengan memberikan inti pendidikan ini, kemana saja anak pergi ia
akan selalu ingat pesan orangtua dan dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri
dan dapat dipercaya, karena dirinya sendirinyalah yang akan mengendalikan dirinya sendiri.
Selama seseorang masih memerlukan pihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama

8
itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya.

2.3 Inti pendidikan ini terdiri dari 2 hal, yaitu:

*HIRI (Malu Berbuat Jahat)

Benteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah
menumbuhkan hiri atau rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat.

Dalam memberikan pendidikan, orangtua hendaknya dengan tegas dapat menunjukkan


kepada anak perbedaan dan akibat dari perbuatan baik dan tidak baik atau perbuatan benar
dan tidak benar. Kejelasan orangtua menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan
keraguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih kebaikan dan
meninggalkan kejahatan. Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak dini. Semakin
awal semakin baik.

*OTAPA (Takut Akan Perbuatan Jahat)

Apabila anak bertambah besar, orangtua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan
tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan oleh anaknya, maka orangtua dapat
meningkatkannya dengan memberikan uraian tentang akibat perbuatan buruk yang dilakukan
anaknya. Akibat buruk terutama adalah yang diterima oleh si anak sendiri, kemudian
terangkan pula dampak negatif yang akan diterima pula oleh orangtua, keluarganya serta
lingkungannya. Orangtua dapat memberikan perumpamaan bahwa bila diri sendiri tidak ingin
dicubit, maka janganlah mencubit orang lain. Artinya, apabila kita tidak senang terhadap
suatu perbuatan tertentu, sebenarnya hampir semua orang pun bahkan semua mahluk
cenderung tidak suka pula dengan hal itu. Rata-rata semua mahluk, dalam hal ini, manusia
memiliki perasaan serupa. Penjelasan seperti ini akan membangkitkan kesadaran anak bahwa
perbuatan buruk yang tidak ingin dialaminya akan menimbulkan perasaan yang sama bagi
orang lain. Dan apalagi bila telah tiba waktunya nanti, kamma buruk berbuah, penderita akan
mengikuti perbuatan pelaku penjahat.

2.4 PERAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONSEP DIRI


TERHADAP KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran persepsi keharmonisan keluarga dan
konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Subjek penelitian ini adalah siswa
SMPN 20 Surakarta Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 orang, tetapi
angket yang kembali lengkap dan sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan hanya
117 set. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik
subjek Remaja awal berusia 13-16 tahun, tinggal dengan kedua orangtua, berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan, dan bukan anak tunggal.

9
2.5 DEFINISI KONSEP DIRI

Menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa
diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri
individu (Mulyana, 2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang
dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang
lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada
informasi dari orang lain mengenai dirinya. didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang
meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan
penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir
akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu
menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja
mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya
maupun lingkungan terdekatnya

10
BAB III PENUTUP

SIMPULAN:

Dapat disimpulkan bahwa Kenakalan Remaja merupakan salah satu masalah sosiologi
yang harus lebih diperhatikan karena banyak menimbulkan dampak dampak yang negative
bagi kaum remaja di Indonesia. Cara mengatasinya adalah dengan mengoptimalkannya
perhatian orang tua terhadap anak-anak agar mereka tidak terpengaruh oleh dampak negative
dari perkembangannya jaman di era globalisasi ini. Selain itu persepsi keharmonisan keluarga
dan konsep diri juga sangat diperlukan untuk mengatasi kecenderungan terhadap Kenakalan
Remaja.

SARAN:

Pemerintah lebih memperhatikan segala masalah yang ada di masyarakat baik itu
dalam bidang social, ekonomi, politik, dan budaya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Internet(www.google.com_kenakalan remaja)

Buku Sosiologi SMA

12

Anda mungkin juga menyukai