DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP Nomor
10 Tahun 1979, terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku :
1. Kesetiaan
2. Prestasi Kerja
3. Tanggung Jawab
4. Ketaatan
5. Kejujuran
6. Kerjasama
7. Prakarsa
8. Kepemimpinan
Kantor Menpan tahun 2002 menemukan dan mengidentifikasi adanya Pola Pikir Negatif
(Pola Pikir Tetap) PNS yang tercermin dalam bentuk 24 hambatan atau permasalahan
perilaku budaya kerja paratur pemerintahan, yaitu pola pikir Negatif (Tetap) seorang PNS
yaitu :
1. Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi organisasi masih rendah.
2. Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan publik yang berdampak
luas kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda dari yang diharapkan.
4. Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan.
5. Pelaksanaan wewenang dan tangung jawab aparatur saat ini belum seimbang.
6. Dalam praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, jujur dan tidak
jujur.
7. Pejabat yang KKN akan menyebabkan KKNn meluas pada pegawai, dunia usaha dan
masyarakat.
8. Gaji pegawai yang rendah/kecil dibandingkan dengan harga barang/jasa lainnya.
9. Banyak aparatur yang integritas, loyalitas dan profesionalnya rendah.
10. Belum adanya sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan tindak
lanjut hasil penilaiannya.
11. Kreativitas karyawan kurang mendapat perhatian atasan.
12. Kepekaan terhadap keluhan masyarakat dinilai masih rendah.
13. Sikap yang berorientasi vertikal menyebabkan hilangnya kreativitas, rasa takut
berimprovisasi.
14. Budaya suap bukan hal yang rahasia, sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah
laku pimpinan dalam bekerja.
15. Ada kecenderungan para pemimpin tidak mau mengakui kesalahan di depan bawahan.
16. Masing-masing bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal untuk
bekerjasa sama dengan unit lain.
17. Sifat individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan.
18. Tidak ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan.
19. Budaya KKN yang menjiwai sebagian aparat.
20. Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai.
21. Pengaruh budaya prestise yang lebih menonjol, sehingga aspek rasionalitas sering
dikesampingkan.
22. Sistem seleksi (rekruitmen) yang masih kurang transparan.
23. Tidak berani tegas, karena khawatir mendapat reaksi yang negatif.
23. Banyak aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
24. Mengubah pola pikir (Juni Pranoto, 2007) berarti berusaha menggeser pola pikir
negatif (tetap) tersebut, menjadi pola pikir positif (berkembang).
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditegaskan
bahwa untuk kelancaran penyelengggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan
nasional sangat tergantung pada penyempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai
Negeri Sipil.
MASYARAKAT
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-
kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan
di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
KUALITAS PELAYANAN
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan dari kualitas para pelayan yang
notabene adalah para pegawai yang tergabung dalam wadah Korp Pegawai Republik
Indonesia (Korpri). Mereka terdiri dari PNS, pegawai bank milik negara, daerah,
BUMN, BUMD, pejabat dan petugas penyelenggara urusan pemerintahan di desa,
pejabat dan petugas penyelenggara urusan pemerintahan di dalam/luar negeri.
Kualitas kinerja pelayanan publik yang sering disorot oleh masyarakat luas merupakan
puncak gunung es dari fungsi pemerintahan yang harus dibenahi. Semua itu merupakan
hasil dari buruknya sistem perekrutan pembinaan, serta pengawasan PNS. Kualitas
pelayanan publik dikeluhkan mulai dari pengurusan KTP, SIM, STNK, sertifikat tanah,
dokumen keimigrasian, jasa transportasi, pendidikan, kesehatan, izin usaha, air minum,
listrik, pendaftaran CPNS, hingga pelayanan angkutan mudik lebaran seperti yang baru
saja kita lewati.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Institute for Development of Economic
and Finance (Indef), total biaya publik hanya untuk mengurus KTP, termasuk
memperhitungkan waktu terbuang, mencapai angka Rp 1 triliun. Padahal nominal uang
publik yang keluar untuk mengurus KTP pada tahun tersebut hanya Rp 603 miliar.
Survei Pemeringkatan Daya Tarik Investasi Tahun 2003 yang dilakukan oleh Komite
Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) di 156 kabupaten dan 44 kota di
seluruh Indonesia juga mendapatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Khusus untuk
pelayanan perizinan dan pengurusan birokrasi, biaya tak resmi yang harus dikeluarkan
pengusaha mencapai 60,62 persen dari biaya resmi yang seharusnya dibayar.
Berbagai hasil penelitian tersebut hanya merupakan contoh kecil dari potret buram
kualitas pelayanan publik kita. Banyak anekdot dan pemeo bermunculan untuk
menggambarkan rendahnya kualitas pelayanan publik. Moda angkutan kereta api telah
lekat dengan citra datang tepat waktu, tetapi selalu terlambat sampai tujuan. PLN bukan
lagi singkatan dari Perusahaan Listrik Negara, tetapi Perusahaan Lilin Negara, karena
pelayanan yang byar-pet. Layanan air minum yang lebih sering mati daripada
mengalirnya membuahkan anekdot PDAM = Perusahaan Daerah Air Menguap.
HAK & KEWAJIBAN PNS
HAK PNS
Hak-hak PNS adalah sesuatu yang diterima oleh PNS dengan persyaratan-
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Gaji;
a. Gaji PNS;
b. Perhitungan masa kerja;
c.Kenaikan gaji pokok;
d. Tunjangan.
2. Kenaikan Pangkat;
3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan;
4. Cuti;
5. Tunjangan cacat dan uang duka;
6. Kesejahteraan;
7. Pensiun.
KEWAJIBAN PNS
Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan
oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
3. Kewajiban PNS yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak
berhubungan dengan kedudukan sebagai PNS pada umumnya.
KESENJANGAN PNS
Kesenjangan pns adalah kesenjangan yang terjadi antara pejabat di posisi jabatan
structural, misalnya kepala kantor, kepala bagian, kepala seksi ,dengan pegawai biasa.
Pada posisi jabatan structural tersebut mereka mendapat tunjangan-tunjangan dan
fasilitas-fasilitas yang disediakan di kantor sedangkan pegawai biasa hanya menerima
gaji perbulannya saja.
Berikut ini adalah kesenjangan pns yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti
Anggota DPRD yang hadir antara lain, Sekretaris Komisi III DPRD Meranti Hafizan
Abas SAg MSi, Anggota Komisi III Edi Amin, Amyurlis dan Azis Arika. Sedangkan
dari pengurus PGRI, Ketua PGRI Tebing Tinggi Drs Darusamin, Ketua PGRI
Rangsang Barat Drs Jurianto, Ketua PGRI Tebing Tinggi Barat Mukhtasar dan Wakil
Ketua PGRI Rangsang Ahmad Kudri.
Seperti yang disampaikan guru SMA Negeri 2 Selatpanjang Arifin Ahmad SPd yang
ditemui di tempat pertemuan. ‘’Pertemuan ini guna mempertegas lagi tuntutan para
guru melalui pengurus PGRI, meminta kepada Pemkab Kepulauan Meranti
menyamakan besaran insentif atau tunjangan antara PNS Struktural di Dinas-dinas
dengan PNS fungsional guru,’’ ungkapnya.