Anda di halaman 1dari 7

PELAYANAN MASYARAKAT

PENGERTIAN PNS & MASYARAKAT


PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota
TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah warga
negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat
1 UU 43/1999).

DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP Nomor
10 Tahun 1979, terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku :
1. Kesetiaan
2. Prestasi Kerja
3. Tanggung Jawab
4. Ketaatan
5. Kejujuran
6. Kerjasama
7. Prakarsa
8. Kepemimpinan
Kantor Menpan tahun 2002 menemukan dan mengidentifikasi adanya Pola Pikir Negatif
(Pola Pikir Tetap) PNS yang tercermin dalam bentuk 24 hambatan atau permasalahan
perilaku budaya kerja paratur pemerintahan, yaitu pola pikir Negatif (Tetap) seorang PNS
yaitu :
1. Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi organisasi masih rendah.
2. Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan publik yang berdampak
luas kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda dari yang diharapkan.
4. Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan.
5. Pelaksanaan wewenang dan tangung jawab aparatur saat ini belum seimbang.
6. Dalam praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, jujur dan tidak
jujur.
7. Pejabat yang KKN akan menyebabkan KKNn meluas pada pegawai, dunia usaha dan
masyarakat.
8. Gaji pegawai yang rendah/kecil dibandingkan dengan harga barang/jasa lainnya.
9. Banyak aparatur yang integritas, loyalitas dan profesionalnya rendah.
10. Belum adanya sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan tindak
lanjut hasil penilaiannya.
11. Kreativitas karyawan kurang mendapat perhatian atasan.
12. Kepekaan terhadap keluhan masyarakat dinilai masih rendah.
13. Sikap yang berorientasi vertikal menyebabkan hilangnya kreativitas, rasa takut
berimprovisasi.
14. Budaya suap bukan hal yang rahasia, sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah
laku pimpinan dalam bekerja.
15. Ada kecenderungan para pemimpin tidak mau mengakui kesalahan di depan bawahan.
16. Masing-masing bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal untuk
bekerjasa sama dengan unit lain.
17. Sifat individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan.
18. Tidak ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan.
19. Budaya KKN yang menjiwai sebagian aparat.
20. Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai.
21. Pengaruh budaya prestise yang lebih menonjol, sehingga aspek rasionalitas sering
dikesampingkan.
22. Sistem seleksi (rekruitmen) yang masih kurang transparan.
23. Tidak berani tegas, karena khawatir mendapat reaksi yang negatif.
23. Banyak aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
24. Mengubah pola pikir (Juni Pranoto, 2007) berarti berusaha menggeser pola pikir
negatif (tetap) tersebut, menjadi pola pikir positif (berkembang).
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditegaskan
bahwa untuk kelancaran penyelengggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan
nasional sangat tergantung pada penyempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai
Negeri Sipil.

Muins Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep profesionalisme


Pegawai Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menguasai pengetahuan dibidangnya
Selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mem-perdalam pengetahuannya dengan
tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk
dapat mengetahui penguasaan pengetahuan dibidangnya dapat ditelusuri melalui :
a. Meningkatkan pengetahuan
Merupakan keinginan dan kesungguhan dari seorang PNS untuk selalu meningkatkan
pengetahuannya agar dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dalam lingkungan
kerjanya
b. Menguasai bidang tugas
Merupakan bentuk kesadaran dan kesanggupan yang mendorong dari seorang PNS untuk
selalu memiliki tekad dan ketekunan dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
c. Efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan
Merupakan keinginan dari seorang PNS untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Komitmen pada kualitas
Sebagai rasa keterikatan untuk selalu meningkatkan kepandaian, kecakapan dan mutu
pekerjaan dari seorang PNS agar dapat mendorong kinerja. Untuk dapat mengetahui
komitmen pada kualitas dapat ditelusuri melalui :
a. Memiliki kecakapan
Merupakan kepedulian PNS untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Kesanggupan dalam bekerja
Sebagai rasa keterikatan dalam dirinya terhadap tu-gas pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya se-hingga dapat melaksanakan tugas dengan baik.
c. Selalu meningkatkan mutu kerja
Merupakan keseriusan dari seorang PNS untuk me-laksanakan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya agar diperoleh hasil kerja yang optimal
3. Dedikasi
Sebagai suatu bentuk pengabdian dari seorang PNS atas segala sesuatu yang menjadi
tanggung jawabnya dalam rangka membantu/melayani masyarakat atau orang lain. Untuk
dapat mengetahui dedikasi PNS dapat ditelusuri :
a. Kebanggaan pada pekerjaan
Merupakan perasaan yang ada pada diri seseorang yang dapat menciptakan kepuasan
apabila dapat me-lakukan pekerjaan yang baik.
b. Tanggungjawab pada pekerjaan
Merupakan kecenderungan sikap dari seseorang untuk berani mengambil resiko atas
pekerjaan yang telah dilakukannya.
c. Mengutamakan pada kepentingan umum
Sebagai kecenderungan sikap dan keinginan yang kuat dari seseorang untuk selalu
mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri/golongan.
4. Keinginan untuk membantu
Sebagai suatu sikap seseorang yang mencerminkan keju-juran dan keihlasan dalam
bekerja untuk membantu masyarakat. Untuk dapat mengetahui keinginan PNS untuk
membantu masyarakat dapat ditelusuri melalui :
a. Kejujuran
Merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang PNS untuk tidak menyalahgunakan
wewenang yang dibebankan kepadanya.
b. Keihlasan
Merupakan kecenderungan seorang PNS untuk me-laksanakan tugas yang menjadi
tanggungjawabnya secara tulus.
Dari teori-teori sebagaimana diuraikan di atas dapat disimpulkan, bahwa profesionalisme
sangat diperlukan dikalangan Pegawai Negeri Sipil, karena profesionalisme sangat
berkaitan dengan kompetensi, yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan
2. Komitmen pada kualitas
3. Dedikasi
4. Keinginan untuk membantu.

MASYARAKAT

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-
kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan
di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

KUALITAS PELAYANAN
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan dari kualitas para pelayan yang
notabene adalah para pegawai yang tergabung dalam wadah Korp Pegawai Republik
Indonesia (Korpri). Mereka terdiri dari PNS, pegawai bank milik negara, daerah,
BUMN, BUMD, pejabat dan petugas penyelenggara urusan pemerintahan di desa,
pejabat dan petugas penyelenggara urusan pemerintahan di dalam/luar negeri.

Kualitas kinerja pelayanan publik yang sering disorot oleh masyarakat luas merupakan
puncak gunung es dari fungsi pemerintahan yang harus dibenahi. Semua itu merupakan
hasil dari buruknya sistem perekrutan pembinaan, serta pengawasan PNS. Kualitas
pelayanan publik dikeluhkan mulai dari pengurusan KTP, SIM, STNK, sertifikat tanah,
dokumen keimigrasian, jasa transportasi, pendidikan, kesehatan, izin usaha, air minum,
listrik, pendaftaran CPNS, hingga pelayanan angkutan mudik lebaran seperti yang baru
saja kita lewati.

Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Institute for Development of Economic
and Finance (Indef), total biaya publik hanya untuk mengurus KTP, termasuk
memperhitungkan waktu terbuang, mencapai angka Rp 1 triliun. Padahal nominal uang
publik yang keluar untuk mengurus KTP pada tahun tersebut hanya Rp 603 miliar.

Survei Pemeringkatan Daya Tarik Investasi Tahun 2003 yang dilakukan oleh Komite
Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) di 156 kabupaten dan 44 kota di
seluruh Indonesia juga mendapatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Khusus untuk
pelayanan perizinan dan pengurusan birokrasi, biaya tak resmi yang harus dikeluarkan
pengusaha mencapai 60,62 persen dari biaya resmi yang seharusnya dibayar.

Berbagai hasil penelitian tersebut hanya merupakan contoh kecil dari potret buram
kualitas pelayanan publik kita. Banyak anekdot dan pemeo bermunculan untuk
menggambarkan rendahnya kualitas pelayanan publik. Moda angkutan kereta api telah
lekat dengan citra datang tepat waktu, tetapi selalu terlambat sampai tujuan. PLN bukan
lagi singkatan dari Perusahaan Listrik Negara, tetapi Perusahaan Lilin Negara, karena
pelayanan yang byar-pet. Layanan air minum yang lebih sering mati daripada
mengalirnya membuahkan anekdot PDAM = Perusahaan Daerah Air Menguap.
HAK & KEWAJIBAN PNS
HAK PNS

Hak-hak PNS adalah sesuatu yang diterima oleh PNS dengan persyaratan-
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Gaji;
a. Gaji PNS;
b. Perhitungan masa kerja;
c.Kenaikan gaji pokok;
d. Tunjangan.
2.   Kenaikan Pangkat;
3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan;
4. Cuti;
5. Tunjangan cacat dan uang duka;
6. Kesejahteraan;
7. Pensiun.

KEWAJIBAN PNS

Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan
oleh setiap PNS berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kewajiban-kewajiban PNS tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan;


Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing PNS.

2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya;


Kewajiban ini terkait dengan kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi
negara dan abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut:

a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974;


b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai;
c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi
PNS;
d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk
kerja;
e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia;
f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan
penerimaan pemberian hadiah;
g. Kewajiban sebagai anggota KORPRI;
h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-
usaha/kegiatan-kegiatan yang wajib mendapat ijin;
i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana;
j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi;
k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi;
l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik;

3. Kewajiban PNS yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak
berhubungan dengan kedudukan sebagai PNS pada umumnya.
KESENJANGAN PNS
Kesenjangan pns adalah kesenjangan yang terjadi antara pejabat di posisi jabatan
structural, misalnya kepala kantor, kepala bagian, kepala seksi ,dengan pegawai biasa.
Pada posisi jabatan structural tersebut mereka mendapat tunjangan-tunjangan dan
fasilitas-fasilitas yang disediakan di kantor sedangkan pegawai biasa hanya menerima
gaji perbulannya saja.
Berikut ini adalah kesenjangan pns yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti

Ribuan guru di lima kecamatan se-Kabupaten Kepulauan Meranti mengeluhkan


kesenjangan tunjangan atau insentif antara PNS struktural dinas dengan PNS
fungsional (guru). Keluhan itu terungkap dalam silaturrahim para guru dari lima
kecamatan dengan Komisi III DPRD Kepulauan Meranti, Selasa (20/7).
 
Pertemuan Guru dengan Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti
tersebut difasilitasi oleh pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dari lima
kecamatan se-Kabupaten Kepulauan Meranti. Acara yang berlangsung, Selasa (20/7)
sore di Gedung SDN 008 Jalan Imam Bonjol Selatpanjang.

Anggota DPRD yang hadir antara lain, Sekretaris Komisi III DPRD Meranti Hafizan
Abas SAg MSi, Anggota Komisi III Edi Amin, Amyurlis dan Azis Arika. Sedangkan
dari pengurus PGRI, Ketua PGRI Tebing Tinggi Drs Darusamin, Ketua PGRI
Rangsang Barat Drs Jurianto, Ketua PGRI Tebing Tinggi Barat Mukhtasar dan Wakil
Ketua PGRI Rangsang Ahmad Kudri.

Seperti yang disampaikan guru SMA Negeri 2 Selatpanjang Arifin Ahmad SPd yang
ditemui di tempat pertemuan. ‘’Pertemuan ini guna mempertegas lagi tuntutan para
guru melalui pengurus PGRI, meminta kepada Pemkab Kepulauan Meranti
menyamakan besaran insentif atau tunjangan antara PNS Struktural di Dinas-dinas
dengan PNS fungsional guru,’’ ungkapnya.

Menurutnya, kesenjangan tersebut dirasakan sangat mencolok. Dimana, besaran


tunjangan PNS struktural golongan II di dinas lebih tinggi dari PNS fungsional guru
golongan IV. ‘’Hal ini sangat kami pertanyakan, mengapa sistem penggajian di
kabupaten ini bisa terjadi kesenjangan yang sangat mencolok antara PNS struktural dan
fungsional

Anda mungkin juga menyukai