Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah
seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel)
memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki
pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-
kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya,
sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua
bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza,
Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Sejarah
• Tahun 1897, Kongres Zionis Pertama diselenggarakan.
• Deklarasi Balfour 1917
Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh.
Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak,
kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.
[sunting] 1948-1967
3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat
kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana
Pemisahan PBB.
[sunting] 1967-1993
• Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut
pembekuan Israel.
• 1970 War of Attrition
• Perang Yom Kippur 1973
• Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978
• Perang Lebanon 1982
• Intifada pertama (1987 - 1991)
• Perang Teluk 1990/1
Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat berjabat tangan ,dipantau oleh Bill Clinton, pada
penandatanganan Persetujuan Oslo pada 13 September 1993
13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan
masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel
Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya
dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah
lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui
hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai".
28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.
• 18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
• Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya
tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian
Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
• 19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana
menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.
Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu
kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah
gelombang kedua pun dimulai.
Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi
telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang
tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
• Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang
mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
• Keamanan Israel.
• Keamanan Palestina.
• Hakikat masa depan negara Palestina.
• Nasib para pengungsi Palestina.
• Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk
pemukiman itu.
• Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci
dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi
Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari
pada 1967.
Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat
intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik
semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-
kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau
penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang
yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun
itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan
itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari
tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan "kedua belah" pihak itu sendiri
adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang
tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai
partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai
Yahudi Israel.