Anda di halaman 1dari 4

Solusi Islam bagi Pelaku Homoseksual

Istilah homoseksual dan lesbianisme bukanlah perkara baru. Aktivitas


seksual antara laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan sesama
perempuan tersebut dikenal dengan istilah liwath. Pertama kali,
penyimpangan seksual ini terjadi pada kaum Nabi Luth. Beliau diutus
kepada kaum Sodom yang biasa melakukan liwath.

Nabi Luth diperintahkan untuk mendakwahi dan amar ma’ruf nahi


munkar kepada mereka. Allah SWT menjelaskan hal ini: “ Dan (Kami juga
telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada
kaumnya: ’Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab
kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ’Usirlah mereka (Luth dan pengikut-
pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
berpura-pura mensucikan diri.’ Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-
pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan) (TQS. Al-A’raf[7]:80-83).

Cara melampiaskan hasrat seksual bermacam cara, ada yang halal


seperti lewat pernikahan; ada juga yang diharamkan seperti
homoseksualitas dan lesbianisme. Terlepas dari hal tersebut, semuanya
lahir dari gejolak seksualitas. Padahal, seksualitas tersebut dorongannya
bersifat instingtif (gharizah) yang berbeda dengan kebutuhan fisik
(hajatul ’udhawiyah). Kebutuhan fisik akan muncul dengan sendirinya.
Siapapun yang tidak minum lama kelamaan akan haus, orang yang lama
tidak istirahat akan merasakan lelah, dan sebagainya. Sedangkan,
gharizah akan muncul bila ada rangsangan. Gejolak seksual muncul
apabila ada rangsangan.

Demikian juga hasrat untuk homoseks atau lesbian akan muncul bila
terdapat rangsangan-rangsangan yang mendorong untuk mencoba atau
melakukannya. Ada dua rangsangan yang umumnya merangsang
manusia, yaitu pikiran dan realitas yang nampak. Untuk itu, cara untuk
mencegah aktivitas seksual menyimpang tersebut adalah dengan cara
menghilangkan rangsangan-rangsangan terkait dengannya.

Pertama, terkait pemikiran. Pemikiran yang mendorong orang mencoba


melakukan homoseks atau lesbi adalah pemikiran serba bebas, yakni
liberalisme materialisme. Dalam liberalisme, orang dipahamkan bahwa
hidup itu terserah mau melakukan apa saja. Tolok ukurnya pun bersifat
materialistik. Karenanya, aktivitas liwath didudukkan sebatas cara
memuaskan hasrat seksual yang mereka sebut dengan orientasi
seksual. Yang penting sama-sama enjoy. Padahal, dalam Islam,
seksualitas merupakan nikmat Allah SWT untuk melanjutkan keturunan.
Tidak mengherankan bila hubungan seksual diibaratkan al-Quran
sebagai ladang dan bercocok tanam (lihat surat al-Baqarah:223).

Selain itu, alasan hak asasi manusia (HAM) sering kali ditanamkan
sebagai dalih untuk melakukan perbuatan kaum Sodom. Bahkan, ada
juga pemikiran gender yang justru menimbulkan kebencian kepada laki-
laki hingga dianggapnya saingan dan musuh bagi perempuan. Muaranya
ada perempuan yang menjadi lesbi dengan dalih tersebut. Selama
pemikiran-pemikiran ini terus dikembangkan di tengah masyarakat
maka atas nama kebebasan pribadi dan berekspresi penyimpangan
seksual tersebut tetap mendapat tempat. Oleh sebab itu, pemikiran
liberalisme tidak boleh dikembangkan di masyarakat. Di Indonesia
beruntung, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional
beberapa tahun lalu mengharamkan paham sekulerisme, pluralisme,
dan liberalisme (sepilis).

Kedua, secara individual menjauhi hal-hal yang dapat mengundang


hasrat melakukan liwath. Islam sangat memperhatikan fitrah manusia.
Terkait masalah ini, Rasulullah SAW bersabda: ”Janganlah seorang laki-laki
melihat aurat laki-laki, jangan pula perempuan melihat aurat perempuan.
Janganlah seorang laki-laki tidur dengan laki-laki dalam satu selimut, begitu
juga janganlah perempuan tidur dengan perempuan dalam satu selimut” (HR.
Muslim). Laki-laki yang melihat aurat laki-laki ataupun perempuan yang
melihat aurat sesama perempuan akan terangsang. Ini adalah bibit
penyimpangan seksual. Apalagi kalau tidur dalam satu selimut. Islam
sangat ketat memerintahkan hal tersebut. Bahkan, dimulai sejak anak
baligh. Bahkan, adik dan kakak yang sudah sama-sama balig tidak boleh
melakukannya.

Ketiga, secara sistemik hilangkan berbagai hal di tengah masyarakat


yang dapat merangsang orang untuk mencoba-coba. Misalnya, hentikan
pornografi terkait homo dan lesbi. Kini, di dunia maya berkeliaran
promosi tentang itu. VCD liwath pun dijual laksana kacang goreng.
Bahkan, promosi homo dan lesbi di media termasuk TV terus gencar
dilakukan. Penampilan laki-laki meniru perempuan atau perempuan
meniru lak-laki semakin menggila, padahal Islam melarangnya.
”Rasulullah SAW melarang laki-laki yang meniru perempuan, dan perempuan
yang meniru laki-laki” (HR. Bukhari). Ujungnya laki-laki merasa sebagai
perempuan yang karenanya lebih melampiaskannya dengan sesama
laki-laki. Pemerintah dalam aturan Islam harus mengeluarkan kebijakan
tentang tegas terkait hal ini.

Keempat, permudah pernikahan. Terkadang ada rasa takut menikah.


Orang tua tidak setuju nikah usia muda dengan alasan belum mapan.
Biaya pernikahan pun tinggi. Sementara itu, gejolak seksual besar akibat
berbagai rangsangan yang ada. Pada sisi lain, ada kekhawatiran hamil di
luar nikah. Jalan keluarnya, ada yang mengambil jalan menjadi homo
dan lesbi. Untuk itu orang tua dan pemerintah perlu mempermudah
pernikahan. Dorong untuk nikah dini. Negara harus memfasilitasi. Bukan
malah menghalang-halangi nikah usia muda. Rasulullah SAW
memerintahkan menikah pada saat usia masih muda (HR. Muttafaq
’Alaihi).

Kelima, terapkan hukuman. Bila berbagai pencegahan telah dilakukan


tetapi tetap juga terjadi aktivitas homo dan lesbi, maka pengadilan
dalam pemerintahan Islam menerapkan hukuman sesuai syara terhadap
mereka. Perbuatan tersebut terkategori perbuatan kriminal. Bila
pengadilan menemukan bukti dan diputuskan di pengadilan, hukuman
bagi para pelakunya adalah hukuman mati. Hal ini didasarkan kepada
sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda: ”Siapa saja yang kalian
temukan melakukan perbuatan kaum Luth (liwath) maka hukum matilah baik
yang melakukan maupun yang diperlakukannya” (HR. Al-Khomsah kecuali
an-Nasa’i). Selain itu, para sahabat telah berijma’ bahwa hukuman bagi
mereka adalah hukuman mati. Imam Baihaki meriwayatkan bahwa Abu
Bakar mengumpulkan orang terkait seorang laki-laki yang menggauli
sesama lelaki sebagaimana menggauli perempuan. Beliau bertanya
kepada para sahabat Rasulullah SAW. Semuanya sepakat pelakunya
dijatuhi hukuman mati (Lihat, Abdurrahman al-Maliki, Nizham al-’Uqubat,
hal. 80-82).

Sumber :

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/03/solusi-islam-bagi-pelaku-
homoseksual/

Notes :

This brief just offer solution and give other viewpoints to try solve
problems about homosexual case nowadays, in the way of ISLAM
methods. There is no indication to discuss about difference religions or
beliefs. This is just a free of thinking and try to communicate its to
others. Just for unknown….

Anda mungkin juga menyukai