Anda di halaman 1dari 18

Muhammad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

yang menunggu tinjauan.


Akurasi Terperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri
Islam

Rasul

Nabi Muhammad SAW


.
Kitab Suci

Al-Qur'an
.
Rukun Islam
1. Syahadat · 2. Shalat · 3. Puasa
4. Zakat · 5. Haji
Rukun Iman
Iman kepada : 1. Allah
2. Al-Qur'an · 3. Nabi ·4. Malaikat
5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAW
Nabi & Rasul · Sahabat
Ahlul Bait
Kota Suci
Mekkah · & · Madinah
Kota suci lainnya
Yerusalem · Najaf · Karbala
Kufah · Kazimain
Mashhad ·Istanbul · Ghadir Khum
Hari Raya
Idul Fitri · & · Idul Adha
Hari besar lainnya
Isra dan Mi'raj · Maulid Nabi
Asyura
Arsitektur
Masjid ·Menara ·Mihrab
Ka'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·Muadzin
Imam·Mullah·Ayatullah · Mufti
Hukum Islam
Al-Qur'an ·Hadist
Sunnah · Fiqih · Fatwa
Syariat · Ijtihad
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
1. Sunni :
Hanafi ·Hambali
Maliki ·Syafi'i
2. Syi'ah :
Dua Belas Imam
Ismailiyah·Zaidiyah
3. Lain-lain :
Ibadi · Khawarij
Murji'ah·Mu'taziliyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam
lihat • bicara • sunting

Untuk kegunaan lain dari Muhammad, lihat Muhammad (disambiguasi).

Muhammad bin ‘Abdullāh (Arab: ‫;محمد بن عبد هللا‬ Transliterasi: Muḥammad;[1] Templat:IPA-ar;


[2][3][4]
(ca. 570/571 Mekkah[َ‫] َم َكة‬/[ ‫ – ] َم َك ْه‬8 Juni, 632 Medina),[5] adalah pembawa ajaran Islam,
dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi
tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir diperkirakan sekitar 20 April
570/ 571, di Mekkah ("Makkah") dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut
terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).

Michael H. Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang
yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia
memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang
bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.[6]

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Etimologi
 2 Genealogi

 3 Riwayat
o 3.1 Kelahiran

o 3.2 Berkenalan dengan Khadijah

o 3.3 Memperoleh gelar

o 3.4 Kerasulan

o 3.5 Mendapatkan pengikut

o 3.6 Hijrah ke Madinah

o 3.7 Penaklukan Mekkah

o 3.8 Sejumput Akhlak Rasulullah

 4 Mukjizat
 5 Fisik dan ciri-ciri Muhammad
 6 Pernikahan
 7 Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
 8 Referensi

 9 Pranala luar

Etimologi

Nama "Muhammad" dalam sebuah kaligrafi Arab karya Hattat Aziz Efendi.[7]

"Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran
Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa
oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (‫)رسول هللا‬, dan
menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (‫صلى هللا عليه و سلم‬, yang berarti "semoga
Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau
"SAW") setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut
Muhammad dengan nama "Ahmad" (‫)أحمد‬, yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Genealogi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Silsilah keluarga Muhammad

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay
bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[8] Dimana Adnan
merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.[9]
Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun
Gajah).

Riwayat
Kelahiran

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad

Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah,
yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu
tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat
perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[10], meninggal dalam
perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta
lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang
kemudian mengasuh Nabi.[9]

Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib
(Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa'
yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[8] Setelah ibunya meninggal,
Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga
oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya
disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam
(Suriah, Libanon dan Palestina).

Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal,
kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan
para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada
hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12
Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).[9]

Berkenalan dengan Khadijah


Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia
mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah
keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan
dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya
berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad
dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah
seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku
Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah
Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya
untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya
Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.

Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu
Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih
memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang
dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy
memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda.
Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang
memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada
hal-hal yang lebih penting.

Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan
Ka'bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di
tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji.
Kaumnya sangat mencintai beliau, hingga akhirnya beliau memperoleh gelar Al-Amin yang
artinya Orang yang dapat Dipercaya.

Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup
dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha
menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti Yang Benar.

Kerasulan

Bagian dari artikel tentang


Nabi Islam Muhammad
 Sebelum lahir
 di Mekkah

 di Madinah

 setelah Pembebasan Mekkah

 Suksesi

 sebagai Diplomat
 sebagai Panglima Perang

 sebagai suami

 Pandangan Islam
 Pandangan Orientalis

lihat • bicara • sunting

Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu

Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan


dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah
gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An
Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat
bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir
dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.

Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan
wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya,
Jibril berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
“ segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang
mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5) ”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6
bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39
tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari).
Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas
Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia
merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia
menceritakan pengalamannya kepada sang istri.

Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara
sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari
kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun
berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah
menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya
akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.

Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut
telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab
bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya
mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan
ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri
melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-
Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi "mereka
yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.

Mendapatkan pengikut

Artikel utama untuk bagian ini adalah: As-Sabiqun al-Awwalun

Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-
teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran
Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain
Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad
mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu
Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits,
Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam
pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.

Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya,
disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat
lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang
Kron
ologi
Kehi
dupa
n
Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari
tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun Muh
622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 amm
km) di sebelah Utara Mekkah. ad
Tangga
Hijrah ke Madinah l dan
lokasi
Di Mekkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi penting
Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku dalam
hidup
berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka
Muham
menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam mad
kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk
menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan Me
seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian ning
hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui galn
Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu ya
tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah aya
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi h,
Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Abd
Mekkah. ulla
h
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib
datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di Tan
tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul ggal
Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, lahi
turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang r
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. (per
Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu. kira
an),
20
Apr
il:
Ma
kka
h

Tah
Masjid Nabawi, berlokasi di Medinah, Arab Saudi. un
Gaj
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat ah,
meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha gag
menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila alny
dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan a
mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke Abr
daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang aha
lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya h
men
yera
ng
Me
kka
h
berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau
"Madinatun Nabi" (kota Nabi).

Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat


Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang
mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya
dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara
menyerang sekutu umat Islam.

Penaklukan Mekkah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembebasan Mekkah

Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah
dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian
setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali
pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali
maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan
ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian
memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.

Sejumput Akhlak Rasulullah

Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA,


Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan
kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar
kepada Muhammad saw “Al-Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau
belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan
Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi
sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang
menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang
mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa. [11]

Diriwayatkan tentang Rasulullah saw bahwa segala tutur kata beliau senantiasa mencerminkan
kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa
bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak
mengatakan bahwa orang-orang Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa
kotor, tetapi tidak pelak lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka
dengan melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan yang
masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw menjunjung tinggi nama
Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa alasan yang sepenuhnya dapat diterima
[12]

Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan badan. Beliau
senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukannya sehingga beliau
biasa mengatakan bahwa andaikata beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan
memberatkan, beliau akan menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim
menggosok gigi sebelum mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan
sebelum dan sesudah tiap kali makan, dan desudah makan beliau senantiasa berkumur dan
memandang sangat baik tiap-tiap orang yang telah memakan masakan berkumur lebih dahulu
sebelum ikut bersembahyang berjamaah (Al-Bukhori)

Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan untuk orang-
orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan kebersihannya, terutama
pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di dalamnya. Beliau memerintahkan supaya
pada kesempatan-kesempatan itu sebaiknya setanggi dsb dibakar untuk membersihkan udara
(Abu Daud). Beliau juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan
pertemuan-pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk hidung (Al-
Bukhori).

Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan ranting, batu dan
semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan membahayakan. Jika beliau
sendiri menemukan hal atau benda demikian di jalan, beliau niscaya menyingkirkannya dan
beliau sering bersabda bahwa orang yang membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah
berbuat amal sholih dalam pandangan Ilahi.

Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak boleh
dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-
benda yang najis, atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara
apapun, karena semua itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan. Beliau sangat memandang
penting upaya agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya.
Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin
akan mencemarinya, dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor
(Al-Bukhori dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila) [13]

Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah
memperlihatkan rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya dan tidak
sedap rasanya. Jika didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya untuk
menjaga supaya pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan tidak dapat dimakan,
beliau hanya tidak menyantapnya dan tidak pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau
telah duduk menghadapi hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa
mengatakan bahwa beliau tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah
orang yang makan itu terlalu agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan minuman
belaka.

Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya bersama-sama
semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma kepada beliau. Beliau
melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah orang yang hadir, beliau membagi rata
bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap orang menerima tujuh buah. Abu Huroiroh ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun
sekedar roti jawawut (Al-Bukhori).
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa orang berkumpul
mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati jamuan. Ketika mereka melihat
Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan
karena beliau tidak suka daging panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak
menyetujui orang mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang
tak cukup mempunyai makanan.

Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh cinta dan bakti
kepada Tuhan. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di atas bahu beliau,
bagian terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada
Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah
kepada Tuhan sampai saat tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-
kadang beliau begitu lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi
bengkak-bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian sangat terharu.
Sekali peristiwa Aisyah ra berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada
engkau dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan
menanggung begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan, atas
kasih sayang-Nya, mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi
kewajiban pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah
hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima (Kitabul-Kusuf) [14]

Tuhan telah memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata
dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat yang dapat
dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi dosa…

Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah saw dihadapkan kepada pilihan antara dua cara
berbuat, beliau senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan
bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan timbulnya
kecurigaan serupa itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia
yang paling menjauhinya (Muslim, kitabul-Fadhoil) [15]

Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat salah seorang di
antara mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang layak terhadap beliau, beliau
hanya tersenyum dan hal itu dilupakan beliau. Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti
Aisyah ra, Aisyah jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya”
Aisyah ra bertanya “Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang
kepadaku dan dalam percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan
Muhammad. Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Ibrahim”
Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan bahwa beliau benar” [16]

Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan., Dalam keadaan susah, beliau
tak pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu keinginan pribadi… Sekali
peristiwa beliau menjumpai seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh anaknya, dan
melonglong dekat kuburan anaknya. Beliau menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir
Tuhan dengan rela dan menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh
Rasulullah saw dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih ditinggal mati oleh
anak seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa sukar untuk bersabar di bawah
himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah saw menjawab “Aku telah kehilangan bukan hanya
seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau terus berlalu. [17]

Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang paling
berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang
memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan tidak pernah mencoba
mengadakan pembalasan [18]

Rasulullah saw mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu
perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan
pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap
wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak
yang ingin mendesak Rasulullah saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak
mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap
Rasulullah saw, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan
bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan
orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan
dan akupun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku
sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-
Bukhori, Kitabul-Hudud) [19]

Rasulullah saw senantiasa prihatin memikirkan untuk memperbaiki keadaan golongan yang
miskin dan mengangkat taraf hidup mereka di tengah-tengah masyarakat. Seorang wanita
muslimah biasa membersihkan masjid Nabi di Madinah. Rasulullah saw tidak melihatnya lagi
beberapa hari dan beliau menanyakan ihwalnya. Disampaikan kepada beliau bahwa ia sudah
meninggal. Beliau bersabda, “Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut
dalam sembahyang janazahnya” dan menambahkan. Barangkali kalian tidak memandangnya
cukup penting karena ia miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.” Kemudian
beliau pergi ke sana dan mendoa untuk dia (Al-Bukhori, Kitabus-Salat) [20]

Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan jika seorang miskin menghadap Rasulullah saw dan
mengajukan permintaan, beliau biasa bersabda kepada orang yang ada disekitar beliau,
“Kemudian juga hendaknya memenuhi permintaannya itu sehingga mendapat pahala sebagai
orang yang berperan serta dalam menggalakkan perbuatan baik’ (Al-Bukhori dan Muslim),
dengan tujuan membangkitkan rasa cenderung untuk menolong si miskin di satu pihak dalam
hati para sahabat dan dipihak lain menimbulkan kesadaran dalam hati kaum fakir-miskin adanya
cinta-kasih saudara-saudara mereka yang kaya. [21]

Ketika Islam berangsur-angsur diterima secara umum oleh bagian terbesar bangsa Arab,
Rasulullah saw sering menerima barang dan uang berlimpah-limpah, beliau segera membagi-
bagikan hadiah itu di antara mereka yang sangat membutuhkan. Sekali peristiwa anak beliau,
Fathimah datang mendapatkan beliau sambil memperlihatkan tapak tangannya yang tebal dan
keras akibat pekerjaan menepung gandum dengan batu, memohon agar diberi seorang budak
untuk meringankan pekerjaannya. Rasulullah saw menjawab, “Aku akan menceriterakan
kepadamu sesuatu yang nanti akan terbukti jauh lebih berharga daripada seorang budak. Jika
engkau akan tidur pada malam hari, engkau hendaknya membaca SubchanAllah 33 kali, Al-
chamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 34 kali. Hal itu akan jauh lebih banyak menolongmu
daripada memelihara seorang budak” (Al-Bukhori). [22].

Beliau senantiasa menganjurkan kepada mereka yang mempunyai budak-budak supaya


memperlakukan mereka dengan baik serta kasih sayang. Beliau menetapkan bahwa jika si
pemilik memukul budaknya atau memaki-makinya, maka satu-satunya perbaikan yang dapat
dilakukannya ialah memerdekakannya (Muslim, Kitabul-Iman). [23]

Rasulullah saw sangat berhasrat memperbaiki keadaan wanita di tengah-tengah masyarakat,


menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat dan perlakuan wajar lagi pantas. Islam adalah
agama pertama yang memberikan hak waris kepada wanita…

Jika dalam satu perjalanan beliau ada wanita-wanita yang ikut serta, beliau senantiasa memberi
petunjuk supaya kafilah bergerak lambat dan berhenti-berhenti secara bertahab. Pada suatu
kesempatan serupa itu ketika orang-orang berjalan cepat, beliau bersabda “Perhatikan kaca!
Perhatikan kaca!” dengan maksud mengatakan bahwa ada wanita-wanita dalam rombongan dan
bahwa jika onta-onta dan kuda-kuda berlari cepat, mereka itu akan menderita dari bantingan-
bantingan binatang-binatang itu (Al-Bukhori, Kitab Al-Adab) [24]

Beliau menetapkan bahwa orang tidak boleh membicarakan keburukan seseorang yang telah
meninggal, melainkan hendaknya menekankan kepada kebaikan apa saja yang dimiliki
almarhum, sebab tidak ada faedahnya menyebut-nyebut kelemahan atau kejahatan orang yang
sudah meninggal. Tetapi dengan mengemukakan kebaikan-kebaikan almarhum orang akan
cenderung mendoakan (Al-Bukhori). [25]

Perlakuan Rasulullah saw terhadap tetangga dengan ramah dan penuh perhatian; beliau sangat
menekankan agar orang berbakti dan mengkhidmati orang tua serta memperlakukan mereka
dengan baik dan kasih-sayang; beliau selamanya memilih pergaulan dengan orang-orang baik
dan jika melihat suatu kelemahan pada salah seorang dari para sahabat, beliau menegurnya
dengan ramah secara berempat mata; Rasulullah saw sangat berhati-hati membawa diri agar
tidak timbul kemungkinan adanya salah faham; Beliau tidak pernah mengemukakan kesalahan-
kesalahan dan kelemahan-kelemahan orang lain dan menasehati orang-orang jangan
mengumumkan kesalahan-kesalahan sendiri; Kesusahan, penderitaan atau kemalangan di saat
menjelang wafat, beliau pikul dengan penuh kesabaran sampai-sampai Fathimah ra tidak tahan
melihat ayahnya dalam keadaan demikian, namun beliau bersabda kepadanya: “Bersabarlah,
ayahmu tidak akan menderita lagi sesudah hari ini”;

Rasulullah saw menekankan agar para sahabat bekerja sama satu dengan lainnya. Ketika
seseorang mengadukan saudaranya yang bermalas-malasan, beliau bersabda kepadanya: “Tuhan
telah mencukupi kebutuhanmu berkat adanya saudaramu, dan karena itu menjadi kewajibanmu
mencukupi kebutuhannya dan membiarkan dia bebas mengkhidmati agama” (Turmudzi).

Rasulullah saw dalam jual-beli secara terus terang dan sangat mendambakan orang-orang
muslim agar jangan melakukan kelicikan dalam transaksi atau jual-beli. Beliau senantiasa
optimis menghadapi masa depan. Beliau sangat memusuhi sikap pesimis atau keputusasaan,
Beliau bersabda: “Siapa yang menyebarkan rasa pesimis di kalangan masyarakat, ia bertanggung
jawab atas kemunduran bangsa; sebab pikiran-pikiran pesimis mempunyai kecenderungan
mengecutkan hati dan menghentikan laju kemajuan [26].

Rasulullah saw memperingatkan para sahabat agar memperlakukan hewan-hewan dengan baik
dan mengecam bersikap kejam terhadap hewan. Beliau sering menceriterakan tentang wanita
Yahudi yang dihukum Allah swt lantaran membiarkan kucingnya mati kelaparan.

Rasulullah saw bukan saja menekankan pada kebaikan toleransi dalam urusan agama, tetapi
memberikan contoh-contoh yang sangat tinggi dalam urusan ini. Suatu delegasi suku Kristen
Najron yang telah berdialog selama beberapa jam, meminta idzin untuk meninggalkan masjid
untuk mengadakan kebaktian di tempat yang tenang, Rasulullah saw bersabda: “Mereka tidak
perlu meninggalkan masjid yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian kepada
Tuhan dan mereka dapat melakukan ibadah mereka di situ (Az-Zurqani)

Keberanian Rasulullah saw luar biasa, ketika terjadi isu bahwa pasukan Romawi akan
mengadakan pendudukan di Madinah dan ketika ada suara gaduh di tengah malam, beliau
mengadakan penelitian sendiri dengan menaiki kudanya. Beliau sangat lunak terhadap orang
yang kurang sopan terhadap beliau.

Rasulullah saw sangat menaruh penting ihwal asas menyempurnakan perjanjian. Sekali peristiwa
seorang duta datang kepada beliau dengan tugas istimewa dan sesudah ia tinggal beberapa hari
bersama beliau, ia yakin akan kebenaran Islam dan mohon diperbolehkan bai’at masuk Islam.
Rasulullah saw menjawab bahwa perbuatannya itu tidak tepat karena ia datang sebagai duta dan
telah menjadi kewajibannya untuk pulang ke pusat Pemerintahannya tanpa mengadakan
hubungan baru, jika sesudah pulang ia masih yakin akan kebenaran Islam, ia dapat kembali lagi
sebagai orang bebas dan masuk Islam [27].

Beliau sangat menghargai mereka yang membaktikan waktu dan harta bendanya untuk
menghidmati umat manusia. Suku Arab , Banu Tho‘i mulai mengadakan permusuhan terhadap
Rasulullah saw dan kekuatan mereka dapat dikalahkan dan beberapa orang ditawan dalam
sebuah peperangan. Seorang dari tawanan itu adalah seorang anak perempuan Hatim, seorang
yang kebaikan dan kemurahannya telah menjadi buah bibir bangsa Arab. Ketika anak Hatim
menerangkan kepada Rasulullah saw mengenai silsilah kekeluargaannya, beliau memperlakukan
wanita itu dengan penghormatan yang besar dan sebagai hasil dari perantaraannya beliau
membatalkan semua hukuman yang tadinya akan dijatuhkan atas wanita itu sebagai tindak
balasan terhadap serangan mereka [28].

Sedemikian agung dan indahnya Akhlaq Muhammad Rasulullah saw, sebagai hamba teladan
umat manusia yang hidup sezaman dengan beliau maupun umat manusia yang hidup sesudahnya
hingga hari Qiamat, karena itu hanya ada satu syahadat pada beliau saja yang disyari’atkan
dalam agama dan wajib diikrarkan oleh setiap orang yang masuk ke dalam agama Islam, sebagai
tekad untuk mengawali dalam mengikuti dan meneladani kehidupan beliau. Adapun jaminan
bagi orang yang telah mengikrarkan syahadat itu adalah sorga, sebagaimana sabda Rasulullah
saw berikut:
Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya, maka tiada seorang pun yang bertemu
dengan kedua kalimah syahadat itu pada Hari Qiamat, kecuali ia dimasukkan kedalam sorga
karena apa yang ada di dalamnya [29]

Mukjizat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mukjizat Muhammad

Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad pun diberikan mukjizat sebelum masa kenabian
dan selama kenabian. Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an.
Selain itu, Muhammad juga diyakini oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa
penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi'raj dalam waktu tidak sampai satu hari.
Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.

Fisik dan ciri-ciri Muhammad


Aisyah dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian
Muhammad, diantaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan,[30] terurai hingga bahu.
Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya cenderung bulat dengan sepasang matanya hitam
dan bulu mata yang panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak
tangannya.

Tulang kepala besar dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu
pendek, berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus
memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.[31]

Apabila berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau
melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya secara
bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang ia adalah penutup
para nabi. Ia adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya,
paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya
pasti akan menyukainya.

Setiap orang yang bertemu Muhammad pasti akan berkata, "Aku tidak pernah melihat orang yang
sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya." Begitulah Muhammad di mata khalayak, sebab ia
berakhlak sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an,

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."(Al-Qalam: 4)


“ ”
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan
berjenggot hitam dengan uban.[32]
Dalam satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Rasulullah, yaitu: Anas bin Malik (ra)
meriwayatkan: Rasulullah saw. bertubuh sedang, bercorak kulit cerah, tidak putih sekali namun
tidak pula hitam benar. Rambut beliau dapat dikatakan lurus dan agak berombak. Allah Ta’ala
mengangkat beliau sebagai Nabi ketika berusia empat puluh tahun. Sesudah itu beliau sempat
tinggal di Mekah selama tiga belas tahun. Lalu di Madinah selama sepuluh tahun. Allah
memanggil beliau ke hadirat-Nya pada umur enam puluh tiga tahun. Saat itu baru sedikit saja
uban yang tumbuh di rambut dan janggut beliau.

Anas (ra) juga meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang; tidak tinggi benar maupun
pendek; beliau tegap. Rambut beliau tidak keritingnamun tidak pula lurus sama sekali. Warna
kulit beliau sedang, tapi cerah. beliau berjalan dengan gesit. Melangkah dengan tubuh sedikit
condong ke depan.

Bara’a bin Aazib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang, dengan tulang belikat
(pundak) yang bidang. Rambut beliau cukup tebal, panjangnya sampai batas telinga. Saya belum
pernah melihat sesuatu yang lebih menarik dari beliau

Ali Bin Abi Thalib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tidaklah tinggi; juga tidak pendek.
Telapak tangan dan kaki beliau padat berisi. Beliau memiliki kepala yang agak besar dan kuat.
Bulu-bulu halus tumbuh di dada beliau dan terus kebawah sampai pusar. Jika beliau berjalan,
melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat) dari suatu ketinggian. Saya belum pernah
melihat beliau diantara sahabat-sahabatnya, dan dari antara orang-orang yang datang sesudah
(wafatnya) beliau.

Ali bin Abi Thalib (ra) juga meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak.
Beliau tidak berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan baik
dan tegak. Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-
sendi tulang beliau kuat dan dada beliau cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki beliau.
Badan beliau tidak berbulu tebal, tapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar
beliau. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah
beliau ke orang tersebut (penuh perhatian). Diantara tulang belikat beliau “tanda” kenabian
beliau. Beliau adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling
dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang mendekati beliau akan langsung merasa
hormat dan khidmat. Dan siapa yang bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan
mencintainya. Saya belum pernah meliahat orang lain seperti beliau.

Hind bin Abi Halah (ra) telah diceritakan oleh Hasan bin Ali (ra) sebagai berikut: Rasulullah
(saw) memiliki pribadi mulia dan diakui sangat agung dalam pandangan orang yang melihatnya.
Wajah beliau bercahaya seterang bulan purnama. Beliau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kami
tapi lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepala beliau lebih besar dari rata-rata, dan rambut
beliau agak keriting (berombak). Jika dapat dikuakan (dibelah), maka beliau kuakan, Jika tidak
dapat maka beliau biarkan saja. Saat rambut beliau agak panjang, akan mencapai kuping telinga
beliau. Kulit beliau berwarna cerah dan dahi beliau lebar. Alis mata beliau lengkung hitam dan
tebal. dianta alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila beliau emosi atau bergairah.
Hidung beliau agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol
jika kita pertama kali melihatnya, padahal tidak demikian sebenarnya. Beliau berjanggut tipis
tapi penuh rata sampai di pipi. Mulut beliau sedang, gigi beliau putih cemerlang dan agak
renggang. Pundak beliau bagus dan terpasang kokoh, seperti di cor dengan perak. Anggota tubuh
beliau yang lain serba normal dan proporsional. Dada dan pinggang beliau seimbang ukurannya.
Daerah di sekitar tulang belikat beliau cukup lebar, dan terpasang dengan baik. Bagian-bagian
tubuh beliau yang tidak tertutuppun nampak bersih dan bercahaya. Kecuali bulu-bulu halus yang
tumbuh dari dada dan tumbuh sampai ke pusar. Lengan dan dada bagian atas beliau berbulu.
Pergelangan tangan beliau cukup panjang, telapak tangan beliau agak lebar serta baik telapak
tangan maupun kaki beliau padat berisi, jari-jari tangan dan kaki beliau cukup langsing. Telapak
kaki beliau cukup lengkungannya dan atasnya halus serta bagus bentuknya, sehingga saat beliau
mencucinya, maka air akan meluncur dengan cepat ke bawah. Jika beliau berjalan, beliau
melangkah dengan posisi badan agak condong ke depan, tapi beliau melangkah dengan anggun.
Langkah beliau panjang dan cepat serta terlihatseperti turun (loncat) dari suatu ketinggian. Jika
beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau memandang orang itu dengan penuh
perhatian. Pandangan beliau selalu ditundukkan sesuai aturan (dalam Alquran), dan lebih sering
melihat ke bawah dari pada ke atas. Beliau tidak pernah memelototi seseorang, pandangan mata
beliau selalu menyejukkan. Beliau juga selalu berjalan agak di belakang, terutama saat
melakukan perjalanan jauhdan beliau selalu lebih dulu menyapa orang yang ditemuinya di jalan.

Jabir bin Samurah (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) memiliki mulut yang agak lebar, di mata
beliau terlihat juga garis-garis merahnya. Dan tumit beliau langsing.

Jabir (ra) juga meriwayatkan: Saya berkesempatan melihat Rasulullah (saw) di bawah sinar
rembulan, san (saya) perhatikan pula rembulan tersebut, bagi saya beliau lebih indah dari
rembulan tersebut.

Abu Ishaq (ra) mengemukakan: Bara’a bin Aazib (ra) pernah ditanya, “Apakah rona wajah
Rasulullah (saw) cemerlang seperti pedang yang mengkilap?” Ia menjawab “Tidak! tapi lebih
mirip dengan purnama yang cerah.”

Abu Hurairah (ra) mengemukakan: Rasulullah begitu rupawan, seperti beliau dibentuk dari
perak. Rambut beliau cenderung berombak.

Abu Hurairah (ra) juga meriwayatkan: Saya belum pernah melihat orang yang lebih baik dan
lebih tampan dari Rasulullah (saw); roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah
melihat orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah beliau
ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau. Tapi beliau
tampaknya seperti berjalan santai saja.

Jabir bin Abdullah (ra) meriwayatkan, Rasulullah (saw) pernah bersabda: Aku menyaksikan
pemandangan (rohani) tentang para nabi. Diantaranya, Musa (as). Beliau (Musa as)
berperawakan langsing seperti orang-orang dari suku Shannah; dan aku menyaksikan Isa ibnu
Maryam (as) yang mirip dari antara orang yang pernah saya lihat, yaitu Urwah bin Mas’ud (ra)
dan aku melihat Ibrahim (as), beliau sangat mirip dengan sahabatmu ini (maksudnya diri beliau
sendiri), saya juga melihat malaikat Jibril yang mirip dengan Dehya Kalbi”
Said al jahiri (ra) meriwayatkan: Saya pernah mendengar Abu Taufik (ra) berkata: “Sekarang ini
tidak ada lagi yang tinggal (masih hidup) yang pernah melihat diri Rasulullah, kecuali saya.”
Maka saya (Said ra) berkata padanya: “Gambarkanlah kepadaku.” Ia menjawab, “Rasulullah
(saw) itu roman mukanya sangat cerah dan perawakannya sangat baik.

Ibnu Abbas mengatakan: Gigi depan Rasulullah (saw) agak renggang (tidak terlalu rapat) dan
jika beliau berbicara tampak putih berkilau. [33]

Pernikahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pernikahan Muhammad

Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat
mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama
25 tahun hingga Khadijah wafat.[34] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[35][36] sehingga
saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.

Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia
menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad
akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa
wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup
sepeninggal Muhammad.

Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu
dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan
penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang
menekankan perkawinan dengan perawan).[37]

Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu


Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk
menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya
hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang
diutus Allah kepada kaum Bani Israil.

Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan
Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah
(QS 21:25).

Anda mungkin juga menyukai