Anda di halaman 1dari 25

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

MERIT SYSTEM DALAM MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL


Oleh:
Arief Daryanto

Abstract
Government officials in Indonesia are required to continuously improve their services
quantitatively and qualitatively to increase the country competitiveness and public se ctor
management quality. Common stereotype about low government official performance
implies that they are not yet capable of proliferating their productivity. Working motivation
is needed to produce high working spirit to provide excellent service to the community. A
system which can generate high working motivation based on result oriented organizational
values and fair and accurate merit system performance evaluation are required. This paper
is aimed at opening the thinking paradigm about merit system in managing government
officials to increase their productivity, quantitatively and qualitatively.
Keywords: Merit System, Civil Service (PNS), Competitiveness, Performance Appraisal,
Competency, Merit Pay

A. PENDAHULUAN dengan per-kembangan dan tuntutan


kontemporer seperti globalisasi atau
Perbaikan kinerja aparat pelayanan liberalisasi perdagangan, good governance,
publik merupakan salah satu isu penting profesionalisme, transparansi, akuntabilitas,
dalam reformasi administrasi publik di penegakan etika dan moral dalam
berbagai negara, termasuk Indonesia. penyelenggaraan pelayanan publik
Tuntutan per-baikan kinerja aparat publik (Milakovich and Gordon, 2007).
semakin besar jika dikaitkan dengan upaya
Pemerintah untuk meningkatkan dayasaing Beberapa indikator yang mencermin-
negara dalam persaingan global (Balfour, kan buruknya potret kinerja aparat pelayanan
1997). Daya saing suatu negara ditentukan publik (yang sebagian besar dilayani oleh
oleh kinerja per-ekonomian, tingkat efisiensi Pegawai Negeri Sipil atau PNS) di Indonesia,
pemerintah, efisiensi bisnis dan kualitas antara lain ditunjukkan oleh pelayanan yang
infrastruktur yang tersedia di negara tersebut. bertele-tele dan cenderung birokratis; biaya
Berdasarkan World Competiveness yang tinggi (high cost economy; pungutan-
Scoreboard 2007 yang diterbitkan oleh IMD, pungutan tambahan, perilaku aparat yang
peringkat Indonesia daya saing Indonesia lebih bersikap sebagai pejabat ketimbang
mengalami penurunan (decelerating abdi masyarakat; pelayanan yang
performance) dari urutan 52 pada tahun diskriminatif; mendahulukan kepentingan
2006 menjadi urutuan ke 54 pada tahun pribadi, golongan atau kelompok, termasuk
2007. Sedangkan dalam laporan daya saing kepentingan atasannya ketimbang
global yang dirilis Forum Ekonomi Dunia kepentingan publik; adanya perilaku malas
(The World Economic Forum/WEF) pada dalam mengambil inisiatif di luar peraturan;
Oktober 2007, Indonesia duduk di posisi ke- masih kuatnya kecenderungan untuk
54, atau turun empat poin dari posisi akhir menunggu petunjuk atasan; sikap acuh
tahun lalu di peringkat ke-50. Perbaikan terhadap keluhan masyarakat; lamban dalam
kinerja aparat pelayanan publik juga memberikan pelayanan; kurang berminat
merupakan suatu keharusan jika dikaitkan dalam men-sosialisasikan berbagai

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

peraturan kepada masyarakat, dan prestasi kerja pegawai baik saat ini maupun
sebagainya. di masa mendatang.
Sumberdaya manusia (SDM) me-
rupakan faktor utama yang strategis dalam PENUTUP: STRATEGI PENERAPAN
meningkatkan kemampuan bersaing (com- MERIT SYSTEM
petitive) dan bertahan (defensive) bagi Kemajuan suatu bangsa tidak hanya
institusi/organisasi di era globalisasi saat ini. tergantung pada sumberdaya alam yang
Pfeffer (1996) mengemukakan bahwa pada dimiliki, namun lebih ditentukan oleh
kompetisi global hanya ada satu landasan kemampuan bangsa tersebut dalam
untuk mencapai keunggulan bersaing bagi mengelola sumberdaya dengan baik. Untuk
institusi/organisasi, yaitu bagaimana me- mengelola sumberdaya secara tepat dan
ngelola faktor SDM tersebut. Oleh karena itu, baik mutlak diperlukan SDM yang berkualitas.
pengembangan kualitas SDM diperlukan PNS sebagai SDM yang bertugas melayani
dalam dinamika persaingan, dinamika pasar kepentingan publik sudah semestinya
serta dinamika teknologi yang terus memiliki kualitas yang baik agar mampu
berkembang. menjalankan tugasnya secara tepat dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan benar. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
salah satu SDM yang memerlukan yang mampu meningkatkan produktivitas
penerapan sistem penilaian kinerja (prestasi dan prestasi kerjanya. Sistem penggajian
kerja) melalui merit system. Mengingat, dengan merit system diyakini merupakan
keberadaan PNS sangat dibutuhkan dalam salah satu alternatif sistem penggajian yang
rangka pemberian pelayanan umum kepada dapat memacu prestasi dari PNS tersebut.
masyarakat. PNS sebagai aparatur negara Dengan sistem penggajian yang baik
masih memiliki kinerja yang rendah. Hal ini diharapkan mampu menciptakan Good
didasarkan pada kompetensi dan Corporat Governance (GCG). Penerapan
produktivitas PNS yang masih rendah dan GCG ini akan memberikan harapan karena
perilaku yang rule driven, paternalistik dan merupakan suatu penyelenggaraan mana-
kurang profesional. Menurut laporan World jemen pembangunan yang solid dan ber-
Bank (2006), pegawai negeri sering mencari tanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
alasan atas kinerja yang buruk, absensi dan demokrasi dan pasar yang efisien, peng-
praktek-praktek korupsi dengan menyatakan hindaran salah alokasi dana investasi, dan
bahwa mereka tidak dibayar dengan cukup. pencegahan korupsi baik secara politik
Hal ini pun diperkuat dengan kajian yang maupun administratif, menjalankan disiplin
dilakukan oleh Bappenas (2004), sistem gaji anggaran serta penciptaan legal and political
PNS hingga saat ini tidak framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
mempertimbangkan kebutuhan hidup layak
dan prestasi kerja. Disamping itu, sistem Dalam menerapkan merit system pada
penggajian belum tegas mempertimbangkan manajemen PNS beberapa hal yang harus
pegawai dengan tingkat pendidikan, prestasi, diperhatikan antara lain pertama, langkah
produktivitas tinggi dan displin yang tinggi. awal dalam penerapan penggajian merit
Saat ini PNS dengan kedudukan struktural system, pihak manajemen perlu
yang sama, produktif atau tidak produktif memperhatikan bahwa dalam pemberian gaji
dipastikan memiliki gaji yang sama apabila tidak terlepas dari pada penilaian terhadap
mempunyai golongan, masa kerja dan tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan
ruangan pangkat yang sama. Kondisi ini disemua unit kerja, sehingga penilaiannya
akan menurunkan semangat kerja dan adalah orang-orang yang mengetahui

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

dengan benar apa yang dikerja-kan tegaknya hukum dan bersedia memberikan
karyawan yaitu atasan langsung dan sebagai pertanggungjawaban terhadap publik (public
bahan pertimbangan penilai dapat accountibility) secara teratur.
melakukan konfirmasi kepada bagian lain Keenam, diperlukan pengawasan
yang terkait dengan pekerjaan dan karyawan yang ketat dalam menerapkan merit system
yang dinilai. dimana pemerintah perlu membentuk tim
Kedua, untuk mensejahterakan PNS merit system sehingga dapat berjalan secara
pemerintah seyogyanya juga memperhatikan efektif. Penerapan merit system juga akan
kemerataan penghasilan. Sudah efektif bila terdapat komitmen penuh dari
sepantasnya pemerintah meningkatkan segenap pihak, yaitu pimpinan dan pegawai
standar gaji PNS dengan standar yang layak, (PNS) institusi/organisasi.
dengan demikian kesenjangan akan lebih Beberapa hal-hal lain yang perlu juga
dapat diminimalisir dan kesejahteraan pun diperhatikan dalam mencapai keefektifan
dapat diperoleh. Ketiga, dalam perhitungan penerapan merit system, di antaranya
penentuan formula penggajian PNS, perlu adalah pertama, menetapkan pagu atau
diperhatikan juga tingkat inflasi/kemahalan target prestasi kerja; kedua mengembangkan
antara lain dengan membuat indeks untuk sistem penilaian karya pegawai yang
dijadikan dasar bagi penyesuaian gaji dan berfokus pada kekhasan jabatan,
tunjangan. berorientasi pada hasil kerja serta penilaian
Keempat, penggajian untuk PNS oleh lebih dari satu penilaian atau multi
seharusnya dibuat standar tertentu, artinya raters; ketiga, memberikan pelatihan
bisa saja dalam golongan yang sama tetapi penilaian prestasi kerja kepada para
memiliki gaji yang berbeda disesuaikan pimpinan unit kerja serta pegawai umumnya
dengan beban kerjanya sehari-hari. Kalau terampil menilai prestasi kerja pegawai serta
ada PNS yang malas-malasan maka gajinya menguasai seni penyampaian umpan balik
akan lebih kecil dari yang memiliki tanggung tentang kondisi nyata prestasi kerja yang
jawab yang besar, walaupun golongannnya berhasil dicapai sehingga pada masa
rendah. Dengan demikian produktifitas PNS mendatang memungkinkan untuk dicapainya
akan lebih baik terhadap pelayanan terhadap prestasi kerja pegawai yang lebih baik.
masyarakat. Di Indonesia saat ini gaji tidak Keempat, membakukan pemberian peng-
didasarkan atas kinerja tetapi tanggung hargaan berdasarkan prestasi kerja yang
jawab, sedangkan tanggung jawab tidak berhasil dicapai oleh setiap pegawai. Kelima,
selalu terkait dengan kinerja. Disamping itu menggunakan skala kenaikan penghasilan
setiap instansi diberikan kewenangan penuh yang besar dan bernilai signifikan.
untuk memberikan reward dan punishment
terhadap pegawai dibawahnya sesuai
ketentuan yang berlaku. Reward dan DAFTAR PUSTAKA
punishment tersebut tidak hanya berlaku
untuk bawahan saja melainkan juga untuk Anthony, W.P. et al,. 1996. Strategic Human
pimpinan. Resources. Second Edition. The
Kelima, reward yang diberikan kepada Dryden Press.
PNS yang memiliki prestasi kerja seharusnya Balfour, D.L. 2005. Reforming the Public
dilakukan dengan transparan sehingga Service: The Search for a New
memiliki sikap kompetisi antar departemen Tradition, Public Administration
dalam memberikan pelayanan, mendorong Review, Vol. 57, No. 5, pp 439-462.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Bappenas, 2004. Laporan Kajian Sistem


Remunerasi PNS. Bappenas, Jakarta.
Bank Dunia, 2006. Pelayanan Publik:
reformasi yang Sama-sama Menang.
Indonesian Policy Brief.
Hasibuan, M. S.P. 2003. Manajemen
Sumberdaya Manusia. CV Haji
Masagung, Jakarta.
Hickman, G.R. and Lee, D.S. 2001.
Managing Human Resources in the Public
Sector: A Shared Responsibility, Harcourt
College Publisher, Fort Worth.
Milakovich, M. E. and Gordon, G.J. 2007.
Public Adminstration in America., 9th
edition, Thomson Wadsworth, Belmont.
Moon, P. 1993. Penilaian Karyawan. Seri
Manajemen No. 158. Lembaga PPM
dan PT. Binaman Pressindo. Jakarta.
Pfeffer, M. 1996. Competitive Advantage
Through People: Unleashing the
Power of the Workforce, Harvard
Business School Press, MA
Simamora, H. 1995. Manajemen
Sumberdaya Manusia. Bagian
Penerbitan STIE YKPN Yogyakarta.
Rao, T.V. 1992. Penilaian Prestasi Kerja:
Teori dan Praktek, Penerjemah: Ny.
Mulyana L. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta
Woodard, C.A. 2005. Merit by Any Other
Name: Reframing the Civil Service
First Principle, Public Administration
Review Vol 65, No. 1, pp 109-116.
Wungu, Jiwo. 2003. Tingkatkan Kinerja
Perusahaan Anda Dengan System Merit. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN


PEMERINTAH DAERAH
Oleh:
Ambar Teguh Sulistiyani dan Evi Sukmayeti

Abstract
Recently, beaurocratic reformation creates a new political condition for many aspects in governmental development.
Especially, public services and political participation increase in the autonomy. Government has agenda to implement
compulsory affairs independenly. Government has a program to increase good public services of civil servants.
Functional career as part of civil servants is necessary to improve personnel’s capacity with functional career
development. There are four aspects to develop functional career. The aspects are legalistic, technical, economic
and public needs.

Kata kunci: Pengembangan, jabatan fungsional, karir fungsional


A. MANAJEMEN SDM DALAM KONTEKS teoritis dengan seni implementasi yang
OTONOMI DAERAH seringkali dijumpai gap. Aplikasi fungsi-
fungsi MSDM di lingkungan pemerintah
Pelaksanaan otonomi daerah daerah juga terjadi gap jika dibandingkan
memberi-kan konsekuensi legal bagi daerah dengan idealisme teoritis. Secara teoritis
dalam mengatur rumah tangganya sendiri. pemerintah daerah memiliki hak untuk
Dengan adanya kebijakan otonomi daerah melaksanakan fungsi-fungsi MSDM mulai
terdapat pembagian kewenangan secara dari pengadaan hingga pem-berhentian kerja,
jelas, yang selanjutnya implikasi yuridis atas namun realisasinya ternyata ada fungsi yang
kebijakan ini bermuara pada semakin masih dikendalikan oleh pemerintah pusat
eksisnya urusan wajib daerah. Ketentuan misalnya dalam penetapan jabatan. Untuk
legal tersebut menjadikan setiap daerah menjembatani gap yang terjadi antara hak
harus mampu melakukan manajemen dalam implementasi fungsi-fungsi MSDM pada level
penyelenggaraan urusan wajib secara pemerintah daerah, maka diberikan celah
memadai. Sedangkan untuk me-laksanakan untuk menciptakan konsep tambahan seperti
urusan wajib tersebut perlu didukung suatu pemberian tunjangan transportasi, insentif,
komponen yang dapat memotori sistem penghargaan yang tentunya masih
penyelenggaraan urusan wajib secara efektif. dalam batas-batas legal yang ada. Namun
Komponen penting ini tidak lain adalah demikian celah tersebut tentu bukan
sumber daya manusia berupa pegawai merupakan kompensasi atas hak
pemerintah daerah. SDM pegawai manajemen SDM yang sepadan. Sedangkan
diharapkan mampu menjalankan tugas bentuk manajemen SDM tersebut dijadikan
pokok dan fungsi (tupoksi) terkait dengan sebagai fasilitasi untuk manajemen
urusan wajib daerah melalui fasilitasi sistem kepegawaian baik pada wilayah struktural
manajemen SDM yang tepat. maupun fungsional.
Berkenaan dengan kebutuhan sistem Salah satu wilayah manajemen SDM di
manajemen SDM, setiap wilayah manajemen lingkungan pemerintah daerah yang penting
pemerintahan daerah diketahui telah men- saat ini adalah pengembangan kelompok
jalankan hampir semua fungsi manajemen jabatan fungsional. Inspirasi yang melandasi
Sumber Daya Manusia (SDM). Pemaknaan pentingnya pengembangan jabatan
demikian terkonsolidasi dari batasan ideal fungsional karena mengingat rumpun jabatan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

fungsional merupakan jabatan karir, DAFTAR PUSTAKA


khususnya untuk mendukung beroperasinya
mesin pelayanan di daerah. Sebagaimana Effendi, Sofian. Revitalisasi Sektor Publik
dipahami bahwa peran dan fungsi jabatan Menghadapi Keterbukaan Ekonomi
fungsional dapat mencerminkan kinerja dan Demokratisasi Politik. Pidato
pelayanan karena terkait secara langsung Pengu-kuhan Jabatan Guru Besar
dengan sistem pelayanan masyarakat yang UGM. Dibacakan pada tanggal 3
menjadi bagian dari urusan wajib daerah. Agustus 1996 di UGM, Yogyakarta.
Fungsi pelayanan publik tersebut ibaratnya
sebagai pembuluh nadi otonomi daerah, GTZ dan USAID. Pengelolaan Sumber Daya
untuk mengatur me-kanisme pelayanan Manusia. 31 Oktober 2000. GTZ Office.
secara efektif. Dengan mempertimbangkan Jakarta.
fungsi strategis jabatan fungsional
merupakan ujung tombak pe-nyelenggaraan Husnan, Suad dan Suwarsono
pelayanan pemerintah daerah dewasa ini, Muhammad. 2000. Studi Kelayakan
maka perlu dikembangkan secara tepat.
Proyek. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN.
KESIMPULAN
Yogyakarta.
Membangun dan mengembangkan sumber Lane, Jan-Erik.1995. The Pubic Sector:
daya manusia saat ini dan masa depan Concepts, Models and Approaches.
menjadi tugas wajib pemerintah daerah, Second Edition. SAGE Publications.
dengan cara mencermati dan memberikan London-Newbury Park-New Delhi.
perlakuan yang tepat. Fasilitasi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
jabatan fungsional perlu ditingkatkan, agar 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS
memperoleh perlakuan yang adil dan
proporsional, sehingga tidak menjadi Rosenbloom, David H. Public
“keranjang sampah” sekedar menjadi Administration, Understanding
alternatif pengembangan para pejabat Management, politics, and Law in The
struktural setelah mengalami kejenuhan di Public Sector. 1998. Mc Graw-Hill.
lingkungan jabatan struktural. Atas USA.
pertimbangan tersebut maka khususnya Sulistyani, Ambar Teguh dan Rosidah.
keberadaan jabatan fungsional perlu Manajemen Sumber Daya Manusia.
dikembangkan, seiring dengan ke-butuhan 2003. Graha Ilmu. Yogyakarta.
otonomi daerah yang perlu di-respons.
Sutrisno, Eko, Kepastian Karir Memberikan
Kewenangan wajib daerah terutama urusan
Suasan Kondusif Bagi Pengembangan
yang berkonotasi pelayanan publik
Profesionalitas PNS. Diakses tanggal
membutuhkan dukungan jabatan fungsional
29 September 2007 jam 13.48 dari
yang kapabel. Adapun pengembangan
www.korpri.or.id/PENGEMBANGAN%
jabatan fungsional hendaknya
20KARIER %20PNS%20EKO%20
mempertimbangkan aspek hukum, aspek
S.doc Ibid.
teknis operasional, aspek ekonomi dan
aspek kebutuhan publik. Syuhadhak, Mokhamad. Profesionalisasi
PNS Melalui Program Inventarisasi
dan Standarisasi Jabatan. Seri Kertas

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Governance. Diakses tanggal 29 September


Kerja Puslitbang BKN Vol.1 No.06 2007 jam 13.34 dari http://www.mapd-
Th.2001 ipdn.or.id/web/docs/revitalisasi.ppt?POSTNU
Undang-undang No: 43 Tahun 1999 KESID= d7f68db607be55e32e363f4
Wasisitiono, Sadu, Revitalisasi Birokrasi d91748593
Dalam mendukung Pelaksanaan Good

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE MELALUI REFORMASI SISTEM


KEPEGAWAIAN: BELAJAR DARI PENGALAMAN CHINA
Oleh:
Muhamad Adian Firnas

Abstract
In the 1980s, China began to implement a civil service to establish a market-oriented economy and foster reform of
the politico-administrative system. The Modern civil service system in China began by contructing a legal framework
and drafting general regulation to stipulate and enforce conditions about personnel and administrative system. More
than eight years have passed since China officially instituted the civil service system on October 1, 1993. Design to
promote socialism in China, the civil service is also intended to act in the broader interests of social advancement.
On the one hand, the modern civil service in China has been hampered by the need to reform the traditional cadre
system; on the other, the development of market-oriented economy has created conditions advantageous to its
development. As it continues to develop and improve, the new admininistrative-personnel management system has
demonstrated its advantages over the previous system both in theory and in practice.

A. PENDAHULUAN pemerintahan kita. Tulisan ini mencoba


memberikan suatu comparative politic
Reformasi yang sedang dijalankan dengan China, negara yang pernah
oleh bangsa Indonesia merupakan langkah menghadapi persoalan yang sama dengan
untuk mewujudkan pembaruan di segala Indonesia, bagaimana negara itu mampu
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dalam melakukan reformasi sistematis
dan bernegara dengan tujuan terbangunnya terhadap birokrasi khususnya terhadap
sistem pemerintahan negara yang sistem kepegawaiannya.
demokratis serta dihormati dan
ditegakkannya hukum dalam rangka tertib Hasil kajian yang dilaksanakan oleh
sosial masyarakat berbangsa dan bernegara. Political and Economic Risk Consultancy
Reformasi tersebut ditandai dengan proses (PERC) pada tahun 2000 dan informasi yang
demokratisasi yang semakin tumbuh dan diperoleh dari World Competitiveness Report
berkembang; perberdayaan dan peningkatan 2002 menunjukkan kondisi penerapan
partisipasi masyarakat dalam berbagai prinsip-prinsip good governance dalam
bidang; penegakan supremasi hukum; penyeleng-garaan pemerintahan di dunia.
pemberantasan korupsi, kolusi dan Dalam kajian tersebut posisi Indonesia
nepotisme; penghormatan atas hak asasi menurut indeks good governance berada
manusia, dan lain-lain. Proses pembaharuan pada peringkat ke 89 dari 91 negara yang
tersebut searah dengan kecenderungan disurve. Berikut daftar tabel peringkat
perkembangan paradigma pemerintahan dan beberapa negara di Asia berdasar-kan
pembangunan global. indeks good governance:

Salah satu isu penting dalam proses


reformasi di Indonesia adalah perwujudan
tata pemerintahan yang baik (good
governance) melalui reformasi birokrasi.
Rekam jejak birokrasi kita yang tidak Rangking Implementasi Good Governance
profesioal, tidak netral, dan sangat di Asia
paternalistik merupakan akar dari kuatnya
korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam sistem

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Negara Indeks Good World tersebut menjadikan China sebagai kawasan


Governance dengan tingkat investasi paling tinggi di Asia.
Competitivess Kunci dari prestasi yang dicapai China
Rank tersebut adalah Kaike Kaifang atau politik
pintu terbuka yang dihembuskan Deng
Singapura 4 2 Xiaoping sejak tahun 1979. Deng dengan visi
Hongkong 14 6 kreatifnya berusaha mengawinkan
Jepang 21 26 sosialisme yang sudah mendarah daging
Taiwan 27 18 dengan sisi positif kapitalisme. para
Korsel 42 28 pengamat kemudian lebih suka menyebut
Malaysia 36 29 gagasan Deng itu pada masa transisi China
China 57 33 dengan free market socialism.
Thailand 61 38 Konsekuensi dari liberalisasi ekonomi yang
Philipina 65 40 diberlakukan China adalah keharusan untuk
India 71 41 menciptakan iklim yang kondusif melalui
Indonesia 89 49 reformasi birokrasi sebagai garda terdepan
dalam tata pemerintahan China. Prestasi
Sumber : Rian Nugroho, Reinventing Pembangunan, terbesar China dalam melakukan reformasi
2003.
birokrasinya adalah keberhasilan China
Dari tabel di atas nampak bahwa untuk menekan korupsi dan power abuse
posisi China jauh lebih baik bila yang banyak terjadi pada aparatnya. Cina
dibandingkan dengan Indonesia. Yang sadar betul bahwa birokrasi adalah wajah
menarik di sini adalah meskipun China pasca pemerintah Cina. Oleh karena itu untuk
politik pintu terbuka yang diluncurkan oleh membuat China bagaikan „gadis cantik‟ yang
Deng Xiaoping relatif masih sentralistik, menjadi rebutan maka China harus
tetapi China mampu merubah kultur mempercantik wajahnya. Komitmen China
birokrasinya menjadi lebih baik dan bersih untuk melakukan perubahan terus berlanjut
dibandingkan periode sebelumnya, bahkan pada pemerintahan Jiang Zemin maupun Hu
lebih berhasil dari Indonesia yang telah Jintao. Sepanjang 2004 misalnya,
melakukan liberalisasi politik dalam pemerintah China menghukum 164.831
kehidupan berbangsa dan bernegara. pejabat karena kasus korupsi lebih dari 300
Saat ini tidak diragukan lagi, China juta dollar AS. Sebanyak 15 diantaranya
merupakan salah satu kekuatan besar di adalah menteri. Selama 6 bulan pertama
dunia. Dengan penduduk 1,3 milyar jiwa, 2007, telah 5.000 pejabat korup dijatuhi
China dikenal sebagai negara dengan hukuman. Kasus terakhir, mantan Direktur
populasi terbesar di dunia. Negeri yang Administrasi Negara untuk Makanan dan
dijuluki „Tirai Bambu‟ ini dalam bidang Obat-obatan Zheng Xiaoyu yang terbukti
ekonomi melejit pesat dengan pertumbuhan menerima suap 6,5 juta yuan (sekitar Rp 75
ekonomi di atas 7 % per tahun selama 10 milyar) dieksekusi mati.
tahun terakhir. Dengan keadaan itu China
menjadi negara yang menggiurkan para PENUTUP
investor asing. Data menunjukkan pada Liberalisasi ekonomi yang mulai
tahun 1998-2001 Foreign Direct Invesment digagas oleh pemimpin besar China Deng
(FDI) mencapai lebih dari US$ 73 milyar. Xiaoping pada awal 1980-an telah membawa
Tahun 2002 meningkat 20%. Angka-angka perubahan besar di China dan berimplikasi
terhadap tata kepemerintahan di negara itu.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Reformasi sistem pemerintahan telah DAFTAR PUSTAKA


menjadi kebutuhan seiring dengan komitmen
China untuk menerapkan sistem ekonomi Burns, J.P. 1993. Administrative Reform in
yang berorientasi pasar. Untuk menunjang China: Issues and Prospects. Inter-
sistem ini diperlukan sistem politik yang national Journal of Public
kondusif diantaranya adalah birokrasi yang Administration, Vol. 16, No.9.
sehat dan jaminan diterapkannya hukum
dengan baik. Gong, T. 1994. The Politics of Corruption
and Contemporary China. Westport,
Intinya menciptakan good governance CT: Praeger.
menjadi suatu keharusan bagi pemimpin
China. Ini tentunya tidak mudah, karena Koiman, Jan. 1993. Modern Governance:
pemerintah harus merubah sistem yang se- New Government-Society Interactions.
belumnya diadopsi dari Uni Soviet. Sistem Kuncoro, Mudrajat. 2004. Politik Reformasi
yang dianggap melanggengkan kekuasaan Ala China. Gatra.
otoritarian, dan menempatkan partai komunis
sebagai kekuatan politik yang tidak terbatas. Li, David. 1998. The Dynamics of
Institutional Change in China: the Role
Kasus-kasus yang diceritakan di atas of the Bureucracy. Institute of East
menunjukkan bahwa ternyata pemerintah Asian Studies.
China sangat serius untuk menciptakan good
governance melalui reformasi sistem ke- Liu, X.R. 1997. The Rotation of Police Chiefs
pegawaian. Keseriusan ini tidak hanya pada in Shangqiu District of Henan Province.
tingkat pusat saja, pemerintah daerah pun Mao, L. 1993. Handbook for Implementing
juga melakukan inisiatif untuk mereform the Provisional Regulations of the
sistem kepegawaian di daerahnya masing- State Civil Service. Beijing: Beijing
masing. Semangat dan komitmen itulah yang University Press.
membuat gaung reformasi kepegawaian di
Supriyadi, Gering. 2004. Membangun Good
China berhasil.
Governance Sebagai Upaya Dalam
Patut diambil pelajaran di sini, bahwa China
Mewujudkan Cita-Cita Bangsa. Jurnal
yang tidak melakukan liberalisasi politik
Kebijakan Publik dan Hubungan
ternyata jauh lebih berhasil menerapkan
Internasional, Vol. I, No.2.
good governance bila dibandingkan dengan
Indonesia yang melakukan liberalisasi Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. Good
ekonomi dan politik. Keadaan ini bisa dilihat Gover-nance: Paradigma Baru
dari indeks good governance China yang Pembangunan. Jakarta: UI Press.
lebih baik bila dibandingkan Indonesia. Xu, Z.G. 1997. The Adoption of The
Mungkin kita perlu merenung ucapan Competitive System in Appoinment of
pemimpin besar China Deng Xiaoping “ tidak Civil Servants in City of Lingjiang.
perduli tikus hitam atau putih, yang penting Zhao, L.P and Zhang Z.Y. 1997. The
bisa menangkap tikus”. Development of Civil Servants Dismissal
System in the City of Qingdao.

SISTEM KEPEGAWAIAN DI JEPANG:

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

APA YANG BISA DIPETIK UNTUK SISTEM KEPEGAWAIAN DI INDONESIA?


Oleh:
Herman

Abstract
One of the discussion of comparative public administration is about comparative of civil service system. This article
compare between Japan and Indonesian civil service system, and to find some good lessons for Indonesian civil
service system. Total staff of number law, independent institution that responsibility for civil system, recruitment
based on merit, promotion based on performance, and salary system based on workload, responsibility, and work
complexity are positive learning to develop Indonesian civil servive system.
Keywords: Civil service, performance, merit system

A. PENDAHULUAN berkepentingan, minimal bisa membuat


perbandingan secara teoritis.
1. Latar Belakang Secara umum tulisan ini adalah
Topik yang diangkat dalam tulisan ini membandingkan dua sistem kepegawaian
bertitiktolak dari pemahaman bahwa diskusi antara Jepang dan Indonesia untuk
tentang perbandingan administrasi publik kemudian mencari benang merah sebagai
berarti berdiskusi tentang sistem pelajaran positif bagi sistem kepegawaian di
kepegawaian (civil service) khususnya Indonesia. Namun demikian, tulisan singkat
pegawai negeri sipil (PNS). Buku ini hanya membahas beberapa
“Comparative Public Adminis-tration” yang subkomponen dari sistem kepegawaian yang
diedit oleh J.A. Chandler yang di dipandang penting dan memiliki perbedaan
dalamnya membahas perbandingan krusial dengan sistem kepegawaian di
administrasi negara dari sembilan negara, Indonesia. Selain itu, untuk konteks
tema the civil service selalu dibahas pada Indonesia yang diperbanding-kan adalah
urutan ketiga setelah budaya politik (political sistem kepegawaian PNS-nya.
culture) dan kerangka konstitusional
(constitutional framework). Hal ini PENUTUP: APA YANG DAPAT DIPETIK
menandakan bahwa the civil service UNTUK SISTEM KEPEGAWAIAN DI
merupakan salah satu komponen penting INDONESIA?
dalam pembahasan tentang perbandingan Setelah secara sekilas menguraikan
administrasi publik. Hal kedua adalah, jika sistem kepegawaian dan membuat matriks
dicermati secara seksama, Jepang adalah perbandingan antar kedua negara tersebut,
satu-satunya negara di luar Eropa dan maka pertanyaan penutup dalam tulisan ini
Amerika yang dijadikan sampel bahasan adalah ”pelajaran apa yang dapat
dalam buku Chandler tersebut. Ini dapat dipetik dari sistem kepegawaian Jepang
dimaknai bahwa sistem administrtasi publik untuk Indonesia”? Banyak hal yang dapat
included sistem kepegawaiannya dibuat pelajaran untuk perbaikan sistem
“layak“ untuk dijadikan model ketika men- kepe-gawaian khususnya bagi PNS di
diskusikan tentang perbandingan Indonesia, antara lain sebagai berikut:
administrasi publik di dunia. Hal ketiga
adalah berkaitan dengan alasan subjektif Pertama, bahwa di Jepang ada ke-
bahwa tulisan singkat ini dapat memberikan bijakan untuk mengontrol jumlah pegawai
nilai manfaat bagi semua pihak yang dengan total staf number of law berdasarkan
analisis kebutuhan pegawai. Pada tataran

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

yang sama sebenarnya di Indonesia pernah data based calon-calon yang pantas
dibuat kebijakan zero growth bahkan diangkat menjadi PNS, dan instansi tinggal
minus growth untuk mengendalikan memanfaatkannya. Hal ini dapat mengurangi
jumlah PNS yang diasumsikan praktik-praktik KKN. Sudah saatnya
sudah ”kelebihan”. Namun dalam praktiknya, menggunakan strategi jemput bola untuk
kebijakan ini tidak dibarengi dengan merekrut calon-calon pegawai dari lulusan
perencanaan SDM aparatur yang kom- universitas terbaik, kalau perlu dengan
prehensif dan sistematis dengan komitmen model fast track.
yang tinggi dari para pemimpin. Bahkan Keempat, promosi pegawai
dalam perkembangannnya saat ini hendaknya didasarkan pada kinerja, bukan
pemerintah justru membuat kebijakan yang semata-mata senioritas masa kerja
kontraproduktif terhadap penciptaan visi (kepangkatan). Senioritas hendaknya
kepegawaian, yaitu PNS yang profesional jangan dipandang sebatas lamanya mereka
dan kompeten, yaitu dengan adanya bekerja menjadi PNS, tetapi juga dikaitkan
kebijakan pengangkatan tenaga honorer, dengan kapabilitas atau senioritas
bahkan sekarang Sekdes. Inilah yang akademiknya.
menurut Prof. Miftah Thoha suatu birokrasi
yang sangat besar di dunia. Kelima, hendaknya sistem penggajian
PNS didasarkan pada beban kerja,
Kedua, untuk menunjang profesi- tanggung-jawab, kompleksitas pekerjaan
onalisme dan kompetensi pegawai negeri, yang men-jamin keadilan internal dan
NPA sebagai lembaga khusus yang ber- eksternal. Sistem penggajian hendaknya
tanggungjawab terhadap sistem terus disesuaikan dengan perkembangan
kepegawaian bersifat independen dan netral berdasarkan survei gaji. Jadi ada sistem
dari pengaruh politik. Lembaga ini penggajian secara baku.
seharusnya juga terdapat di Indonesia yang
tidak dipengaruhi oleh suatu kementerian Keenam, pelaksanaan diklat
tertentu. Selain itu, NPA adalah satu-satunya hendaknya mempunyai korelasi dengan
lembaga pemerintah pusat yang karier sese-orang, dan seharusnya pegawai
bertanggungjawab terhadap yang diikutsertakan dalam diklat karena
terselenggaranya manajemen pegawai sebagai pengahargaan berdasarkan pada
negeri, tidak seperti di Indonesia ada BKN, prestasi kerja yang dicapainya.
Menpan, LAN, dan Depdagri yang tugas Ketujuh, reformasi kepegawaian
pokok dan fungsinya kerap overlapping. hendaknya dilaksanakan secara kompre-
Ketiga, rekrutmen pegawai berdasar- hensif dengan konsep yang jelas
kan sistem merit yang mengutamakan berdasarkan kerangka dan basic design
kompetensi dan dilaksanakan dengan proses yang jelas dan terukur.
eksaminasi secara terbuka dan kompetitif.
Seharusnya rekrutmen PNS dilaksanakan
berdasarkan merit system dengan fokus
pada kompetensi, bukan basis pendidikan.
Yang perlu digarisbawahi bahwa rekrutmen
pegawai dilaksanakan secara terpusat oleh
NPA dan membuat daftar calon yang DAFTAR PUSTAKA
memenuhi syarat, sementara instansi
pengguna mengambil dari calon-calon yang
telah diseleksi oleh NPA. Jadi ada semacam

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Tim Peneliti BKN, 2000, Inventarisasi Data Chandler, J.A., 2000. “Comparative Public
Kepegawaian Instansi Pemerintah, Administration”, Routledge,
Jakarta. Wikipedia. Htttp://www.wikipedia.org.

PERKEMBANGAN SISTEM KEPEGAWAIAN NEGARA:


Perspektif Komparatif Amerika Serikat dan Indonesia
Oleh:
Janry Haposan U. P. Simanungkalit

Abstract
The role and position of civil service system really essential, strategic, and as critical success factor in every state
bureaucracy. Pros and cons bureaucracy of a state really being regarded by quantity and also quality of civil service.
Therefore, bureaucracy ability to do reform in order to improve comprehensively and continuously really been
charged, that one of its is by learning best practices to civil service reform various state. This article seeks to advance
the analysis of developing civil service system in comparability perspective among United States of America and
Indonesi, beginning of developing civil service system of each state, position/job classification, recruitment and
selection, promotion/carrier, remuneration, and training and development. At the end of this article as lesson learned
to Indonesian is recommended some critical notes that needs and have to expedited civil service reform for the future.

Keywords: Civil Service System, Reform, Promotion/Carrier, Remuneration, and Training and Development, Merit
System, United States of America, Indonesia.
A. PENDAHULUAN (human), yang memiliki karakteristik unik dan
kepribadian aktif, mulai dari permasalahan
Latar Belakang yang terkait dengan kebutuhan dasar,
perlakuan yang wajar dan adil,
Sistem Kepegawaian Negara (Civil
Service System) memiliki peranan dan pengembangan diri dan emosional,
kedudukan yang esensial dan strategis pengembangan karir, dan lain-lain. Hal
dalam birokrasi di setiap negara. Hal tersebut menuntut perhatian khusus dan
tersebut dilatarbelakangi paling tidak oleh serius terhadap upaya-upaya peningkatan
beberapa fakta sebagai berikut (Prasojo, potensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam
2007): tubuh birokrasi yang dapat mengakomodasi
1. Keberhasilan pembangunan beberapa seluruh permasalahan yang melingkupinya.
negara terletak pada usaha sistematis Berdasarkan pada uraian tersebut di
dan sungguh-sungguh untuk atas dapat dinyatakan bahwa Kepegawaian
memperbaiki Sistem Kepegawaian Negara (PNS) dapat disebut sebagai critical
Negara. success factor dalam proses penyeleng-
2. Kepegawaian Negara merupakan faktor garaan pelayanan dan pemerintahan yang
dinamis birokrasi yang memegang sedang dan akan berlangsung. Baik
peranan dan penyelenggaraan peme- buruknya birokrasi suatu negara sangat
rintahan. dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas
kepegawaian negaranya. Oleh karena itu,
Selain itu, menurut Bekke et al. (1996)
kemampuan birokrasi untuk melakukan
bahwa pembahasan tentang Kepegawaian
reformasi kepegawaian negara secara
Negara didominasi oleh keterlibatan manusia

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

komprehensif sangat dituntut, antara lain dan memiliki relevansi dengan situasi dan
mencakup struktur, norma, nilai, dan regulasi kondisi di Indonesia.
kepegawaian pada masing-masing negara, Sehubungan dengan itu, perbandingan
sehingga mampu menghadapi kompleksitas sebagai bahan pembelajaran (lesson
dinamika ling-kungan lokal, nasional, dan learned) dalam tulisan ini adalah membahas
global, serta dalam rangka pemenuhan tentang perkembangan Sistem Kepegawaian
aspirasi dan kebutuhan masyarakatnya yang Negara di Amerika Serikat dan pelajaran apa
selaras dengan tujuan pembangunan yang dapat dipetik bagi Indonesia. Pemilihan
nasional. negara Amerika Serikat dalam studi ini
Dalam konteks Kepegawaian Negara didasari oleh tingkat daya saing
di Indonesia, hingga kini, perwujudan (competitiveness) negara tersebut jauh
reformasi Kepegawaian Negara terus- berada di atas Indonesia, sehingga banyak
menerus di-upayakan, meskipun belum hal yang dapat dipelajari dari negara tersebut
membuahkan hasil yang sesuai dengan dan feasible untuk dijadikan sebagai
harapan. Menurut Kasim (2005), meskipun benchmarking guna pemantapan
secara formal reformasi pemerintahan sudah pelaksanaan Reformasi Kepegawaian
menjadi lebih demokratis, tetapi perilaku Negara Indonesia di masa mendatang. Di
pegawai negeri masih banyak dipengaruhi samping itu, hal yang menarik untuk
oleh budaya organisasi lama yang bersifat diperhatikan adalah bahwa baik yang
elite dan sarat dengan nilai-nilai primordial, mendukung maupun yang mengkritik
seperti: seringkali merujuk pada Amerika Serikat
melebihi acuan pada negara maju lainnya
1. Perilaku PNS masih “rule driven” dan (Muluk, 2003).
paternalistic.
2. PNS sebagai alat pemerintah daripada
sebagai pelayan masyarakat. PENUTUP
3. Sistem manajemen kinerja yang tidak Secara menyeluruh, terdapat per-
efektif. bedaan dan sedikit persamaan antara
4. Kurang profesional dan kompetensi yang perkembangan Sistem Kepegawaian Negara
rendah. antara Amerika Serikat dan Indonesia. Hal
tersebut berbanding lurus dengan perjalanan
5. Kompensasi yang kurang menarik sejarah dalam implementasi Sistem Ke-
(kurang kompetitif dan kurang adil). pegawaian Negara masing-masing, dimana
Masih banyaknya permasalahan yang perjalanan sejarah perkembangan Sistem
melingkupi Kepegawaian Negara di Kepegawaian Negara Amerika Serikat jauh
Indonesia sebagaimana yang telah lebih panjang/lama dan bervariatif dibanding-
dikemukakan sebelumnya mengharuskan kan dengan Indonesia, yang baik langsung
agar upaya-upaya Reformasi Kepegawaian maupun tidak langsung dipengaruhi oleh
Negara dalam rangka perbaikan perjalanan sejarah birokrasi di masing-
(improvement) haruslah dilakukan secara masing negara tersebut.
berkesinambungan (continuously). Salah
Belajar dari pengalaman Amerika
satu upaya yang dapat dilakukan adalah
Serikat dalam perkembangan Sistem
melalui pembelajaran dari berbagai keber-
Kepegawaian Negara-nya, maka beberapa
hasilan negara lain (best practices) dalam
hal yang perlu dijadikan agenda prioritas
melakukan Reformasi Kepegawaian Negara
dalam rangka percepatan reformasi
di negara yang bersangkutan, yang sesuai

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

kepegawaian Indonesia ke depan adalah 5. Penyusunan Grand Design Sistem


sebagai berikut: Pelatihan dan Pengembangan (Training
and Development) pegawai, yang terkait
1. Perubahan Struktur Kelembagaan Mana-
dengan Sistem Pengambangan Karier
jemen PNS yang lebih berorientasi pada
pegawai.
profesionalisme, yakni melalui Analisis
Jabatan dan Evaluasi Jabatan dengan 6. Guna mewujudkan hal-hal tersebut di
berlandaskan pada prinsip rightsizing atas, maka perlu dipersiapkan beberapa
(berbasis pada kebutuhan pegawai). persyaratan (pra-kondisi) yang harus
Selama ini, jumlah PNS yang banyak dipenuhi, meliputi ketersediaan:
namun “tidak cukup”, sehingga sulit a. Klasifikasi Jabatan PNS.
untuk melakukan penempatan pegawai. b. Standar Kompetensi Jabatan PNS
Selain itu, Komisi Kepegawaian Negara (seluruh jenis jabatan) dan Standar
(KKN) yang telah secara jelas dan tegas Penilaian Kinerja PNS yang Obyektif,
diatur di dalam UU Nomor 43 Tahun yang didukung oleh Assessment
1999 yang hingga kini masih belum Center yang memadai.
dibentuk agar dapat sesegera mungkin c. Penerapan Manajemen
direalisasikan, guna mempercepat Kepegawaian Negara yang berbasis
proses reformasi Kepegawaian Negara pada Teknologi Informasi dan
di Indonesia. Komunikasi (e-Govern-ment), guna
2. Perubahan Sistem Rekruitmen dan mengantisipasi dan merespon
Seleksi yang lebih terbuka berbasis pada berbagai perubahan lingkungan yang
kesatuan dan persatuan bangsa, sebagai terjadi, baik lokal, nasional, maupun
pengganti atas Sistem Rekruitmen dan global.
Seleksi selama ini yang bernuansa d. Perubahan Budaya Manajemen PNS
egoisme ke-Daerah-an (“Putera Daerah”), yang berbasis pada Good
yang dapat menghambat mobilisasi Governance, yang didukung oleh
pegawai, bahkan dapat mengancam Code of Ethics dan Code of Conduct
persatuan bangsa. yang mengatur Perilaku PNS secara
3. Perubahan Sistem Promosi/Karier menyeluruh dan komprehensif.
pegawai agar berbasis pada kompetensi
dan kinerja pegawai, sebagai pengganti
Sistem Promosi/Karier selama ini yang
dominan mengandalkan “kedekatan”
dengan BAPERJAKAT.
4. Perbaikan Sistem Remunerasi (Remu-
neration) pegawai yang adil dan layak,
baik secara internal dan eksternal
(kompetitif), sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan disiplin serta
kesejahteraan PNS dan keluarganya.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

REFERENSI Gordon, J. G. 1982. Public Administration


in America. 2nd Edition. St. Martin‟s
Press, New York.
Bekke, H. A. G. M., Perry, J. L. & Toonen,
T. A. J. 1996. Civil Service Systems: Heady, F. 1991. Public Administration: A
In Comparative Perspective. Indiana Comparative Perspective. 4th Edition.
University Press, Bloomington. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
Chandler, J. A. 2000. Comparative Public New Jersey.
Administration. University Press, Badan Kepegawaian Negara Republik
Cambridge. Indonesia. Himpunan Peraturan
Cipto, B. 2003. Politik dan Pemerintahan Kepegawaian Republik Indonesia.
Amerika. Lingkaran, Yogyakarta. Buku I – VII. BKN, Jakarta.

Farazmand, A. 1991. Handbook of Compa- Hadi, P. 2007. Manajemen Pegawai Negeri


rative and Development Public Sipil Dalam Kerangka Negara
Administration. Marcel Dekker, Inc., Kesatuan Republik Indonesia. Buletin
New York. Badan Kepegawaian Negara. Edisi
Khusus, Mei 2007.
Henry, N. 1988. Administrasi Negara.
Terjemahan. Rajawali Pers, Jakarta.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

SELEKSI PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL


DALAM JABATAN STRUKTURAL
Oleh:
Ajib Rakhmawanto

Abstract
The new paradigm of Indonesia civil service operates by adhering to the standard of appointing people with a merit
standard. For a long time, appointing people on the basis of merit was basic principle of the promoting employees in
Indonesia civil service system. PP Nomor 100 Tahun 2000 endorcement of the principless of openness, fairness,
competition and selecting the best. This regulations requires using examinations for entry level positions.
Unfortunately, some local goverments have not taken the requirement even futher by using competition as a
mechanism to fill upper-level positions as well.

Key words: Civil Service Performance, merit system, competence, proffesional officer
A PENDAHULUAN dapat memberikan keberhasilan organisasi.
Dalam organisasi publik SDM yang berperan
Peran Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aparatur negara, yaitu Pegawai
bagi organisasi, baik privat maupun public Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di berbagai
memiliki posisi sangat strategis. instansi pemerintahan.
Keberhasilan suatu organisasi sangat
ditentukan oleh kualitas orang-orang yang Adanya perubahan lingkungan
bekerja dalam organisasi tersebut. strategis dari fenomena globalisasi, telah
Pengelolaan SDM sebaiknya tidak hanya menimbulkan paradigma baru pada semua
dilakukan secara administratif semata, tetapi aspek ke-hidupan manusia dalam berbangsa
yang lebih urgen justru bagaimana suatu dan bernegara. Perubahan tersebut akan
organisasi akan mampu mengembangkan mem-berikan dua sisi dampak yang berbeda,
potensi SDM supaya lebih potensial dan satu sisi menimbulkan dampak yang negatif
berkualitas. Kenyataan ini menuntut bahwa satu sisi lainnya menimbulkan dampak yang
setiap organisasi sangat membutuhkan positif. Sisi positif paradigma baru dan
adanya SDM yang punya kompetensi globalisasi telah memunculkan tuntutan bagi
dibidangnya, dan berkinerja tinggi. Kinerja masyarakat Indonesia pada tahun 1998,
pegawai dalam penyelesaian pekerjaan yaitu reformasi disegala bidang. Sedangkan
merupakan kunci produktivitas, karena dalam birokrasi pemerintahan adanya suatu
kinerja adalah merupakan hasil dari pegawai gagasan tentang “reformasi birokrasi”.
yang didukung oleh sumber daya lainnya Tuntutan reformasi birokrasi lebih banyak
dan secara bersama-sama akan membawa disebabkan oleh banyaknya kesan atau citra
hasil akhir bagi tujuan organisasi. buruk dari pada birokrasi itu sendiri, mulai
Sedangkan kompetensi merupakan dari sisi lembaganya yang gemuk, kuantitas
kewenangan bagi setiap individu untuk pegawainya yang besar, sampai dengan
melakukan tugas sesuai dengan peranannya kualitas pegawainya yang dinilai rendah dan
dalam organisasi yang relevan dengan tidak profesional. Kemudian komposisi
ketrampilan, keahlian, pengetahuan, dan birokrasi pemerintahan yang dinilai kuno
kemampuanya. Oleh karena itu penge-lolaan sangat feodalistik, belum ditata sesuai
SDM dengan pola pengembangan SDM dengan kaidah-kaidah nyata dalam birokrasi
berbasis kompetensi harus dilakukan agar modern.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Berbagai isu SDM dan paradigma pejabat birokrasi pemerintah, tetapi juga
baru organisasi birokrasi secara langsung pada perusahaan swasta. Dibandingkan
akan berdampak pada masalah peningkatan dengan negara lain dikawasannya, Indonesia
mutu PNS, khususnya bagi para pejabat berada dalam posisi yang paling korup ketiga
birokrasi. Hal tersebut secara otomatis setelah Miyanmar dan Kamboja.
membawa konsekuensi bagi para PNS Ketidakefektifan dalam pengangkatan
terutama para pejabatnya untuk jabatan juga disebabkan oleh beberapa
berkompetitif dalam meningkatkan faktor lain, seperti faktor politis, otonomi
kemampuannya, baik dalam hal daerah, ras, bahkan almamater, dan lain
pengembangan kualitas (quality sebagainya. Fakta ini ditunjukan dengan
development) maupun dalam hal banyaknya kasus dalam pegangkatan
pengembangan kariernya (career jabatan di instansi pemerintah yang
development). Untuk mendapatkan para dilaksanakan secara tidak profesional
pejabat yang berkualitas (qualified) sesuai bahkan sampai melanggar etika. Tidak
dengan kompetensinya, tentu harus ada profesionalnya pengangkatan PNS dalam
prosedur seleksi jabatan yang ideal, baik, jabatan struktural dapat dilihat dari berbagai
dan transparan. Disamping itu pengangkatan kasus. Pertama, masih ada pengangkatan
seorang PNS dalam suatu jabatan juga PNS dalam jabatan struktural yang dilakukan
harus didasarkan pada prinsip secara politis, seperti di Pemerintahan
profesionalisme yang mendasarkan pada Provinsi Banten. Hasil kajian dari salah satu
prestasi kerjanya, kompetensi bidangnya, partai politik di Provinsi Banten tentang
pengalamannya, dan unsus-unsur pergantian Sekda dan pe-nonjob-an 12
obyektifitas lainnya, serta tidak dilakukan pejabat Eselon II yang dilakukan selama
secara diskriminatif dengan membedakan lebih dari satu bulan lebih, hasilnya
jenis kelamin, golongan, suku, agama, ras, menunjukan bahwa banyak keganjilan yang
dan lain sebagainya. ditemukan, termasuk adanya kelompok-
Selama ini banyak dijumpai seleksi kelompok tertentu yang dominan dalam
pengangkatan PNS dalam jabatan struktural proses mutasi jabatan struktural Eselon II
baik pada instansi pemerintah pusat maupun (Tempo, 23/03/2006). Kedua, masih ada
instansi pemerintah daerah, dilaksanakan pengangkatan PNS dalam jabatan struktural
secara tidak jelas. Hasil seleksi tidak dapat yang dilakukan secara ego sectoral yang
menghasilkan para pejabat sebagaimana mengedepankan putra daerah, sebagai
yang diharapkan, mutu rendah, kurang dampak dari pada otonomi daerah. Fakta ini
berpengalaman, pendidikan tidak sesuai, dibuktikan dengan adanya tuntutan dari
tidak memiliki kompetensi dibidangnya, masyarakat Papua yang menginginkan
moralitas rendah dengan banyaknya para Gubernur, Bupati, dan para Kepala Dinas di
pejabat yang melakukan praktek KKN, dan pemerintahan harus di jabat oleh putra
lain-lain. Kuatnya masalah korupsi di daerah, yang pada kenyataanya justru tidak
Indonesia, dibuktikan oleh hasil penelitian membawa kemajuan yang berarti bagi
Transparency Internasional (TI) yang pembangunan masyarakat Papua,
menetapkan indek prestasi korupsi Indonesia sebagaimana dikatakan oleh Gubernur
sebesar 2,3 dan berada diurutan 143 dari Papua almarhum JB Solossa untuk segera
180 negara yang diamatinya (Kompas, dilakukan evaluasi (Kompas, 27/05/2004).
27/09/2007). Sebagaimana dikatakan oleh Ketiga, adanya paradigma lama yaitu
pimpinan TI Huquette Labelle bahwa adanya rasa kedekatan dan kesamaan
penilaian ini dilakukan bukan saja pada para faham, dimana pengangkatan jabatan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

struktural lebih didasarkan pada kesamaaan Daftar Penilaian Prestasi Pegawai (DP3).
suku, agama, almamater, praktek nepotisme Persyaratan seperti ini lebih dominan dari
dan lain sebagainya (Arinah dkk, 2003:5). pada melaksanakan tes kompetensi yang
Permasalahan tersebut telah me-munculkan dapat mengetahui keahlian seorang calon
berbagai pertanyaan; mengapa pejabat struktural. Berbagai persyaratan
pengangkatan dalam jabatan seperti itu bisa tersebut sangat tidak berdasar bila
terjadi?, bagaimanakan proses seleksi digunakan untuk melihat kemampuan
jabatan yang selama ini dilakukan oleh seorang calon pejabat. Oleh karena itu
instansi pemerintan?, dan metode seleksi pemerintah harus melakukan evaluasi
jabatan seperti apa yang dapat digunakan terhadap berbagai kebijakan yang me-
agar bisa menghasilkan para pejabat yang nyangkut masalah kepegawaian, dan segera
kompeten?. merumuskan kebijakan baru yang dapat
mendorong terwujudnya profesionalisme
KESIMPULAN PNS seperti penyusunan standar kompetensi
Seleksi pengangkatan PNS dalam jabatan, penyusunan sasaran kinerja individu,
jabatan struktural belum sepenuhnya dilak- sistem penggajian berbasis kinerja, dan lain
sanakan oleh instansi pemerintahan secara sebagainya.
baik, karena tidak dilakukan secara terbuka
dan transparan. Artinya pengangkatan PNS DAFTAR PUSTAKA
dalam jabatan struktural belum
mengedepan-kan prinsip-prinsip meriet
system. Prinsip merit pada seleksi Arinah, Siti, Kosasih, Endang, dan
pengangkatan PNS dalam jabatan struktural Murdani, Ojak, 2003; Persepsi
menekankan bahwa seleksi dilakukan secara Pemerintah Daerah Tentang
fair dan transparan, dengan mendasarkan Pengangkatan Dalam Jabatan
pada kompetensi seseorang, yang tidak Struktural: Kasus di Tujuh Provinsi,
semata-mata didasarkan pada hasil Jakarta: Puslitbang BKN
baperjakat. Sistem merit ini lebih Moekijat, 1998; Analisis Jabatan, Bandung:
menekankan profesionalisme pada pengisian Mandar Maju
jabatan dalam birokrasi pemerintahan,
dimana apabila ada seorang pegawai yang Rakhmawanto, Ajib, 2006; Dampak
mempunyai kompetensi dan keahlian sesuai Netralitas Terhadap Kinerja Pegawai
dengan yang dibutuhkan pada suatu jabatan, Negeri Sipil, Jakarta: Puslitbang BKN
bisa diangkat untuk menduduki jabatan Soecipto, Budi dan Stepanus, Mone, 2006;
tersebut. Panitia seleksi sebaiknya Nilai Stratejik Sumber Daya Manusia,
diserahkan pada panitia atau tim yang Jakarta: Lembaga Manajemen FE UI
sifatnya independen, ahli di-bidangnya.
Thoha, Miftah, 2003; Birokrasi Dan Politik Di
Berbagai kebijakan pemerintah yang Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo
berkaitan dengan pengangkatan PNS dalam Persada
jabatan struktural inkonsisten dan tidak
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;
populis, yang banyak menghambat proses
Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8
seleksi jabatan. Seperti PP Nomor 100
Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS
Kepegawaian, Jakarta: BKN
Dalam Jabatan Struktural yang lebih
menitikberatkan pada persyaratan
administratif, seperti pangkat terendah, dan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun PP Nomor 47 Tahun 2005, Tentang


2000, Tentang Kenaikan Pangkat Perubahan PP Nomor 29 Tahun 1997
Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: BKN Tentang PNS Yang Menduduki
PP Nomor 100 Tahun 2000, Tentang Jabatan Rangkap, Jakarta: BKN
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Kompas, 27 September 2007
Dalam Jabatan Struktural, Jakarta: Kompas, 27 Mei 2004
BKN
Tempo, 23 Maret 2006
http:// redysfer . blogspot.com

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

KESIAPAN PEGAWAI DALAM MENGHADAPI MODERNISASI:


(Studi Tentang Efektivitas Pelatihan Pegawai Dirjen Pajak)1
Oleh:
Ali Rokhman

Abstract
In line with increasing target of tax revenue for each year, since 2002 Directorate General of Tax (DGT) performed
tax office modernization where until the end of 2008 all of tax office will be the modern office. In support of preparing
of human resource toward modernization agenda, the DGT arranged a lot of trainings that covered in many areas
around Indonesia. This study analyzed effectives of the training. Type of this study is experimental study through
several groups performing called workplace learning groups (WLGs). Training in Mataram in May 2007 and Sorong in
August 2007 was taken as research target. Result of the study showed training in those areas run effectively and and
changed knowledge and attitude of the training participants. The WLGs performing have significant impact to
participant’s attitudes toward the modernization. The DGT should pay attention concerning effect of modernization
and should take good practices from discussion activities in the WLGs.

Keyword: human resource, organization change, modernization, workplace learning.


A. LATAR BELAKANG tanpa harus khawatir tumpang tindih
dengan pekerjaan lainnya, tugas-tugas
Pajak adalah sumber utama pem- dibagi habis sedemikian rupa untuk
biayaan negara, merupakan masa depan menghindari terjadinya penumpukan
kehidupan bangsa, serta ibarat darah bagi kekuasaan di satu tangan, setiap
suatu negara. Negara bisa maju apabila pekerjaan dilengkapi dengan SOP
pajaknya juga tertata baik dan sehat. Karena (Standart Operating Procedure) untuk
sebaga kunci pembiayaan negara maka memudahkan pelaksanaannya (Media
penerimaan pajak di negara kita setiap tahun Indonesia, 30 Oktober 2007). A. LATAR
mengalami peningkatan. Untuk merealisir BELAKANG
terget pajak yang setiap tahun semakin
meningkat Ditjen Pajak (DJP) sejak tahun Pajak adalah sumber utama pem-
2002 telah melakukan modernisasi biayaan negara, merupakan masa depan
administrasi dan pelayanan perpajakan. kehidupan bangsa, serta ibarat darah bagi
Modernisasi adminis-trasi yang digulirkan suatu negara. Negara bisa maju apabila
mulai tahun 2002 terus dikembangkan, pajaknya juga tertata baik dan sehat. Karena
dimana pada akhir tahun 2007 seluruh sebaga kunci pembiayaan negara maka
kantor pajak di Jawa telah berubah menjadi penerimaan pajak di negara kita setiap tahun
kantor modern yang akan disusul seluruh mengalami peningkatan. Untuk merealisir
Indonesia pada akhir tahun 2008. terget pajak yang setiap tahun semakin
meningkat Ditjen Pajak (DJP) sejak tahun
Ciri khas kantor modern ini selain seluruh 2002 telah melakukan modernisasi
sistem administrasinya dibangun administrasi dan pelayanan perpajakan.
berbasis Teknologi Informasi (TI) Modernisasi adminis-trasi yang digulirkan
sehingga pelaksanaan pekerjaan lebih mulai tahun 2002 terus dikembangkan,
efisien, aman, dan akurat juga dimana pada akhir tahun 2007 seluruh
organisasinya dibangun berdasarkan kantor pajak di Jawa telah berubah menjadi
fungsi sehingga diharapkan dapat kantor modern yang akan disusul seluruh
menuntaskan segala macam pekerjaan Indonesia pada akhir tahun 2008.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Ciri khas kantor modern ini selain seluruh 1. Perlu diantisipasi efek negatif dari
sistem administrasinya dibangun berbasis modernisasi terutama untuk kantor yang
Teknologi Informasi (TI) sehingga mempunyai karakteristik yang hampir
pelaksanaan pekerjaan lebih efisien, aman, sama dengan kantor para peserta
dan akurat juga organisasinya dibangun pelatihan di Sorong.
berdasarkan fungsi sehingga diharapkan 2. Ditjen Pajak (DJP) perlu mengambil
dapat menuntaskan segala macam praktik baik dari pembentukan kelompok
pekerjaan tanpa harus khawatir tumpang pasca pelatihan di tempat kerja (WLGs)
tindih dengan pekerjaan lainnya, tugas-tugas sebagai sarana untuk menindaklanjuti
dibagi habis sedemikian rupa untuk hasil pelatihan yang telah didapat.
menghindari terjadinya penumpukan Adanya kemauan peserta untuk
kekuasaan di satu tangan, setiap pekerjaan mempertahankan keberlangsungan
dilengkapi dengan SOP (Standart Operating kelompok walaupun tidak ada dukungan
Procedure) untuk memudahkan dari peneliti juga harus diperhatikan oleh
pelaksanaannya (Media Indonesia, 30 Oktober 2007). pihak DJP untuk menjaga semangat
KESIMPULAN mereka sehingga dapat melayani wajib
1. Training berjalan efektif, ditandai dengan pajak lebih baik.
adanya perbedaan pengetahuan dan
sikap peserta pelatihan antara sebelum
dan sesudah pelatihan, baik pelatihan di DAFTAR PUSTAKA
Mataram maupun Sorong. Namun
demikin khusus untuk pelatihan di
Sorong, para peserta masih sedikit Brooks, I, and Bate, P. (1994). The
kawatir terhadap efek dari modernisasi problems of effecting change within
terhadap kantor mereka. the British Civil Service: A cultural
perspective. Brit. J. Manag. 5(3), 177–
2. Terdapat perbedaan antara kelompok 190.
eksperimen dengan kelompok kontrol
dalam menanggapi modernisasi. Hal ini Burns R. 2002, The Adult Learner at Work,
berarti pembentukan kelompok eks- Allen and Unwin, Sydney.
perimen telah berdampak positif Collins, D. (1996). New paradigms for
terhadap perubahan sikap para peserta. change? Theories of organisation and
3. Tidak terdapat perbedaan hasil yang the organisation of theories. J. Organ.
signifikan antara pelatihan di Mataram Change Manag.
dan Sorong, walaupun di antara dua Crane, Thomas G. 2002, The Heart of
daerah tersebut mempunyai karakteristik Coaching (second edition) San Diego,
pegawai yang tidak sama. CA:FTA Press
4. Sebagian besar peserta mendapatkan
manfaat dari pelatihan dan kelompok Damanhuri, Pahriyono. 2007, Pengaruh
pasca pelatihan, dan berusaha untuk Beberapa Faktor Pelatihan Dan
mempertahankan kelompok yang diikuti Hubungan Analisis Kebutuhan
walaupun sudah tidak ada dukungan dari Terhadap Efektivitas Pelatihan
peneliti. Karyawan PT. Karya Bakti Metalasri
Surabaya, Jiptunair, Surabaya:
Universitas Airlangga.
G. SARAN Kim, Pan S. & Moon, M. Jae. 2002, Current
Public Sector Reform: NPM in Practice,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

in the Journal of Comparative Asian


Development, 1(1): 49-70.
McHugh, M. (2001). Organisation Change
Management: Regenerating the
Business. (Commissioned by the
Chartered Institute of Marketing), CIM
Books, Maidenhead.
McHugh, M., and Bennett, H. (1999).
Introducing team working within a
bureaucratic maze. Leadersh.Organ.
Dev. J
Morgan, G. (1997). Images of Organi sation,
new edition of the international best-
seller, Sage, London.
Pandiangan, Liberty. 2007, Puaskah Anda
Dengan Pelayanan Pajak,
http://www.kppmadyapalembang.pajak
.go.id/content/view/84/2/
Smith, Ian. 2006, Continuing professional
development and workplace learning,
Achieving successful organisational
change – do’s and don’ts of change
management, Journal of Library
Management, Vol. 27 No. 4/5, pp. 300-
306
Media Indonesia, 30 Oktober 2007
Harian Kontan, 16 November 2007

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Call for Papes:


“CIVIL SERVICE”
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Redaksi “Civil Service”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS yang dikelola oleh Pusat Pengkajian dan Penelitian
Kepegawaian, Badan Kepegawaian Negara mengundang para akademisi dan praktisi serta para pengelola kepegawaian untuk
mempublikasikan tulisan/artikel maupun hasil riset terkait/relevan pada Volume IV Nomor 1 dan 2 Tahun 2010.

Tema yang diangkat pada Volume IV Nomor 1 Tahun 2010 adalah “Reformasi Kepegawaian” dan tema pada Volume IV Nomor
2 Tahun 2010 adalah “Profesionalisme PNS”. Urgensi penetapan tema ini didasarkan pada kondisi objektif prioritas kebijakan
pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi secara sistematis, komprehensif, dan berkesinambungan, khususnya dalam
bidang kepegawaian.

Naskah yang diterima dewan redaksi akan di-review oleh Redaksi Ahli. Naskah untuk Volume IV Nomor 1 Tahun 2010 diterima
oleh Dewan Redaksi paling lambat Tanggal 30 April 2010 dan naskah untuk Volume IV Nomor 2 Tahun 2010 diterima oleh
Dewan Redaksi paling lambat Tanggal 30 September 2010. Naskah dapat dikirim via email: puslitbang_bkn@yahoo.com.

Syarat penulisan artikel sesuai dengan format “Civil Service” yang dapat dilihat di www.bkn.go.id). Artikel maksimal terdiri dari
15 – 30 halaman dan diketik dengan spasi tunggal. Abstraksi maksimal terdiri dari 250 kata dan disertai dengan keywords.
Setiap artikel yang dikirimkan disertai dengan nama dan alamat korespondensi penulis.

Contact Person:
 Hj. Siti Djaenab (021-80887011; 08159578984)
 Janry Haposan U. P. Simanungkalit (081310775217)

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai