Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunannya. Namun demikian,
penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, ,saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………..6
Saran ………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita
rasakan. Suhu pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat
kehidupan di muka bumi ini terancam. Pembangunan gedung-gedung
besar dan tinggi serta pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu
penyebab makin panasnya suhu bumi – karena tidak seimbangnya kadar
karbon dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh msin-mesin
industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia – khususnya di
Eropa terus meningkat. Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya
semakin tajam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun seiring dengan itu
usaha-usaha perbaikan lingkungan pun juga gencar dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars,
Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan)
memiliki efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca
alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang
terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini
diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi
radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan
oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23%
menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah
menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam
bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari
permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di
atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca.
Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan
dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan
tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat
walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah
kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca
disebut gas rumah kaca atau ”green house gases”.
C. Mekanisme Terjadinya
Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari.
Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke
angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas
lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam
hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi
yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah,
gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini
akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya sebagian kecil
akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan bumi
dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan semacamnya. Efek
penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus
kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman
yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di
radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang
geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat
menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu yang di luar rumah kaca.
Kesimpulan
1. Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi – sehingga mempengaruhi
iklim secara global.
2. Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap
berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa.
3. Efek rumah kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang
menyebabkan kerugian pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Saran
1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar
sebaiknya lebih diefisienkan.
2. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah
lingkungan.
3. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar
karbon dioksida.
4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata
surya.
5. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan
pemeliharaan kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain
melaksanakan program Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah
di ambang batas – terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
6. Efek rumah kaca yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan ekologi
yang sulit ditebak, seperti perubahan suhu dan pola hutan yang mengurangi
produktivitas pertanian.
7. Kerugian Indonesia di bidang pertanian karena perubahan iklim yang
disebabkan oleh dampak efek rumah kaca diperkirakan sangat besar. ANGLAS
(Asian Least Gost Greenhouse Gas Abatement Strategy) memaparkan bahwa efek
rumah kaca mengakibatkan antara lain: naiknya permukaan air laut, krisis air bersih,
meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, rusaknya
infrastruktur daerah tepi pantai, dan menurunnya produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Efek
http://nagasundani.blogsome.com/2005/05/09/efek-rumah-kaca-buruk-jika/trackback/