Anda di halaman 1dari 3

Tabel Panen Non BJA

Tinggi Jumla Buku Binti polong bobot polong


Perlakuan Tanama h Produkti l Hamp
n cabang f Akar Berisi Hampa isi
a
p1 51.3 4 13 43 32 1 16 0.20
p2 52.1 2 15 49 33 1 17 0.20
p3 67.3 3 19 33 55 10 30 2.00
p4 69.1 3 18 46 50 3 26 0.60
p5 76.8 3 19 42 43 4 22 0.50
 
bobot bobot Bobot Bobot
Perlakuan basah basah Kering Kering
tajuk akar Tajuk akar
p1 17.08 4.04 14.72 1.20
p2 32.69 22.31 5.64 1.50
p3 57.61 6.44 9.52 0.93
p4 69.00 4.99 34.57 2.73
p5 45.28 5.17  12.22  1.9

Diagram 1. Perbandingan Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang, Buku Produktif dan Bintil
Akar Setiap Perlakuan budidaya Lahan Kering
Diagram 2.Perbandingan Jumlah Polong Berisi, Polong Hampa, Bobot Polong Berisi dan
Polong Hampa Tiap Perlakuan Budidaya Lahan Kering

Pembahasan
Pada hasil pengamatan panen kedelai di lahan kering, dihasilkan nilai koefisiensi tinggi
tanaman, jumlah cabang, buku produktif, bintil akar (nodul), polong (berisi dan hampa), bobot
polong (berisi dan hampa), bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot
kering akar. Nilai koefisien tinggi tanaman yang paling tingi ditunjukan pada perlakuan lima
(P5) yatiu dengan menggunakan pupuk organik, nilai koefisien jumlah daun yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan satu (P1) yaitu dengan menggunakan pupuk an organic ditambah pupuk
hayati. Nilai koefisien buku produktif, polong (berisi dan hampa), bobot polong (berisi dan
hampa) tertinggi pada perlakuan tiga (P3) yaitu dengan menggunakan pupuk kandang. Nilai
koefisien bintil akar dan bobot basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan dua (p2) yaitu
dengan mengunkan pupuk an organic dan pupuk hayati (rhizobium).sedangkan unutuk nilai
koefisien bobot basah tajuk, bobot kering yajuk dan bobot kering akar tertinggi terdapat pada
perlakuan empat (P4) yaitu dengan menggunakan pupuk kandang ditambah dekomposer.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas perlakuan tiga (P3) sampai perlakuan
lima (P5) memiliki nilai koefisien tertinggi pada beberpa bagian tanaman yang diamati. Hal ini
dikarenakan pada perlakuan tiga (P3) sampai perlakuan lima (P5) menggunakan bahan pupuk
organik (pupuk kandang) meskipun ada beberapa perlakuan yang menambahkan dengan pupuk
hayati dan pupuk an organik. Pupuk organik terbentuk karena adanya kerja sama
mikroorganisme pengurai dengan cuaca serta perlakuan manusia. Kegiatan organisme tanah
dalam proses penguraian tersebut menjadi sangat penting dalam pembentukan pupuk organik.
Sisa tumbuhan dihancurkan oleh organisme dan unsur-unsur yang sudah terurai diikat menjadi
senyawa. Senyawa tersebut tentu saja harus larut dalam air sehingga mudah diabsorpsi atau
diserap oleh akar tanaman. Bentuk senyawa tersebut antara lain amonium dan nitrat. Pupuk
organik sangat penting dalam kegiatan pertanian karena dapat memperbaiki struktur tanah
dikarenakan adanya pengurai bahan organik dalam tanah sehingga dibentuk produk yang
mempunyai sifat perekat yang dapat megikat butir-butir pasir menjadi butir yang lebih besar,
menaikkan daya serap tanah terhadap air dikarenakan mempunyai daya absorbsi yang besar
terhadap air tanah, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan mengandung zat makanan
tanaman dikarenakan fungsi unsur nitrogen lebih terlihat dibandingkan fungsi.unsur fosfat dan
kalium ( Rinsema, 1993). Dilihat dari karakter agronominya, jumlah cabang pad atanaman
kedelai akan mempengaruhi jumlah polongnya, karena cabang kedelai yang banyak akan di
menunjukan jumlah buku-buku yang banyak ,masing-masing buku akan keluar bunga yang pada
akhirnya akan menjadi polong. Kedelai yang memiliki jumlah cabang lebih banyak akan
menunjukan pertumbuhan yang lebih baik, dibandingkan kedelai yang jumlah cabangnya sedikit
Dengan banyaknya polong yang dihasilkan maka produktivitas kedelai yang dihasilkan pun akan
semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai