Anda di halaman 1dari 29

Laporan Singkat Pencapaian

SUMMARY REPORT ON THE ACHIEVEMENT OF

Millennium Development Goals

Indonesia 2009

26
Laporan Singkat

Pencapaian
Millennium Development Goals:
Indonesia 2009

i
Laporan Singkat Pencapaian
Millennium Development Goals:
Indonesia 2009
© 2009 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Disusun dan Diterbitkan oleh:


Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

July 2009

Akses : www.bappenas.go.id
Kritik dan Saran : ekp@bappenas.go.id
Korespodensi : Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
Kementrian Negara PPN/Bappenas
Jalan Taman Surapati Nomor 2
Jakarta Pusat 10310

ii
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kata Pengantar

Keikutsertaan Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Millennium tahun 2000 bukan semata-
mata untuk memenuhi tujuan dan target Millennium Development Goals (MDGs) saja, tetapi
dengan pertimbangan bahwa target-target MDGs sejalan dengan sasaran pembangunan
Indonesia yang tertuang dalam dokumen perencanaan. Sejalan dengan itu, perkembangan
pencapaian MDGs dari waktu ke waktu menjadi sangat penting terutama dalam merencanakan
dan melaksanakan pembangunan nasional.

Tahun 2008 Indonesia telah menerbitkan Laporan Pencapaian Millennium Development


Goals Indonesia 2007 Laporan tersebut mengulas secara rinci pencapaian target-target MDGs
sampai dengan posisi tahun 2007 atau tahun yang terdekat. Selanjutnya, untuk mengetahui
posisi Indonesia dalam pencapaian MDGs maka pada tahun 2009 disusun Laporan Singkat
Pencapaian MDGs Indonesia 2009. Laporan ini menjelaskan secara singkat keadaan dan
kecenderungan hasil pembangunan Indonesia terkait dengan target-target MDGs. Dengan
demikian, diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan
pembangunan ke depan, sehingga tujuan pembangunan nasional dapat tercapai dan target-
target MDGs 2015 yang telah ditetapkan dapat terpenuhi.

Dengan selesainya laporan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut serta dalam penyusunannya. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan
Indonesia.

Terima kasih

Jakarta, Juli 2009


Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

H. Paskah Suzetta

Alamat : Jl Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310, Telp. (+62 21) 3843655, 31934811 Faks. (+62 21) 31934779

iii
Sambutan dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan selamat kepada Pemerintah Indonesia atas
terbitnya Laporan Singkat Pencapaian Millennium Development Goals 2009. Seperti halnya
negara-negara lain, Indonesia memasuki masa penentuan untuk pencapaian MDGs. Dalam
waktu 5 tahun mendatang, Indonesia masih menghadapi tantangan besar untuk mengatasi
persoalan kemiskinan, gender, kesehatan ibu, nutrisi anak, serta kelestarian lingkungan
dan kemitraan global. Setelah para pemimpin dunia setuju untuk mengupayakan pencapain
MDGs yang bersifat kuantitatif untuk jangka waktu tertentu, Indonesia telah menunjukkan
komitmennya berupa kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir.

Merupakan kehormatan bagi kami untuk bekerja bersama dengan Pemerintah Indonesia. Kami
tetap mendukung dan menyerukan keberlanjutan proses yang terbuka dan konsultatif dalam
perumusan laporan lengkap pencapaian MDGs Indonesia pada tahun 2010. Melalui proses ini,
kita bekerjasama mewujudkan Indonesia di mana warganya bisa berpartisipasi penuh dalam
pembangunan dan mendapatkan manfaat dari tercapainya MDGs.

Peran strategis dari laporan MDGs sangat besar – tidak hanya sebagai patokan yang penting
dalam mengidentifikasi kemajuan yang di capai oleh Pemerintah Indonesia, tetapi juga
menunjukkan hal-hal yang perlu diperbaiki serta menyediakan kerangka nyata perumusan
kebijakan, perencanaan pembangunan dan alokasi anggaran. Meskipun pencapaian tujuan di
tingkat nasional cukup baik, kesenjangan antara daerah di Indonesia masih cukup besar. Kami
memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengintegrasikan
MDGs dalam rencana pembangunan. Harapan kami, laporan singkat ini dapat memberikan
inspirasi dan dorongan kepada kita semua, beriringan dengan semakin dekatnya kita pada
pencapaian MDGs.

Kepala Perwakilan PBB - Indonesia

El-Mostafa Benlamlih

v
Daftar Isi

Kata Pengantar Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas iii

Sambutan Kepala Perwakilan PBB di Indonesia v

Daftar Isi vii

Pengantar 1

Indikator MDGs 2

Keadaan dan Kecenderungan sampai tahun 2008/2009 3


Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 (PPP) per
6
hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Target 1b: Mencapai kesempatan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan layak bagi semua
8
termasuk perempuan dan penduduk usia muda
Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam
9
kurun waktu 1990-2015.
Target 3: Memastikan pada tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan,
10
dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun
11
2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Target 5: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar dua-pertiganya dalam kurun waktu
12
1990-2015.
Target 6: Menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-
13
2015.
Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada
14
tahun 2015.
Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan
15
penyakit lainnya pada tahun 2015.
Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program
16
nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.
Target 10: Menurunkan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air
18
minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman
20
kumuh pada tahun 2020.
Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan,
21
dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional
22
agar pengelolan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi
23
informasi dan komunikasi

vii
Pengantar

Sejak ditandatanganinya Deklarasi Tujuan Pembangunan Millenium atau yang lebih dikenal
dengan Millenium Development Goals (MDGs) oleh negara-negara anggota PBB pada
tahun 2000, MDGs menjadi kerangka kerja pembangunan di banyak negara berkembang.
Deklarasi MDGs menetapkan tahun 2015 –dan beberapa target menetapkan tahun 2020–
sebagai tahun dimana berbagai tujuan MDGs akan dicapai. Dengan demikian tahun 2009
adalah tahun penting menuju target pencapaian sasaran MDGs di tahun 2015 dan 2020,
khususnya di Indonesia menjadi penting karena merupakan tahun transisi pemerintahan.
Keberhasilan pelaksanaan berbagai kebijakan nasional dan daerah untuk pencapaian
sasaran MDGs di tahun-tahun sebelumnya merupakan tantangan bagi pemerintahan
mendatang untuk mencapai sasaran MDGs yang telah dicanangkan di tahun 2000.

MDGs yang diadopsi oleh 199 negara, termasuk Indonesia, merupakan upaya untuk
mempercepat pembangunan manusia dan sekaligus merupakan upaya untuk mempercepat
pembangunan suatu negara secara keseluruhan. Pembangunan Millenium sebagai
kerangka kerja pembangunan manusia mempunyai Delapan Tujuan (Goals), yaitu:

(1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan;


(2) Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua;
(3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan;
(4) Menurunkan Angka Kematian Anak;
(5) Meningkatkan Kesehatan Ibu;
(6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya;
(7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup; dan
(8) Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan.

Sesungguhnya Indonesia dalam melaksanakan pembangunan telah memasukkan


pembangunan manusia sebagai prioritas jauh sebelum Deklarasi MDGs dicanangkan pada
tahun 2000. Indonesia bahkan sejak awal pembangunannya telah melaksanakan berbagai
program pembangunan yang di kemudian hari sejalan dengan pencapaian Tujuan MDGs.
Dalam tataran implementasi pembangunan manusia telah dipraktekkan oleh Pemerintah
Indonesia sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden
Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid hingga Presiden Megawati Sukarnoputri, dalam
berbagai bentuk kebijakan dan program yang sesuai dengan kondisi masa itu.

Perkembangan pencapaian MDGs Indonesia sampai tahun 2008 menunjukkan


perkembangan yang memuaskan. Namun untuk beberapa target, masih harus didorong oleh
kerja keras semua pihak. Laporan Singkat Pencapaian MDGs Indonesia tahun 2009 ini
melaporkan keadaan dan kecenderungan sampai tahun 2008/2009. Pelaporan ditekankan
kepada pencapaian sasaran secara kuantitatif.

1
Indikator MDGs

Tujuan Pembangunan Millenium meliputi 8 tujuan yang terdiri dari beberapa target. Pada
tahun 2009, pengelompokan target-target MDGs ke dalam tujuan MDGs mengalami
perubahan. Pengelompokan target-target MDGs dalam laporan ini telah mengikuti
perubahan tersebut. Sesuai perubahan, maka laporan ini akan menyajikan perkembangan
pencapaian target-target sebagai berikut:

Tujuan Target

Menanggulangi Target 1a : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1
1 Kemiskinan dan (PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Kelaparan Target 1b : Mencapai kesempatan kerja penuh dan produktif serta perkerjaan layak bagi
semua termasuk perempuan dan penduduk usia muda.
Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.

Mencapai Target 3 : Memastikan pada tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun
2 Pendidikan Dasar perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Untuk Semua

Mendorong Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan
3 Kesetaraan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
Gender dan 2015.
Pemberdayaan
Perempuan

Menurunkan Target 5 : Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar dua-pertiganya dalam
4 Kematian Anak kurun waktu 1990-2015

Meningkatkan Target 6 : Menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun
5 Kesehatan Ibu waktu 1990-2015

Memerangi Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus
6 HIV/AIDS, baru pada tahun 2015.
Malaria, dan Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus
Penyakit Menular malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.
Lainnya

Memastikan Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan


7 Kelestarian dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang
Lingkungan Hidup hilang.
Target 10 : Menurunkan separuhnya, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber
air minum yang aman dan berkelanjutan, serta fasilitas sanitasi dasar pada
2015.
Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di
pemukiman kumuh pada tahun 2020.

Membangun Target 12 : Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis
8 Kemitraan Global peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.
Untuk Target 15 : Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun
Pembangunan internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka
panjang.
Target 18 : Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama
teknologi informasi dan komunikasi.

2
Keadaan dan
Kecenderungan
sampai tahun
2008/2009

Laporan Singkat Pencapaian MDGs Indonesia 2009 ini memaparkan keadaan dan
kecenderungan pencapaian sasaran MDGs sampai tahun 2008/2009. Untuk
menggambarkan keadaan pencapaian setiap target digunakan indikator utama yang
merupakan tujuan yang diamanatkan dalam MDGs. Sebagai pelengkap digunakan pula
indikator pendukung yang bukan merupakan indikator yang langsung diamanatkan dalam
MDGs, tetapi mempunyai relevansi yang erat dengan indikator utama. Indikator ini
diharapkan dapat menjelaskan kondisi spesifik di Indonesia. Pemilihan indikator ini
mempertimbangkan relevansi dan keberlanjutan sumber data untuk memonitor pencapaian
sasaran MDGs.

Keadaan dan kecenderungan menceritakan perkembangan secara umum. Cakupan


tahunnya tidak harus sama seperti cakupan MDGs. Intinya ingin mengaitkan MDGs ke
dalam perspektif pembangunan Indonesia. Perkembangan dan kecenderungan berkaitan
dengan tujuan MDGs mengikuti periodisasi tahun 1990-2015, kecuali target 11 perbaikan
permukiman kumuh yang sasarannya harus dicapai pada tahun 2020. Idealnya,
berdasarkan indikator yang digunakan dapat dilakukan penilaian apakah posisi pencapaian
sudah sesuai (on-track) atau meleset (off-track). Penilaian ini penting terutama untuk
indikator utama.

3
Tabel
Status Pencapaian MDGs di Indonesia, per tahun 2009

Pencapaian
TARGET Indikator Satuan 1990 Target Status
Saat ini

Tujuan 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1: Menurunkan proporsi penduduk miskin.

(1) Menurunkan proporsi penduduk miskin menurut garis kemiskinan nasional 1990-2015. % 15,1 14.2 7,55 - 12,1 Sesuai target.
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 (PPP) per hari
(2) % 20,6 5,9 10,3 Telah tercapai
menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$2 (PPP) per hari Perlu upaya tinggi
(3) % 42,6 (Standard terlalu tinggi
menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Target 1b: Mencapai kesempatan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan layak bagi semua termasuk perempuan dan penduduk usia muda.
31,2 Perlu upaya tinggi
(4) Perkembangan Lapangan Kerja Formal, Juta Orang Orang 31,53 Meningkatkan Perlu upaya tinggi
(Tahun 2000) (Standard terlalu tinggi)
Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.

(5) Perkembangan Status Balita Yang Mengalami Kekurangan Gizi % 37,5 18,4 18,8 Telah tercapai

Tujuan 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.

Target 3: Memastikan pada tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

4
(6) Perkembangan APM SD/MI (7-12 tahun) % 88.7 95,1 100 Sesuai target

(7) Perkembangan APK SMP/MTs % 55.6 96,2 100 Sesuai target

Tujuan 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

(8) Rasio APM Perempuan Terhadap Laki-laki di Jenjang Pendidikan SD/MI % 100.60 99.51 100 Sesuai target

(9) Rasio APM Perempuan Terhadap Laki-laki di Jenjang Pendidikan SMP/MTs % 101.30 99.35 100 Sesuai target

(10) Rasio APM Perempuan Terhadap Laki-laki di Jenjang Pendidikan SMA/MA % 98.00 100.37 100 Telah tercapai

(11) Rasio APM Perempuan Terhadap Laki-laki di Jenjang Pendidikan Pendidikan Tinggi % 85.10 103.51 100 Telah tercapai

Tujuan 4 Menurunkan Kematian Anak

Target 5: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar dua-pertiganya dalam kurun waktu 1990-2015.

(12) Perkembangan Pencapaian AKB, per 1.000 kelahiran hidup Orang 68 34 23 Sesuai target.

(13) Perkembangan Pencapaian AKBA, per 1.000 kelahiran hidup Orang 97 44 32 Sesuai target.

Tujuan 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 6: 4
Menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015.

(14) Perkembangan Pencapaian AKI Nasional, per 100.000 kelahiran hidup. Orang 425 228 102 Perlu upaya tinggi

4
Tabel
Status Pencapaian MDGs di Indonesia, per tahun 2009

Pencapaian
TARGET Indikator Satuan 1990 Target Status
Saat ini

Tujuan 6 Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya

Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015.

(15) Jumlah Kasus Baru AIDS ODHA 2 2,947 Mengendalikan Perlu upaya tinggi

(16) Jumlah Kumulatif Kasus AIDS ODHA 5 11,141 Mengendalikan Perlu upaya tinggi

Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.

(17) Annual Parasite Incidence (API) untuk di daerah luar Jawa dan Bali, per 1000 penduduk. Orang 0.21 0.16 Mengendalikan Menurun

(18) Annual Malaria Incidence (AMI) untuk di daerah Jawa dan Bali, per 1000 penduduk. Orang 28.06 19.67 Mengendalikan Menurun

Tujuan 7 Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.
Perlu upaya tinggi
(19) Penetapan Kawasan Hutan % 58,56 67,93 Terjaga
(deforestasi kronis)
Metrik
(20) Konsumsi Bahan Perusak Ozon (Ozone Depleting Substances) Terlarang 7,815 0 Mengurangi Telah tercapai
Ton
Target 10: Menurunkan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

5
Penduduk dengan Akses Air Minum Layak (Penduduk dengan Akses Pelayanan Air Minum
(21) % 14.7 68.68 77.2 Sesuai target
Perpipaan dan Non-Perpipaan Terlindungi)
(22) Akses Penduduk Pada Fasilitas Sanitasi Layak (Total Desa dan Kota). % 18.16 42.47 59.08 Sesuai target

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.

(23) Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Rumah Tinggal Tetap. % 87.69 85.9 Meningkatkan Sesuai target

Tujuan 8 Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan

Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.

(24) Posisi Penyaluran Kredit BPR. % 85.78 82.54 Menurun

(25) Posisi Penyaluran Kredit Bank Umum. % 33.41 74.58 Meningkat

(26) Tingkat Keterbukaan Ekonomi. % 57.8 47.2 Menurun

Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional agar pengelolan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.

(27) Debt/GDP % 61.74 28.9 Terus menurun

(28) Debt/Export % 249.1 118.4 Terus menurun

(29) Debt Service Ratio (DSR) % 38.83 18.4 Terus menurun


5
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi

(30) Penggunaan Telepon PSTN % 14.32 12.69 Menurun

(31) Penggunaan Telepon Selular % 21.43 37.59 Meningkat

5
TUJUAN 1
MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 1
Penanggulangan
Kemiskinan

Target 1 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah USD 1


(PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.

Catatan: Indonesia menggunakan pula garis kemiskinan nasional berdasarkan


kelompok makanan untuk memenuhi 2100 kilo kalori per orang per hari dan
kelompok bukan makanan. Garis kemiskinan nasional ini kurang lebih setara
dengan USD 1,55 (PPP).

Keadaan dan Berdasarkan ukuran USD 1 PPP, pada tahun 1990 terdapat 20,6 persen
Kecenderungan penduduk dengan konsumsi di bawah USD 1 (PPP) per orang per hari. Sasaran
MDGS pada tahun 2015 adalah mengurangi jumlah orang miskin setengahnya.
Dengan menggunakan ukuran USD 1 (PPP) per orang per hari maka Indonesia
telah mencapai target jauh sebelum tahun 2015. Menggunakan ukuran ini pada
tahun 2000 Indonesia telah mencapai 9,9 persen dan menurun lagi menjadi 5,9
persen pada tahun 2008.

Namun demikian, Indonesia memiliki garis kemiskinan nasional yang ukurannya


sedikit lebih tinggi yaitu USD 1,55 (PPP). Untuk tidak cepat berpuas diri
Pemerintah menggunakan garis kemiskinan nasional ini sebagai indikator dalam
penurunan tingkat kemiskinan.

Menggunakan garis kemiskinan nasional, kecenderungan tingkat kemiskinan


juga terus menurun. Angka terbaru menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan
menurun menjadi 14,15 persen atau sekitar 32,53 juta orang pada bulan Maret
2009. Angka ini merupakan angka terendah sejak krisis ekonomi pada tahun
1997-1998. Kecuali pada tahun 1993 dan 1996 tingkat kemiskinan 14,15 persen
pada tahun 2009 adalah yang terendah sejak tahun 1976.

Berdasarkan tingkat kemiskinan pada tahun 1990 yaitu 15,10 persen, sesuai
target MDGs menurunkan proporsi penduduk miskin setengahnya pada tahun
2015, maka sasarannya menjadi 7,55 persen. Tetapi pada tahun 1997/1998
Indonesia diterpa krisis ekonomi yang sangat dalam, pada tahun 1998
pertumbuhan ekonomi minus 13,1 persen dan tingkat kemiskinan melonjak
menjadi 24,20 persen, lebih tinggi dari tingkat kemiskinan pada tahun 1990.

6
Untuk itu perlu dirumuskan kembali sasaran penurunan proprosi penduduk
miskin. Salah satu alternatif adalah menetapkan sasaran menggunakan kisaran
sebesar 7,55 – 12,10 persen untuk tahun 2015. Batas bawahnya adalah
setengah dari keadaan pada tahun 1990 sedangkan batas atasnya adalah
setengah dari keadaan tahun 1998.

Berdasarkan ukuran USD 2 PPP, jumlah penduduk dengan konsumsi di bawah


USD 2 PPP per orang per hari pada tahun 2008 adalah sebesar 42,6 persen.

Gambar 1 Perkembangan Jumlah (Juta Jiwa) dan Persentase Penduduk Miskin (%)
Berdasarkan Garis Kemiskinan Nasional, tahun 1976-2009
54.20

49.50

48.00
43.20

39.05
38.70

38.39
37.90

37.34

37.17
36.15

35.10
35.00

34.96
34.50

32.53
30.00
40.10

27.20

25.90

22.50
28.60

23.40
24.20
21.60

19.14

18.41

18.19
17.40

17.75
17.42
17.70

16.66

16.58
15.97

15.42
15.10

14.15
13.70

11.30
1976

1980

1984

1987

1990

1993

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009
Populasi PendudukMiskin
Populasi Penduduk Miskin (Juta
(Juta Jiwa)
Jiwa)
Persentase Penduduk
Persentase Penduduk Miskin
Miskin (%)(%)

Sumber: BPS, berbagai publikasi dan tahun terbit.

Gambar 2 Perkembangan Penduduk Dengan Konsumsi di Bawah USD 1 PPP/org/hari dan


USD 2 PPP/org/hari (%)
70

60
59.5

58.7

50
53.5
50.5

50.1

49.6
49.0

45.2

45.2

40
42.6

30
20.6

17.4

16.2

14.8

13.4

20
11.8

12.0
9.8

9.9

9.2
8.3
7.8

7.5
7.2

7.5
6.6

6.1

6.7

5.9

10

0
1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

1 USD/day/capita
USD/org/hari USD/day/capita
2 USD/org/hari

Sumber: Bank Dunia, berbagai publikasi dan tahun terbit.

7
TUJUAN 1
MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 1b
Kesempatan Kerja
Penuh dan Produktif

Goal Target 1b Mencapai kesempatan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan layak bagi
semua termasuk perempuan dan penduduk usia muda
Catatan: Indikator yang digunakan untuk mengukur Target 1b adalah lapangan
kerja formal.

Keadaan dan Lapangan kerja formal terus meningkat selama periode 2003-2008, yaitu
Kecenderungan sebesar 26,53 juta pada tahun 2003 menjadi sebesar 31,20 juta pada tahun
2008. Antara tahun 2000-2004 terdapat penurunan lapangan kerja formal
sebesar 3,11 juta lapangan kerja atau rata-rata menurun 0,8 persen per tahun.
Sementara itu antara tahun 2005-2008 lapangan kerja formal meningkat
sebanyak 2,32 juta lapangan kerja atau rata-rata meningkat 0,7 persen per
tahun.

Gambar 3 Perkembangan Lapangan Kerja Formal, Tahun 2000-2008 (Juta Orang)

31.53 31.20
30.93
29.37 29.67
28.88
28.42
27.84
26.53

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

LapanganKerja
Lapangan KerjaFormal
Formal

Sumber: Sarkernas (BPS, 2000-2008).

8
TUJUAN 1
MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 2
Penanggulangan
Kekurangan Gizi

Target 2 Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi


setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Catatan: Indikator yang digunakan untuk mengukur Target 2 dalam konteks
Indonesia adalah Status Kekurangan Gizi pada Balita (%).

Keadaan dan Status kekurangan gizi yang mencakup penderita gizi kurang dan gizi buruk
Kecenderungan menurun dari 37,47 persen pada tahun 1989 menjadi 26,36 persen pada
tahun 1999. Indikator status gizi ini menunjukkan kecenderungan membaik
menjadi 27,3 persen pada tahun 2002 dan kemudian membaik menjadi 23,6
persen pada tahun 2006. Lebih lanjut status kekurangan gizi ini semakin
membaik menjadi 18,4 persen pada tahun 2007. Adapun target MDG pada
tahun 2015 adalah sebesar 18,74 persen.

Gambar 4 Perkembangan Status Balita Yang Mengalami Kekurangan Gizi, tahun 1989-
2007 (%)

40
Balita Kekurangan Gizi (%)

37.5
30 35.6
31.6
29.5 27.5 28.4 28.2
26.4 26.1 27.3
20 24.7 23.6
18.4
10

0
1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber: Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun).

9
TUJUAN 2
MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Target 3
Pendidikan Dasar
Untuk Semua

Target 3 Memastikan pada tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun
perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Catatan: Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian Target 3 adalah
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (7-12 tahun) dan Angka Partisipasi Kasar
(APK) SMP/MTs.

Keadaan dan Pada tahun 1992, APM SD/MI tercatat 88,7 persen dan pada tahun 2008
Kecenderungan mencapai 95,1 persen. Sementara itu APK SMP/MTs tahun 1992 adalah 55,6
persen dan pada tahun 2008 telah mencapai 96,2 persen. Jika kecenderungan
seperti ini mampu dipertahankan, maka Indonesia diperkirakan berhasil
mencapai target MDG pada tahun 2015.

Gambar 5 Perkembangan APM SD/MI (7-12 tahun) dan APK SMP/MTs, 1992-2008 (%)
120

95.1
100 92.2 92.7 92.3 92.9 92.7 92.6 93.0 93.3 94.7 94.9
88.7 91.3 92.2 91.6 91.6 92.5
92.5 96.2 Target MDGs
80 88.7
APM SD/MI = 100
79.9 81.1 82.2 82.3
77.5 78.3 dan
74.2 73.1 76.0
70.5 APK SLTP/MT = 100
60 64.4 65.7
61.1
55.6
40

20

0
1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

APM SD/MI
SD/MI(7-12
(7-12Tahun)
Tahun)
APK SMP/MTs
SMP/MTs

Sumber: Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun).

10
TUJUAN 3
MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Target 4
Menghilangkan
Ketimpangan Gender

Target 4 Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan


pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Catatan: Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian Target 4 adalah
Rasio APM perempuan terhadap anak laki-laki (P/L) di jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Keadaan dan Rasio APM SMA/MA pada kurun waktu tahun 2002-2007 meningkat dengan rata-
Kecenderungan rata per tahunnya mencapai 99,40 persen dibandingkan pada kurun waktu tahun
1992-2002 dengan rata-rata hanya 98,76 persen per tahun. Kecenderungan
peningkatan juga terjadi pada rasio APM pendidikan tinggi yang rata-rata per
tahunnya antara tahun 1992-2002 sebesar 85,73 persen menjadi sebesar 98,81
persen per tahun meningkat dalam kurun 2003-2007.

Gambar 6 Rasio APM Perempuan Terhadap Laki-laki, Menurut Jenjang Pendidikan SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan Pendidikan Tinggi, Nasional, Tahun 1992-2007 (%).
104.2 104.8
103.4 103.2 103.51
102.5 102.6 102.2 102.51
101.3 101.1 101.7 101.6
100.1
100.10 103.20 103.70 100.30 100.10 99.98 100.0 99.3
100.60 99.70
99.90 100.20 99.80 100.10 100.30 100.10 100.10
99.60 99.90 98.90 99.42 99.51
98.00 98.30 100.02 100.37
97.10
95.20 96.10 95.60
94.70
92.80 93.60

90.00 89.90
87.10
85.10 85.30
83.60
82.20
81.80
79.50
1992

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2005

2006

2007

Rasio APM SMP/MTsPerempuan/Laki-laki


APM SMP/MTs Perempuan/Laki-laki (13-15)
(13-15)
Rasio APM SMA/MA
APM SMA/MA Perempuan/Laki-laki
Perempuan/Laki-laki (16-18)
(16-18)
Rasio APM PendidikanTinggi
APM Pendidikan TinggiPerempuan/Laki-laki
Perempuan/Laki-laki (16-18)
(19-24)
Rasio APM SDPerempuan/Laki-laki
APM SD Perempuan/Laki-laki (16-18)
(7-12)

Sumber: Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun).

11
TUJUAN 4
MENURUNKAN KEMATIAN ANAK

Target 5
Menurunkan
Kematian Anak

Target 5 Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar dua-pertiganya dalam kurun
waktu 1990-2015.
Catatan: Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian Target 5 adalah
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita (AKBA) per 1.000 kelahiran hidup.

Keadaan dan Perkembangan pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun ke tahun
Kecenderungan cenderung membaik. AKB tahun 1992 tercatat 68 per 1.000 kelahiran hidup, turun
menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1994 kemudian menjadi 46 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997. Pada tahun 2002-2003 mencapai 35 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan pada 2007 menjadi 34 per 1.000
kelahiran hidup (SDKI 2007).

Sedangkan Angka Kematian Balita (AKBA) jika pada tahun 1992 masih berada
pada angka 97 per 1.000 kelahiran hidup, maka pada tahun 1994 telah turun
menjadi 81 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 AKBA sudah
mencapai angka 46 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai 44 per
1.000 kelahiran hidup.

Gambar 7 Perkembangan Pencapaian AKB dan AKBA Nasional, tahun 1992-2007.


120
kematian per 1000 kelahiran hidup

97
100
81
80
58
60 68 46
44 Target MDGs
57 AKBA = 32
40
46
35 34
20
Target MDGs
0 AKB = 23
1991

1993

1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2013

2015

Angka Kematian
Angka KematianBalita (AKBA)
Balita (AKBA)
Angka Kematian
Angka KematianBayi
Bayi(AKB)
(AKB)
Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991, 1994, 1997, 2002/3, 2007 (BPS,
BKKBN, Depkes, USAID, berbagai tahun terbitan).

12
TUJUAN 5
MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 6
Meningkatkan
Kesehatan Ibu

Target 6 Menurunkan kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-
2015.
Catatan: Indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000
kelahiran hidup pada saat melahirkan.

Keadaan dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi 307
Kecenderungan per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002-2003 bila dibandingkan
dengan angka tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, dan menjadi 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada 2007
(SDKI 2007). Adapun target MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup.

Gambar 8 Perkembangan Pencapaian AKI Nasional, tahun 1992-2007 (per 100.000


kelahiran hidup).
500
425
390
373
kematian ibu per 100.000

400
334 307
kelahiran hidup

300 255
228

200

100 Target MDGs


AKI = 102
0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Angka Kematian
Angka Kematian Ibu Ibu (AKI)
(AKI) (SDKI)
(SDKI)
Target MDGs
Target MDGs AKIAKI

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991, 1994, 1997, 2002/3, 2007 (BPS,
BKKBN, Depkes, USAID, berbagai tahun terbitan).

13
TUJUAN 6
MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA, DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Target 7
Pengendalian
Penyebaran HIV/AIDS

Target 7 Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru
pada tahun 2015.
Catatan: indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian Target 7 adalah
Jumlah Kasus Baru (New Cases) dan Jumlah Kumulatif Kasus AIDS
(Cumulative) (orang ODHA).

Keadaan dan Kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat cukup signifikan dari tahun ke
Kecenderungan tahun. Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan juga meningkat cukup
tajam, yaitu dari 2.682 kasus pada tahun 2004, menjadi 11.141 kasus pada
tahun 2007. Sementara itu, jumlah kasus baru AIDS sebanyak 2.947 pada tahun
2007.

Gambar 9 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif AIDS Yang Dilaporkan di Indonesia,1987-September
2007
12,000
11,141
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS
(ODHA) 10,384
10,000
Jumlah Kumulatif Jumlah
Kasus HIV/AIDS (ODHA) 8,193
8,000

5,320
6,000

2,682
4,000
2,873
1,487
2,000 1,171 2,638
826
607
258 352
5 7 12 17 32 45 69 89 112 154 198
0
1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2007.

14
TUJUAN 6
MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA, DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Target 8
Pengendalian
Penyakita Malaria dan
Penyakit Berbahaya
Lainnya

Target 8 Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria
dan penyakit lainnya pada tahun 2015.
Catatan: indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian Target 8 adalah Annual
Parasite Incidence (API) (per 1000 penduduk) dan Annual Malaria Incidence
(AMI) (per 1000 penduduk).

Keadaan dan Pada tahun 1989 prevalensi malaria di daerah Jawa dan Bali (AMI) adalah
Kecenderungan 28,06. Angka ini pada tahun 1997 telah menurun menjadi 16,06. Meskipun pada
tahun 1998 terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi kasus malaria,
namun mulai tahun 2001 angka ini menurun hingga mencapai 19,67 pada tahun
2007. Sedangkan daerah di luar Jawa dan Bali (API), pada tahun 1989 API
tercatat 0,21 dan pada tahun 1997 menjadi 0,12. Meskipun tahun 1998 angka ini
terus meningkat hingga mencapai 0,81 pada tahun 2000 namun kasus malaria
di daerah luar Jawa dan Bali mulai menurun hingga 0,16 pada tahun 2007.

Gambar 10 Angka Penemuan Kasus Malaria, Nasional, tahun 2006.


1.0 40

31.09
0.8
28.06 26.20 30
24.10 24.90 0.81 24.75
0.6 22.79 23.98
20.51 22.11 21.72 21.97 21.80 21.20
0.62
AMI

19.38
API

19.67 20
16.06 0.52
0.4

10
0.2 0.3
0.07 0.08 0.22
0.21 0.19 0.19
0.17 0.17 0.15 0.15 0.16
0.12 0.12
0.0 0
1989 1990 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Insiden
Insiden Malaria
MalariadidiDaerah
DaerahJawa
Jawadan
danBali
Bali(AMI)
(AMI)
Insiden
Insiden Malaria
MalariadidiDaerah
DaerahLuar
LuarJawa
Jawadan
dan Bali (API)
Bali (API)
Keterangan: API=Annual Parasite Incidence (per 1000 pop). AMI=Annual Malaria Incidence (per
1000 pop). Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2007, Departemen Kesehatan.

15
TUJUAN 7
MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 9
Pemaduan Prinsip
Pembangunan
Berkelanjutan

Target 9 Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan


program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang.
Catatan: Indikator yang digunakan: (1) Penetapan Kawasan Hutan (ha); dan (2)
Konsumsi Bahan Perusak Ozon (BPO) Terlarang (metrik ton).

Keadaan dan Luas kawasan hutan Indonesia (yang ditetapkan pemerintah) terus meningkat
Kecenderungan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 Pemerintah menetapkan kawasan hutan
109,96 juta ha, meningkat menjadi 126,98 juta ha (tahun 2005) dan menjadi
127,65 juta ha pada tahun 2007 atau sekitar 67,93 persen dari seluruh luas
daratan.

Untuk mewujudkan bumi lebih hijau maka Indonesia berkontribusi mengurangi


konsumsi energi penyebab efek gas rumah kaca (GRK). Keberhasilan
mengurangi emisi dinyatakan dalam konsentrasi CO2. Rasio jumlah emisi CO2
terhadap jumlah penduduk dalam kurun tahun 1990-2005 bertumbuh rata-rata
5,72 persen/tahun. Sejak tahun 2008, Indonesia telah menghapus seluruh
import dan produksi barang yang menggunakan BPO terlarang dan telah
menggantinya dengan bahan non-BPO terlarang. Kontribusi lain untuk
mengurangi efek GRK adalah meredam laju penggunaan bahan bakar fosil dan
meningkatkan penggunaan biomasa dan meningkatkan pula penggunaan
sumber energi non-fosil seperti listrik.

16
Gambar 11 Perkembangan Penetapan Kawasan Hutan (Juta ha) dan Persentase
Penetapan Kawasan Hutan Terhadap Luas Daratan (%).
130,000
67.58% 67.81% 67.93% 70%
68%
125,000
64.05% 66%
120,000 126,983 127,430 127,650 64%
62%
115,000
58.56% 58.52% 120,350 60%
110,000 58%
109,961 56%
105,000 109,961
54%
100,000 52%
2002 2003 2004 2005 2006 2007

Perkembangan PenetapanKawasan
Perkembangan Penetapan Kawasan Hutan
Hutan (Juta
(Juta Ha)
Ha)
Persentase Penetapan
Persentase PenetapanKawasan
KawasanHutan
HutanTerhadap Luas
Terhadap Daratan
Luas (%)(%)
Daratan
Sumber: Departemen Kehutanan (2007), Laporan Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009:
Pencapaian Sebuah Perubahan, Bappenas: Jakarta, 2009.

Gambar 12 Jumlah Konsumsi Bahan Perusak Ozon (BPO) Terlarang (metrik ton)
12,000

9,150 9,580
Jumlah Konsumsi (metrik ton)

10,000
8,585 7,998
7,728 8,162
7,815 7,763
8,000 9,275 9,404 6,608 6,462 6,544
5,211 6,276 5,836
8,005 7,976
6,000
6,567 6,329 5,997
5,686 5,557 5,787
4,000 5,172 5,120 3,800
4,265
2,000 2,736
1,560
0 0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Konsumsi Bahan
Konsumsi BahanPerusak
PerusakOzon
Ozon(Ozone
(OzoneDepleting
DepletingSubstances)
Substances) (metrik ton) ton)
(metrik
Potensi PerusakOzon
Potensi Perusak Ozon(Ozone
(OzoneDepleting
Depleting Potential)
Potential) (metrik
(metrik ton)ton)

Sumber: Data 1992-1998 dari Indonesia Country Programme Update (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2000); Data 1999-2005 dari Asdep Atmosfer dan Perubahan Iklim (Kementerian
Negara Lingkungan Hidup, 2007), Laporan Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009: Pencapaian
Sebuah Perubahan, Bappenas: Jakarta, 2009.

17
TUJUAN 7
MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 10
Peningkatan Akses
Penduduk Pada
Pelayanan Air Bersih
dan Sanitasi
7

Target 10 Menurunkan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber
air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
Catatan: Indikator yang digunakan (1) Penduduk dengan Akses Air Minum
Layak (Penduduk dengan Akses Pelayanan Air Minum Perpipaan dan Non-
Perpipaan Terlindungi), 1992-2009 (%); dan (2) Penduduk Dengan Akses
Fasilitas Sanitasi Layak (%).

Keadaan dan Pada tahun 1992, pelayanan air minum perpipaan hanya dinikmati 14,7 persen
Kecenderungan rumah tangga. Pada tahun 2000 sudah 19,2 persen rumah tangga mendapatkan
akses air minum perpipaan namun menurun kembali menjadi 14,6 persen pada
tahun 2009. Sementara itu penduduk dengan akses pelayanan air minum non-
perpipaan terlindungi --seperti sumur dan sumber air terlindungi—senantiasa
meningkat dari 38,2 persen di tahun 1994 menjadi 43,4 persen di tahun 2000
dan meningkat lagi menjadi 54,1 persen di tahun 2009. Dengan demikian,
penduduk dengan akses air minum layak (air minum perpipaaan dan non-
perpipaan terlindungi) terus meningkat dari 54,4 persen di tahun 1994 menjadi
68,7 persen di tahun 2009. Target MDGs berdasarkan kondisi awal tahun 1994
sebesar 54,4 persen adalah 77,2 persen (digunakan tahun dasar tahun 1994
karena tidak tersedia data tahun sebelumnya). Secara umum target 10 MDGs
yang ditandai oleh indikator penduduk dengan akses air minum layak sudah
berada dalam jalur yang benar.

Berkenaan dengan fasilitas sanitasi dasar, proporsi rumah tangga dengan akses
fasilitas sanitasi layak (berdasarkan kriteria penggunaan fasilitas sanitasi milik
sendiri, dengan jamban leher angsa, dan tangki septik) sejak tahun 1995 hingga
tahun 2009 terus meningkat. Jika tahun 1995 mencapai 18,2 persen maka tahun
2009 telah mencapai 42,5 persen. Target MDGs tentatif tahun 2015 berdasarkan
kondisi awal tahun 1995 adalah 59,1 persen (digunakan tahun dasar 1995
karena tidak tersedia data tahun sebelumnya). Secara umum pencapaian target
hingga tahun 2009 telah berada dalam jalur menuju target 2015.

18
Gambar 13 Penduduk dengan Akses Air Minum Layak (Penduduk dengan Akses Pelayanan
Air Minum Perpipaan dan Non-Perpipaan Terlindungi), 1992-2009 (%).
90

80
68.7
70 62.0 Target MDGs
60 54.4 54.1 Penduduk Dengan
50 43.4 Akses Air Minum
38.2
40 Layak = 77.2
30
14.7 19.2
20 14.6
10

2002*
1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015
Penduduk dengan
Penduduk denganAkses
AksesPelayanan
PelayananAirAir
Minum Perpipaan
Minum (Total)
Perpipaan (%) (%)
(Total)
Penduduk dengan
Penduduk denganAkses
AksesPelayanan
PelayananAirAir
Minum Non-Perpipaan
Minum Terlindungi
Non-Perpipaan (Total)
Terlindungi (%) (%)
(Total)
Penduduk denganAkses
Penduduk dengan AksesPelayanan
PelayananAirAir Minum
Minum Layak
Layak (Perpipaan
(Perpipaan dan Non-Perpipaan
dan Non-Perpipaan Terlindungi)
Terlindungi) (%) (%)
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun).

Gambar 14 Akses Penduduk Pada Fasilitas Sanitasi Layak, Total (Desa dan Kota), 1995-
2009 (%) (Revisi)
70

60

50
Target MDGs
40 Fasilitas Sanitasi
42.47 Layak
30 (Total, Desa+Kota)
20 = 59.1

10 18.16 Titik Aw al Pencapaian


MDGs
0
1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2003

2004

2006

2007

2008

2010

2011

2012

2013

2014

2015
2002 2)

2005 3)

2009 4)

Total Persentase
Total Persentaserumah
rumah tangga
tangga dengan
dengan sanitasi
sanitasi layak
layak (milik(milik sendiri,
sendiri, leher leher
angsa,angsa, dan tangki)
dan tangki) (%) (%)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun), diolah.

19
TUJUAN 7
MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 11
Perbaikan Kualitas
Permukiman

Target 11 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di


pemukiman kumuh pada tahun 2020.
Catatan: indikator yang digunakan adalah proporsi rumah tangga yang memiliki
atau menyewa rumah, baik secara pribadi maupun kelompok (%).

Keadaan dan Sampai tahun 2009, terdapat 85,9 persen rumah tangga yang mampu memiliki
Kecenderungan dan/atau menyewa rumah tinggal tetap. Sisanya sekitar 14,1 persen dapat
dikatakan masih mendiami daerah tidak layak huni.

Gambar 15 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Rumah Tinggal Tetap (%), Tahun 1992-
2009.

87.7 87.3

85.9
85.1 85.0
84.2 84.3
83.5 83.8
83.1

1992 1995 1998 2001 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Proporsirumah
Proporsi rumah tangga
tangga yangyang memiliki
memiliki atau menyewa
atau menyewa rumah (%)rumah (%)

Keterangan: Proporsi rumah tangga dimaksud adalah rumah tangga yang memiliki atau menyewa
rumah. Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (BPS, berbagai tahun).

20
TUJUAN 8
MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Target 12
Kerjasama
Pengembangan
Keterbukaan Ekonomi

Target 12 Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis


peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.

Catatan: Indikator utamanya adalah (1) Posisi Penyaluran Kredit BPR (%), (2)
Posisi Penyaluran Kredit Bank Umum (%), dan (3) Tingkat Keterbukaan
Ekonomi (%).

Keadaan dan Sebagai perkembangan sistem keuangan yang terbuka di Indonesia,


Kecenderungan Pemerintah Indonesia juga memberikan ruang gerak yang luas untuk mendirikan
lembaga intermediasi keuangan. Bentuk-bentuknya antara lain adalah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank-bank umum. Berkembangnya fungsi
intermediasi perbankan di Indonesia sebagai cermin dari pengembangan sistem
keuangan yang terbuka ditandai oleh indikator Posisi Penyaluran Kredit BPR
dan Bank Umum yang terus meningkat.

Gambar 16 Posisi Penyaluran Kredit BPR dan Bank Umum (%).


85.8 82.0 87.4
80.9 80.7 80.0 82.5
74.5
70.0
61.6 74.6
57.8 54.4 46.0 66.3
45.2 39.9 59.7
50.0 50.2
44.4 43.6 47.2
43.5
38.2
33.4 33.0

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tingkat Keterbukaan
Tingkat KeterbukaanEkonomi
Ekonomi(%)
(%)
BPR (%)
LDR BPR (%)
Bank Umum
LDR Bank Umum(%)(%)
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Bank Indonesia, berbagai tahun).

21
TUJUAN 8
MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Target 15
Kerjasama
Penanganan Hutang
Luar Negeri

Target 15 Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun


internasional agar pengelolan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Catatan: Indikator yang digunakan adalah Rasio Pinjaman Luar Negeri
Terhadap PDB (%)

Keadaan dan Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 membuat posisi rasio
Kecenderungan pinjaman luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat tajam
akibat penurunan nilai tukar rupiah. Namun demikian, Rasio Pinjaman Luar
Negeri terhadap PDB (Debt/GDP) terus menurun dari 126,7 pada tahun 1998
menjadi 28,9 pada tahun 2008.

Gambar 17 Rasio Debt-to Service dan Rasio Posisi Pinjaman Luar Negeri terhadap PDB,
1990-2006
600
52,6 75,5
500
44,7 47,0 40,1
400 38,8 36,7
35,6 36,2 43,1 308,9 29,3
38,9 36,8 38,3
304,3 27,1
300 254,6 17,3
228,1 236,3
249,1 24,8
222,4 216,7 218,9 240,9 237,4 221,2 229,8 221,6 19,4 18,4
200 191,3
155,8
100 127,7 119,7 118,4
126,7
100,8 95,6 107,5 94,3
61,7 57,5 58,2 51,6 55,5 54,8 49,3 61,9 54,9 56,2 48,0 34,8 31,2
0 28,9
1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

DebtService
Debt Service Ratio
Ratio (DSR)
(DSR)
Debt/Export
Debt/Export
Debt/GDP
Debt/GDP

Sumber: Bank Indonesia (berbagai tahun).

22
TUJUAN 8
MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Target 18
Kerjasama
Pemanfaatan
Teknologi Baru

Target 18 Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama


teknologi informasi dan komunikasi
Catatan: Indikator utama yang digunakan adalah persentase rumah tangga yang
memiliki telepon dan telepon selular.

Keadaan dan Penggunanaan telepon sebagai sarana komunikasi di Indonesia semakin


Kecenderungan berkembang dengan pesat. Perkembangan pesat terjadi pada penggunaan
telepon selular yang ditandai dengan kepemilikan telepon selular pada rumah
tangga yang terus meningkat. Perkembangan ini terlihat, pada tahun 2005
terdapat 21,43 persen rumah tangga yang memiliki telepon selular sedangkan
pada tahun 2007 meningkat menjadi 37,59 persen.

Gambar 18 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon dan Telepon Selular, Tahun
2005-2007 (%)

37.59

24.6
21.43

14.32 12.69
11.2

2005 2006 2007

Telepon(%)
Telepon (%)
TeleponSelular
Telepon Selular(%)
(%)
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2006) dan Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS,
2007).

23

Anda mungkin juga menyukai