NIM : 090502074
Tugas : Pengantar Manajemen
I. Outsourcing
Outsourcing atau alih daya adalah proses pemindahan tanggung jawab tenaga
kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan
diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur
dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan bisa
hanya mencangkup tenaga kerja pada proses pendukung (non core business unit)
ataupun secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara
lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu
yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban. Perjanjian kerja menurut pasal
1601a KUH Perdata adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu, buruh,
Dari bunyi pasal tersebut dapat dikatakan bahwa yang dinamakan Perjanjian
Kerja harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Adanya pimpinan orang lain berarti ada unsur wenang perintah. Dalam
Perjanjian Kerja ini unsur wenang perintah ini memegang peranan pokok sebab tanpa
adanya unsur wenang perintah, berarti bukan Perjanjian Kerja. Adanya unsur
wenang perintah berarti antara kedua belah pihak ada kedudukan yang tidak sama.
Kedudukan yang tidak sama ini diatur ada sub-ordinasi artinya ada pihak yang
kedudukannya di atas (Yang memerintah) dan ada pihak yang kedudukannya di
bawah (yang diperintah).
b. Penunaian Kerja
d. Adanya Upah
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh
untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan
perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun
keluarganya (Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981tentang
Perlindungan Upah). Yang dimaksud dengan imbalan, termasuk juga sebutan
honorarium yang diberikan oleh pengusaha kepada buruh secara teratur dan terus-
menerus.
Menurut Pasal 1338 ayat (1) bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah
perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal
1320 KHU Perdata. Pasal 1320 KHU Perdata menentukan empat syarat sahnya
perjanjian yaitu harus ada :
1. Kesepakatan
Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau
saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat
perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan,
penipuan, atau kekhilafan.
2. Kecakapan
Kecakapan di sini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-
orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua
orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-
orang yang ditentukan oleh hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan
di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa.
3. Hal tertentu
Untuk membuat kontrak kerja biasanya didahului oleh masa yang harus dilalui
sebelum adanya kontrak kerja yang disebut masa percobaan.
1. Masa Percobaan
Lama masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan, yang berarti bahwa masa
percobaan dapat diadakan untuk waktu kurang dari 3 (tiga) bulan, misalnya 1 (bulan),
1 1/2 (satu setengah) bulan, 2 (dua) bulan, 2 1/2 (dua setengah) bulan. Jika masa
percobaan lamanya kurang dari 3 (tiga) bulan, tidak boleh diadakan masa percobaan
lain dengan dalih lamanya masa percobaan belum mencapai 3 (tiga) bulan, sebab
masa percobaan hanya boleh diadakan 1 (satu) kali saja. Untuk adanya masa
percobaan harus dinyatakan secara tertulis lebih dahulu.
Berdasarkan uraian di atas maka orang yang dapat membuat perjanjian kerja
adalah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 tahun ke atas, tidak
peduli sudah kawin atau belum.
Bentuk dari Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu berbeda dengan perjanjian
kerja untuk waktu tidak tertentu. Bagi perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus
dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin, serta
harus memuat :
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat rangkap 3 (tiga) dan masing-
masing untuk buruh, pengusaha dan Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus didaftarkan pada Kandep setempat dalam
waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak ditandatangani. Biaya-biaya
dalam rangka pembuatan perjanjian kerja menjadi tanggungan pengusaha. Bagi
perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu bentuknya bebas artinya dapat dibuat
secara tertulis maupun lisan. Selain itu bahasa maupun yang digunakan juga bebas,
demikian juga dibuat rangkap berapa terserah pada kedua belah pihak.
Baik dalam KUH Perdata maupun dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER-05/PER/1986 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu tidak ditentukan
tentang isi dari perjanjian kerja. Pada pokoknya isi dari perjanjian kerja tidak dilarang
oleh peraturan perundangan atau tidak bertentangan dengan ketertiban atau
kesusilaan. Dalam praktek, pada umumnya isi perjanjian kerja biasanya mengenai
besarnya upah, macam pekerjaan dan jangka waktunya.
Dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka
waktu tertentu, dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
hanya 1 (satu) kali saja dengan waktu yang sama, tetapi paling lama 1 (satu) tahun.
Untuk mengadakan perpanjangan pengusaha harus memberitahukan maksudnya
secara tertulis kepada buruh selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian
kerja untuk waktu tertentu tersebut berakhir.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu dapat diperbaharui hanya 1 (satu) kali saja dan pembeharuan tersebut baru
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat diadakan untuk pekerjaan
tertentu yang menurut sifat, jenis atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu :
Bagi perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat diadakan untuk semua
pekerjaan, tidak membedakan sifat, jenis dan kegiatannya.
7. Uang Panjar
Jika pada suatu pembuatan perjanjian kerja diberikan oleh majikan dan
diterima oleh buruh uang panjar, maka pihak manapun tidak berwenang membatalkan
kontrak (perjanjian) kerja itu dengan jalan tidak meminta kembali atau
mengembalikan uang panjar (Pasal 1601e KUH Perdata). Meskipun uang panjar
dikembalikan atau dianggap telah hilang, perjanjian kerja tetap ada.