Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR RUANG DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007


( STUDI KASUS DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT)

JUNI GULTOM
Fakultas Teknik Universitas Antakusuma Pangkalan Bun Kabupaten
Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah

Abstracts:The purposes of the research were to study of spatial structure


Kotawaringin Barat regency. The research was held from June-October 2010 in
Kotawaringin Barat Regency. It covered : (1) administratve preparation; (2)
observation; (3) data collection (primary and secondary data); (4) data processing and
analysis, and (5) report writing. The research data included: (1) Field work research ;
and (2) Library research. The data analisys employed yuridis-normative methodes.
Result of the research revealed that: (1) Regional Activities Centre;As a centre of
activities of urban settlements with hierarchies regional/regency scale services
(hierarchy I), located in Pangkalan Bun City as a Local activities centre (PKL) as
a centre of urban settlements located in the capital of district in Kotawaringin
Barat regency (2) Local activities centre I , has infrastructure facilities for
regional development as lower as Local activities centre I that included in the
Local activities centre I are entire area in Kumai District, the centre of Local
activities centre I in Kumai; (3)Local activities centre II is the centre of Local
activities centre II in Kotawaringin Lama; (4) Local activities centre III is the
centre of Local activities centre III in Pangkalan Lada, Pangkalan Banteng,
Pangkut and Karang Mulia;(5) Zona activities centre are all village that have
potential to develop.
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Kebijakan penataan ruang menurut UU No 24 tahun 1992, Jo UU No 26 Tahun 2007,


menggariskan bahwa keseluruhan kegiatan pembangunan di daerah harus terkoordinasi
secara keruangan guna mewujudkan pemerataan pembangunan dan mengurangi
ketimpangan pertumbuhan kawasan. Koordinasi rencana kegiatan diwujudkan dalam
rencana tata ruang, baik mengenai pola pemanfaatan ruang maupun struktur pemanfaatan
ruang. Dengan demikian pada implementasi rencana tidak muncul kendala dalam
pemanfaatan ruang dan pada akhir akan tercipta perkembangan kawasan yang merata
serta tidak ada ketimpangan pertumbuhan antar daerah dan intra wilayah.

Rencana Tata Ruang merupakan hasil perencanaan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan ruang adalah
susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk
tata ruang, diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan dan hirarki prasarana jalan. Secara
hirarkis, produk rencana tata ruang terdiri dari:
Untuk tingkat nasional terdapat RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional),
Untuk tingkat propinsi terdapat RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi),
Untuk tingkat kabupaten / kota terdapat RTRWK (Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten / Kota).

Terjadinya pemekaran wilayah di Kalimantan Tengah sesuai dengan Undang-undang


No. 5 tahun 2002 dimana Kabupaten Kotawaringin Barat dimekarkan menjadi tiga
Kabupaten, yaitu menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau dan
Kabupaten Sukamara, tentunya membawa dampak khusus, bahwa areal penataan ruang
wilayah semakin mengecil menjadi 10.759 Km2.
Dalam lingkup internal kabupaten, terdapat pemekaran wilayah kecamatan dan
pembangunan jalan baru yang berpengaruh terhadap rencana tata ruang. Kecamatan yang
dimekarkan adalah Kecamatan Pangkalan Lada dan Pangkalan Banteng. Sedangkan
pembangunan jalan baru adalah ruas yang menghubungkan Pangkalan Bun – Kotawaringin
Lama yang melintasi hutan produksi.

Metoda Penelitian
Waktu, Lokasi, dan Kegiatan penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni – Otober 2010 dengan lokasi penelitian di Kabupaten
Kotawaringin Barat. Kegiatan penelitian yang dilakukan yaitu antara lain: (1) persiapan
penelitian dan mengurus perijinan; (2) Observasi lapangan; (3) pengambilan data primer
dan sekunder; (4) pengolahan dan analisis data; dan, (5) penyusunan laporan penelitian.
Metoda pengumpulan data dan Analisis data

Data penelitian yang dikumpulkan terdiri atas: (1) Field work reserch yaitu penelitian
langsung dilakukan di lapangan; (2) Library research yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengumpulkan data dan mempelajari literatur, peraturan yang berkaitan dengan
penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metoda yuridis normatif
terhadap ketentuan dan standar-standar perencanaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Profil Wilayah Kabupaten


Secara administratif, luas Kabupaten Kotawaringin Barat adalah 10.759 Km2 yang
terdiri dari 6 Kecamatan meliputi : Kecamatan Arut Selatan, Kumai, Kotawaringin Lama,
Arut Utara, Pangkalan Lada dan Pangkalan Banteng. Untuk lebih jelasnya mengenai luasan
Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilihat pada Tabel 1.1, sedangkan untuk lebih jelasnya
mengenai lokasi study dan sebaran wilayah administrasinya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Tingkat kepadatan penduduk kabupaten Kotawaringin barat pada tabel 1.2.

Tabel 1. 1 Luas Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Kecamatan


Luas Prosentase Luas
No. Kecamatan
(Km2) Terhadap Kabupaten
1. Arut Selatan 2.400 22,31
2. Kumai 2.921 28,13
3. Kotawaringin Lama 1.218 11,32
4. Arut Utara 2.685 24,96
5. Pangkalan Lada 229 3,08
6. Pangkalan Banteng 1.306 10,21
Kotawaringin Barat 10.759 100,00

Sumber : Penduduk Kotawaringin Barat, BPS Tahun 2007

Sementara itu, data selama 6 tahun terakhir, menunjukkan bahwa perkembangan


jumlah penduduk di Kabupaten Kotawaringin Barat selalu bertambah tiap tahunnya,
dengan laju pertumbuhan sebesar 4,24 %.
Apabila dilihat per kecamatan, Kecamatan Pangkalan Lada merupakan wilayah yang
mempunyai kepadatan penduduk tertinggi sebesar 112,40 jiwa/Km 2, sedangkan tingkat
kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Arut Utara sebesar 4,40 jiwa/Km 2. Tingginya
tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Pangkalan Lada karena luas wilayah yang
sangat kecil sedangkan jumlah penduduk cukup besar. Gambar 1.2 akan merinci jumlah dan
tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2007.
Gambar 1. 1 Peta Administrasi kabupaten Kotawaringin Barat

Gambar 1. 2 Peta Kepadatan Penduduk


Kabupaten Kotawaringin Barat
Kebijakan Dasar Pembangunan Kabupaten
Kebijakan dasar pembangunan kabupaten Kotawaringin Barat yang menjadi dasar
penyusunan penentuan struktur ruang Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari :
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pulau Kalimantan
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun 2003
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun 2009
4. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2004
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2006 – 2025

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pulau Kalimantan


Dalam kaitannya dengan Kabupaten Kotawaringin Barat, kebijakan penataan ruang
yang terkait dengan penataan ruang Pulau Kalimantan adalah:
 Mendorong upaya pemanfaatan ruang kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan pada Sungai Lamandau dan Sungai Arut.
 Pengembangan budidaya perkebunan.
 Pembangunan kawasan budidaya kehutanan dan sentra produksi kehutanan.
 Mendorong pertumbuhan Kota Pangkalan Bun menjadi Pusat Kegiatan Wilayah.
 Meningkatkan sistem jaringan jalan darat lintas selatan Banjarmasin-Palangka Raya
– Pangkalan Bun – Kalimantan Barat.
 Pengembangan transportasi sungai pada Sungai Lamandau.
 Pengembangan Bandar Udara sebagai pusat pelayanan skala regional.
 Pengembangan sistem prasarana energi dan tenaga listrik melalui pembangunan
PLTD di Pangkalan Bun.
 Peningkatan kapasitas Pelabuhan Kumai sebagai pelabuhan Nasional.

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun 2003


Dalam RTRWP tahun 2003, luas kawasan hutan yang diusulkan RTRWP Kalteng naik
(bertambah) dari fungsi hutan yang sama pada TGHK up date adalah HL (16,99%), HPT
(0,79%), HPK (1,41%), dan APL (186,80%); sedangkan KSA/KPA dan HP diusulkan masing-
masing berkurang luasnya sebesar 2,45 dan 53,53%. Akan tetapi, hasil paduserasi yang juga
menunjukkan kenaikan adalah HL (5,23%) dan APL (110,88%), sedangkan HP, HPT dan HPK
terjadi penurunan, yaitu masing-masing 13,86; 5,24 dan 21,52% dibandingkan dengan luas
TGHK up date.

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun 2009


Sebelum RTRWP Kalteng 2009, dilakukan padu serasi dengan dengan tata guna
kesepakan/Departemen Kehutanan yang memperoleh titik temu dan disepakati luasan
kawasan lindung sebesar 11,14 % dan kawasan budidaya sebesar 88,86 %, sesuai dengan
Surat Gubernur Kalimantan Tengah No. 008/965/IV/Bapp, tanggal 14 Mei 1999. Peruntukan
kawasan berdasarkan padu serasi adalah sebagai berikut:
a. Kawasan lindung sebesar 11,14 %, terdiri dari hutan
lindung, taman nasional, taman wisata, cagar alam, cagar budaya, danau,
perlindungan pelestarian hutan, suaka margasatwa dan perlindungan setempat
tidak dirinci.
b. Kawasan budidaya sebesar 88,86 %, terdiri dari
kawasan hutan produksi, hutan produksi biasa, hutan pendidikan dan penelitian,
hutan tanaman industri, areal transmigrasi, kawasan pengembangan produksi,
kawasan permukiman dan penggunaan lain serta kawasan khusus.
c. Rencana sistem kota-kota, permukiman dan rencana
sistem prasarana wilayah tidak mengalami perubahan.

4. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2004


Dalam hal pola ruang, substansinya menjelaskan rencana fungsi kawasan yang
terdiri dari kawasan lindung dan budidaya. Pola ruang Kabupaten Kotawaringin Barat
yang diolah dari RTRW Provinsi 2003 dapat disimak pada Tabel berikut ini.

No
PEMANFAATAN Jumlah (Ha) Prosentase (%)
.
I. Kawasan Lindung    
1. Kaw. Hutan Lindung 8.568,90 0,08
2. Kaw. Taman Nasional 190.145,00 1,77
3. Kaw. Suaka Margasatwa 37.397,31 3,48
4. Kaw. Taman Wisata 13.006,00 1,21
5. Lain-Lain*) 21.681,61 2,02
Jumlah I 270.798,82 25,17
II. Kawasan Budidaya    
1. Hutan Produksi (HP) 264.222,98 24,56
2. Hutan Produksi Tetap (HPT) 92.404,22 8,59
3. Kaw. Pengembangan Produksi (KPP) 353.802,53 32,88
4. Kaw. Permukiman & Penggunaan Lain (KPPL) 60.490,27 5,62
5. Areal Transmigrasi (T1) 34.181,18 3,18
6. Rencana Areal Transmigrasi (T2) - -
Jumlah II 805.101,18 74,83
 Luas Kawasan Lindung dan Budidaya 1.075.900,00 100
Sumber : fakta dan analisis, Draft RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2004

5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kotawaringin


Barat Tahun 2006 – 2025
Berdasarkan kondisi dan permasalahan umum daerah Kabupaten Kotawaringin
Barat dan dengan memperhatikan amanat pembangunan, yaitu cita-cita nasional seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sejarah pembentukan Kabupaten, nilai-nilai
luhur, serta kesepakatan bersama dalam forum MUSRENBANG, maka visi Pembangunan
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2006 – 2005 adalah :
KOTAWARINGIN BARAT YANG AMAN, MAJU DAN SEJAHTERA, MANDIRI,
DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN
Dalam mewujudkan masyarakat Kotawaringin Barat yang Aman, Maju dan Sejahtera,
Mandiri, Demokratis dan Berkeadilan secara garis besar dapat ditempuh melalui misi
pembangunan daerah sebagai berikut :
1) Mewujudkan masyarakat Kotawaringin Barat yang aman ;
2) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik ;
3) Meningkatkan kehidupan bermasyarakat yang demokratis ;
4) Mempercepat kecukupan sarana dan prasarana umum secara integratif dan
komprehensif dalam rangka peningkatan daya dukung terhadap pembangunan
daerah ;
5) Mewujudkan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan yang berorientasi
agribisnis untuk pengembangan agroindustri dan ketahanan pangan secara
berkelanjutan ;
6) Meningkatkan akselerasi perkembangan koperasi (sebagai urat nadi perekonomian)
dan UKM serta dunia usaha yang saling terkait dengan sistem berjaringan antar usaha
dan antar daerah, khususnya yang berbasis potensi dan keunggulan.
7) Membangun dan mengembangkan budaya pembelajaran yang mendidik secara
merata dan adil pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan untuk menciptakan
masyarakat yang beriman, bertakwa, bermoral , cerdas, kreatif dan inovatif serta
memiliki daya saing yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat ;
8) Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas hidup secara berkelanjutan ;
9) Mewujudkan kemitraan yang sistematis antara pemerintah daerah dan masyarakat
serta penguatan partisipasi kelompok-kelompok masyarakat bagi pencegahan
masalah sosial kemasyarakatan dan peningkatan kecepatan penanggulangannya
secara berkesinambungan ;
10) Mewujudkan peningkatan kualitas kependudukan dan ketenagakerjaan, keluarga
kecil berkualitas serta pemuda dan olah raga diseluruh wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat ;
11) Mewujudkan fungsi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang serasi dalam
mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat secara
berkesinambungan;
12) Mengoptimalkan produktivitas pemanfaatan dan pengendalian ruang sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku.

Strategi Pemanfaatan Ruang Kabupaten

Dalam pemanfaatan ruang kabupaten, strategi pembangunan wilayah Kabupaten


Kotawaringin Barat yang digunakan adalah konsep Satuan Wilayah Pengembangan (SWP).
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) adalah suatu konsep pengelompokan wilayah
berdasarkan kesamaan karakteristik yang dilihat dari berbagai aspek. Tujuan
pengelompokan ini adalah sebagai dasar dalam merencanakan kegiatan pembangunan agar
tercipta keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan dalam satuan wilayah dan antar
wilayah pengembangan. Agar terwujud pola pelayanan yang terpadu dan pemerataan
dalam hal pembangunan dan pengembangan wilayah, maka Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP) di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah sebagai berikut :
a. SWP I dengan pusat pengembangan di Kota Pangkalan Bun. Wilayah termasuk
kedalam SWP ini adalah Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kotawaringin
Lama. Pangkalan Bun disamping sebagai pusat pelayanan kabupaten, juga berfungsi
sebagai pusat pengembangan wilayah bagian barat Propinsi Kalimantan Tengah.
Fungsi SWP ini sebagai pusat pemerintahan skala kabupaten, perdagangan,
pertanian, perkebunan dan pariwisata sejarah.
b. SWP II dengan pusat pengembangan di Kota Kumai. Wilayah termasuk kedalam
SWP ini adalah Kecamatan Kumai. Fungsi wilayah adalah sebagai outlet masuk
wilayah kabupaten/propinsi melalui laut, industri pengolahan hasil-hasil pertanian,
perkebunan dan kehutanan.
c. SWP III dengan pusat pengembangan di Kota Karang Mulya. Wilayah termasuk
kedalam SWP ini adalah Kecamatan Pangkalan Lada, Kecamatan Pangkalan Banteng
dan Kecamatan Arut Utara. Wilayah ini relatif memiliki kesamaan sumberdaya alam.
Fungsi wilayah diarahkan sebagai Agropolitan Area.

Struktur Ruang Kabupaten


Sistem Pusat Perkotaan/ Pusat Kegiatan Kabupaten Kotawaringin Barat
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan pusat kegitan permukiman perkotaan
dengan hirarki pelayanan skala regional/kebupaten (hirarki I), terletak di Kota
Pangkalan Bun yang merupakan Ibukota Kabupaten Kotawaringin barat dengan
arahan pengembangan kegitan utama yaitu sebagai pusat pemerintahan dan
pelayanan publik, perekonomian dan regional, pusat distribusi dan koleksi barang
dan jasa, pusat jasa pendukung kegiatan perekonomian (pengolahan dan
pemasaran). Sedangkan untuk kegiatan penunjang utama yaitu sebagai pusat
kegiatan pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan permukiman.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat permukiman perkotaan denngan
skala pelayanan kecamatan (hirarki II) dengan orientasi kegiatan berupa
pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan masyarakat dan lain-lain. Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) ini terletak di ibukota kecamatan di Kabupaten Kotawaringin
Barat.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai
outlet masuk wilayah kabupaten/propinsi melalui laut, industri pengolahan hasil-
hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan dengan skala perlayanan beberapa
kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I mempunyai kelengkapan sarana dan
prasarana pengembangan wilayah lebih rendah dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I.
Yang termasuk pada lingkup Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I adalah seluruh wilayah
Kecamatan Kumai, dengan pusat PKL II di Kota Kumai.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) II merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai
pusat pertumbuhan pertama dengan orientasi kegiatan berupa pusat pemerintahan
skala kecamatan, perdagangan dan jasa, pelayanan masyarakat, pertanian,
perkebunan dan pariwisata sejarah dan lain-lain yang termasuk Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) II ini adalah wilayah Kec. Kotawaringin Lama, dengan pusat PKL II di
Kota Kotawaringin Lama.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) III merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan
menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat produksi pertanian dan
perkebuanan (agropolitan area) dengan skala pelayanan beberapa kecamatan serta
menunjang kota dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) II diatasnya. Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) III mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan
wilayah lebih rendah dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) II. Kecamatan yang termasuk
ke dalam lingkup Pusat Kegiatan Lokal (PKL) III adalah Kec.Pangkalan Lada,
Kec.Pangkalan Banteng, dan Kec.Arut Utara, dengan pusat PKL III di Kota Karang
Mulya.
 Pusat Kegiatan Kawasan (PKK) merupakan pusat permukiman/kegiatan dengan
skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan (hirarki III) dengan arahan
pengembangan dan pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya.
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman/kegaitan dengan
skala desa/kelurahan atau beberapa kampung (hirarki IV) dengan arahan
pengembangan sakala pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya.
Pusat pengembangan kegiatan terletak di seluruh pusat desa di Kabupaten
Kotawaringin Barat.
Sistem Pusat Perkotaan/ Pusat Kegiatan Kabupaten Kotawaringin Barat
 Sistem Transportasi Darat

Jenis Jalan Ruas Jalan Lokasi Status Jalan


Jalan Arteri Primer Jalan Negara Pangkalan Bun Kec.Arut Selatan Nasional
ke Amin jaya - kabupaten
Seruyan
Jalan Negara Pangkalan Bun Kec.Arut Selatan Nasional
ke Nangabulik
Arteri sekunder Jalan Pangkalan Bun- Propinsi/ Kabupaten
Kotawaringin Lama
Jalan Pangkalan Bun – Kumpai
Batu – Tanjung Putri.
Jalan Pangkalan Bun – Kumai
– Kubu- Teluk Bogam –
Tanjung Putri -Perbatasan
Kabupaten Sukamara.
Jalan Pangkut – Rantau Pulut
Jalan Pangkut – Aspek Paper –
Nangabulik
Jalan Angkutan khusus
(pertambangan, perkebunan
dan kehutanan): 1) Nanga
Mua – Semanggang- pabrik
Pulp; 2) Rangda – Sungai
Rangit jaya – P. Bumi Harjo;
3) rantau Pulut/Seruyan –
Semanggang – S.Rangit jaya-
P. Bumi Harjo
Kolektor primer Jalan Pangkut – Runtu –Sulung Propinsi/ Kabupaten
Kenambui – Rangda – Lalang
– Kotawaringin.
Rangda – Medang Sari –
Simpang Runtu
Purbasari– Pelabuhan Roro –
Kumai
Pangkalan Banteng – Sungai
Bedaun – Kumai Sebrang
Sp Kotawaringin lama/P.bun –
Simpang Runtu
Pembangunan jalan Palih Baru
– Kondang – Rungun –
Lalang.

Kolektor sekunder  jalan antar desa di Propinsi/ Kabupaten


sepanjang Sungai Arut
ataupun Sungai Lamandau
Lokal primer Seluruh ruas jalan kabupaten Kabupaten
Lokal sekunder Seluruh ruas jalan kabupaten Kabupaten
PENUTUP
Simpulan
1. Dalam UU Nomor 26 tahun 2007, tentang penataan ruang struktur ruang adalah
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan pusat kegitan permukiman perkotaan
dengan hirarki pelayanan skala regional/kebupaten (hirarki I), terletak di Kota
Pangkalan Bun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat permukiman perkotaan
terletak di ibukota kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I mempunyai kelengkapan
sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah dari Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) I. Yang termasuk pada lingkup Pusat Kegiatan Lokal (PKL) I adalah seluruh
wilayah Kecamatan Kumai, dengan pusat PKL I di Kota Kumai.
4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) II Pusat Kegiatan Lokal (PKL) II ini adalah wilayah Kec.
Kotawaringin Lama, dengan pusat PKL II di Kota Kotawaringin Lama.
5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) III Kecamatan yang termasuk ke dalam lingkup Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) III adalah Kec.Pangkalan Lada, Kec.Pangkalan Banteng, dan
Kec.Arut Utara, dengan pusat PKL III di Kota Karang Mulya.
6. Pusat Kegiatan Kawasan (PKK) merupakan pusat permukiman/kegiatan dengan skala
kecamatan atau beberapa desa/kelurahan (hirarki III) dengan arahan pengembangan
dan pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya.
7. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Pusat pengembangan kegiatan terletak di seluruh
pusat desa di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Saran
1. Dalam pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat agar memperhatikan konsep
struktur ruang yang secara hirarkis akan memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Jaringan jalan yang merupakan salah satu pembentuk struktur ruang dengan fungsi
arteri, kolektor dan lokal sangat berpengaruh terhadap perencanaan kelas jalan,
daya dukung jalan dan perencanaan teknis jalan. Oleh sebab itu agar perencana
jalan benar benar memperhatikan struktur wilayah dalam design teknis struktur
jalan.
3. Seyogianya Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat segera membuat peraturan
Bupati tentang jalan di kabupaten dengan memperhatikan fungsi dan skala
pelayanan jalan
DAFTAR PUSTAKA

Rondinelly , 2000. Applied Methodes of regional Anaysis The Spatial Dimensions of


Development Policy
Undang-undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
Undang-undang No. 5 Tahun 2002, tentang Pemekaran Wilayah Kalimantan Tengah;
Undang-undang No. 22Tahun 2009, tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;
Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan

Anda mungkin juga menyukai