PENDAHULUAN
Contohnya ialah albinisme atau diabetes mellitus yang sering menghinggapi lebih
daripada satu anggota keluarga. Maka tidaklah mengherankan adanya usaha keras
untuk mencari hubungan antara kromosom dan penyakit herediter. Ternyata memang
benar ada penyakit yang berpangkal pada kelainan kromosom. Di antara penyakit-
penyakit herediter ini ada yang kelainan kromosomnya dapat dilihat jelas dengan
mikroskop ada juga yang sulit ditemukan adanya kelainan pada kromosomnya. Dalam
hal ini mungkin kelainan kromosom sangat kecil atau hanya berupa kelainan susunan
Walaupun saat ini kanker dikenal sebagai penyakit yang berkaitan dengan
lingkungan dan muncul secara sporadis, namun kanker dipertimbangkan sebagai suatu
penyakit genetik karena adanya mutasi gen sebagai faktor yang konsisten. Kromosom
jenis keganasan tertentu. Berawal dari penemuan ini, sitogenetika yang mempelajari
tulang, dan penemuan tersebut lebih patognomonik. Keadaan yang berbeda ditemukan
pada tumor padat, dimana saat tumor terlihat dengan mata telanjang telah terjadi
perubahan kromosom yang kompleks sehingga menimbulkan kesulitan teknis bagi para
ahli sitogenetika. Namun para ilmuwan percaya bahwa adanya kemajuan dalam
1
teknologi kromosom, dari sitogenetika konvensional menjadi sitogenetika molekuler,
KARIOTIPE NORMAL
kromosom dan penyakit terkait lainnya yang disebabkan oleh tidak normalnya struktur
dan atau jumlah kromosom . Biasanya kromosom tidak dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya, tapi selama profase dan metafase kromosom menjadi cukup jelas untuk
dianalisis. Untuk memastikan bahwa setiap kelainan yang terdeteksi mewakili pada
kondisi in vivo. 2
kromosom yang mencakup 22 pasang autosom dan dua kromosom seks, XX pada
wanita dan XY pada pria (gambar 1). Ini disebut jumlah diploid. Setelah penemuan
Gambar 1. Normal male karyotype with G banding. (Courtesy of Dr. Nancy Schneider,
Department of Pathology, University of Texas Southwestern Medical Center, Dallas, TX.)4
2
TEKNIK PEWARNAAN DAN BANDING KROMOSOM
Penentuan kariotipe merupakan alat dasar bagi para ahli sitogenetik. Kariotipe
adalah representasi fotografik sebaran metafase yang telah diwarnai yang menyususn
kromosom dari yang terpanjang hingga terpendek. Telah dikembangkan berbagai teknik
untuk mewarnai kromososm. Pada teknik pewarnaan Giemsa ( G banding) yang telah
digunakan secara luas, setiap set kromosom tampak memiliki pola tersendiri pita terang
Terlebih dahulu dibuat biakan (kultur) jaringan yang akan dipelajari. Sel limfosit
darah tepi atau sel fibroblas kulit dapat juga diinduksi untuk membelah dan kemudian
dihentikan pada metafase dengan pemberian colchicine yaitu suatu zat yang
kromosom, yang terbelah saat metafase, dapat diidentifikasi dengan teknik pewarnaan
khusus (banding dengan pewarnaan Giemsa atau pewarna fluoresen). Inti sel kemudian
dipulas hingga kromosom-kromosom pada taraf metafase ini tampak jelas dan dapat
dibuat mikrofoto. Kemudian gambar-gambar kromosom ini disusun menurut besar dan
letak sentromernya. Dimulai dari kromosom yang paling besar sampai yang paling kecil.
Yang paling akhir adalah kromosom seks. Kariotipe normal mengandung 46 kromosom
yaitu 22 pasang autosom dan sepasang kromosom seks. Pada pria pasangan kromosm
Prosedur pewarnaan telah dikembangkan dalam dua dekade terakhir dan teknik
ini membantu untuk mempelajari kariotipe. Selain teknik G banding ada beberapa teknik
3
a. Q banding
pewarnaan quinacrine mustard dan diamati dengan sinar UV. Ujung-ujung distal setiap
kromatid tidak terwarnai oleh teknik ini. Pendaran fluoresens pada kromosom Y menjadi
b. R banding
R banding (dari reverse) adalah kromatid yang berada di zona yang tidak
berpendar dengan pewarnaan quinacrine mustard, yaitu kromatid yang pada Q banding
c. G banding
G banding (dari Giemsa) memiliki lokasi yang sama dengan Q banding dan tidak
Giemsa) sel diinkubasi dalam asam sitrat dan NaCl selama satu jam pada suhu 600C dan
d. C banding
Kromosom terdiri dari lengan pendek yang ditandai dengan p, dan lengan panjang
dengan q yang dipisahkan oleh suatu penyempitan primer yang disebut sentromer.
4
Setiap lengan kromosom terdiri dari satu atau lebih regio. Setiap regio terdiri dari satu
atau lebih band. Dalam mengalokasikan setiap band tertentu, diperlukan empat item
yaitu : jumlah kromosom, simbol lengan, jumlah regio, dan jumlah band pada lokasi ini.
Sebagai contoh 1q23 berarti kromosom 1, lengan panjang, wilayah 2, dan band 3.2
prognosis dan respon terhadap terapi yang lebih baik, sebaliknya ditemukannya
kromosom Ph’ pada leukemia limfositik akut merupakan indikator yang kurang baik. Di
negara-negara maju dimana faktor biaya tidak merupakan masalah besar, sekarang
untuk diagnosis leukemia para dokter dan ahli laboratorium lebih menyukai dengan
teknik-teknik molekuler atau FISH karena lebih cepat dan tepat. Namun di Indonesia
5
sitogenetika masih cukup akurat dan terjangkau biayanya asal dikerjakan oleh ahli
3
sitogenetika yang berpengalaman.
neon berlabel untuk mendeteksi atau mengkonfirmasi kelainan gen atau kromosom
yang umumnya di luar resolusi sitogenetik konvensional. Ketika indeks mitosis rendah,
atau persiapan Sitogenetika suboptimal, diagnosis akurat sering tidak tercapai dengan
menggunakan teknik banding. Dalam situasi tertentu FISH dapat berguna karena
metodologi FISH memungkinkan deteksi target tertentu yang menyebar tidak hanya di
metafase, tetapi juga pada interfase nondividing nuclei. Hal ini membuat FISH menjadi
alat deteksi yang kuat, cepat dan sensitif terhadap kelainan kromosom.3
KELAINAN KROMOSOM
strukturnya (aberasi kromosom) untuk dapat dilihat melalui teknik banding (teknik pita).
Perubahan seperti itu biasanya meliputi paling tidak 1 juta pasangan basa nukleotida
dan mungkin mempengaruhi banyak gen. Dengan demikian, efek klinis dari perubahan
Meskipun kelainan kromosom sangat kompleks, ada dua tipe dasar, yaitu
numerik dan struktural. Kedua jenis dapat terjadi secara bersamaan. Kelainan numerik
melibatkan kerugian dan atau keuntungan dari suatu kromosom utuh dan dapat
mencakup baik autosom dan kromosom seks . Singkatan yang digunakan adalah (+)
untuk kelebihan atau (-) untuk kekurangan atau kehilangan kromosom. Sel yang telah
trisomi. Ada juga suatu kondisi yang disebut triploidy di mana ada tambahan salinan
tidak dapat diidentifikasi dengan pola band-nya, ini disebut kromosom marker (mar). 2,4,5
6
Kelainan numerik pada kromosom yaitu terjadinya perubahan pada jumlah
kromosom, bisa pada jumlah set kromosom, kromosom autosom, juga pada kromosom
seks. Kelainan numerik pada set kromosom sering juga dikenal dengan ploiditas.
Kondisi dimana set kromosom didapati lebih dari satu set atau “2n” disebut dengan
poliploid. Contohnya triploid (3n), dimana tambahan kromosom bisa dari paternal yang
kromosom dari maternal yang menyebabkan abortus spontan pada awal kehamilan.
Tetraploid (4n) diduga dapat menyebabkan kegagalan pada cleavage zigot. Sedangkan
perubahan jumlah kromosom yang tidak melibatkan set kromosom tapi hanya sedikit
sepasang kromosom. 7
mutasi mayor telah terjadi. Meskipun teknik banding yang berlaku sekarang
menyangkut satu atau beberapa gen yang di luar kemampuan cara-cara yang ada
banyak sel yang mengalami transformasi dan sel kanker, dan ada dugaan kuat bahwa
perubahan gen terjadi pada semua keadaan tersebut. Perubahan yang tampak
berbentuk kelainan jumlah kromosom dan kelainan struktur dalam kromosom tertentu,
a. Translokasi
7
Translokasi adalah terjadinya pertukaran dua atau lebih segmen kromosom.
Pertukaran ini bisa timbal balik atau tidak. Contoh klasik dari translokasi yang paling
nyata adalah kromosom Philadelphia (Ph’) pada leukemia myeloid kronik (CML), yang
terdiri atas translokasi timbal balik dan seimbang antara kromosom 22 dan biasanya 9.
pada lebih dari 90% kasus leukemia mielogenosa kronik, merupakan penanda penyakit
yang andal. Sangat sering ditemukan, terutama pada neoplasma darah. Beberapa
kasus leukemia mielogenosa kronik yang tidak memiliki kromosom Ph’ memperlihatkan
bukti molekular terjadinya tata ulang BCR-ABL, konsekuensi penting translokasi Ph’.
Pada lebih dari 90% kasus limfoma Burkitt, sel mengalami translokasi, biasanya antara
kromosom 8 dan 14. pada limfoma sel B folikular, sangat sering ditemukan translokasi
timbal balik antara kromosom 14 dan 18. Deteksi kromosom Philadelphia yang
merupakan indikator diagnosis dan prognosis pada leukemia dapat diperiksa secara
yaitu pada translokasi (kromosom 9 dan 22) yang menyebabkan fusi gen ABL (pada
kromosom 9) dengan BCR (pada kromosom 22) yang memacu terjadinya leukemia
8
Gambar 2. Translokasi pada kromosom
2 macam titik patahan yang berbeda pada kromosom 22 yaitu diantara ekson 1-2 pada
leukemia limfositik akut dan diantara ekson 10-11 pada leukemia mieloid kronik.
Perbedaan 2 titik patahan ini menyebabkan 2 jenis fusi gen (chimeric gen) yang
menghasilkan produk protein yang berbeda dan gejala klinis yang berbeda pada kedua
2,4,5,6
jenis leukemia tersebut.
b. Delesi / Defisiensi
segmen kromosom ini dapat menyebabkan pertumbuhan ke arah neoplastik ketika gen
tumor supresor hilang, seperti pada epitel adenoma. Delesi kromosom adalah kelainan
struktural kedua tersering pada sel tumor. Dibandingkan dengan translokasi, delesi lebih
sering ditemukan pada tumor padat nonhematopoietik. Delesi kromosom 13q pita 14
dilaporkan berkaitan dengan retinoblastoma. Delesi 17p, 5q, dan 18q, yang semuanya
ditemukan pada kanker kolorektum, mengandung tiga gen tumor supresor. Delesi 3p,
yang ditemukan pada beberapa tumor, sangat sering terjadi pada karsinoma paru small
cell, dan sekarang sedang dilakukan perburuan terhadap satu atau lebih gen tumor
c. Duplikasi
9
Suatu duplikasi intrakromosomal memerlukan setidaknya dua segmen
kromosom, dimana diantara segmen keduanya saling berduplikasi, kepala bisa untuk
ekor atau kepala untuk kepala. Salah satu duplikasi yang paling sering terlihat pada
di q12-21 dan q31-q44). Duplikasi ini terutama terlihat pada keganasan limfoid (ALL dan
d. Inversi
Inversi adalah suatu perubahan pada segmen kromosom yang melibatkan dua
segmen, dengan reintegrasi dari segmen kromosom dalam orientasi terbalik. Ketika
terjadi perubahan dua segmen kromosom pada satu sisi sentromer, ini disebut inversi
parasentrik. Salah satu contoh yang baik dari inversi parasentrik ini adalah pada lengan
panjang kromosom 3 terlihat pada AML dengan disertai disregulasi gen EVII di 3q26.
Jika kedua segmen mengelilingi sentromer, ini disebut inversi perisentrik, perubahan
bisa terjadi pada bagian lengan kromosom. Salah satu contoh yang baik dari inversi
abnormal (M4eo).
10
Gambar 6. Inversi pada kromosom.
Hasil inversi adalah perpaduan antara gen-rantai berat myosin (MYH11) pada
16p13 dan faktor b inti mengikat, faktor transkripsi di 16q22. Pada pasien dengan inv
(16), perubahan segmen juga tampak menyebabkan hilangnya gen untuk protein
resistensi multidrug. Karena inversi ini agak sulit untuk dilihat pada persiapan kromosom
suboptimal, maka FISH adalah pemeriksaaan yang ideal untuk mendeteksi inversi ini.
Meskipun beberapa kelas FAB telah dicatat, sebagian besar kasus inv (16)
diklasifikasikan sebagai M4eo dan menunjukkan prognosis yang baik. Keadaan ini juga
bisa terjadi pada pasien trisomy 8, trisomy 22, dan delesi 7.2,4,5,6
e. Insersi
Insersi (in) atau Penyisipan berarti materi kromosom bergerak ke posisi yang
baru, posisi interstisial pada kromosom yang sama atau kromosom yang lain. Kelainan
ini dapat menyebabkan susunan abnormal dari segmen kromosom yang dapat
11
Gambar 7. Insersi pada kromosom
satu lengan kromosom yang diikuti dengan penyusunan kembali kromatid untuk
menghasilkan duplikasi lengan kromosom yang lain. Ini biasanya disebut kromosom
disentrik, dengan efek merugikan segmen kromosom dari salah satu lengan dan
duplikasi pada lengan lainnya. Salah satu contoh klasik adalah pengamatan umum 17q
isokromosom yang terlihat pada keganasan myeloid dan limfoid serta adenokarsinoma
(organ yang berbeda) dan tumor neuroektodermal. Dalam semua kasus ini, kehadiran i
(17) (Q10) membawa prognosis yang buruk. Suatu i (1) (P10) tercatat pada
g. Amplifikasi Gen
Metode genetika molekular menghasilkan studi variasi jumlah salinan gen pada
12
terhadap “double minutes” (DMs) dan daerah pewarnaan homogen sel-sel kanker dan
garis sel resisten terhadap obat. Daerah pewarnaan homogen dan bentuk lain dari
amplifikasi kromosom DNA yang terkenal sebagai daerah yang tidak tampak gambaran
sentromer), molekul DNA sirkular (kekurangan telomer) dan dapat juga bervariasi pada
pada kulturnya, karena kurangnya sentromer DMs dan pada anak perempuan tidak
terjadi pemisahan inti dengan benar pada mitosisnya. Amplifikasi gen ini. dicatat dalam
yang menginduksi amplifikasi gen tertentu dalam kultur selnya (digunakan untuk
organisme lain, dan amplifikasi gen resistensi obat dan onkogen tertentu pada kanker.
Terdapat dua manifestasi kariotipik amplifikasi gen, yaitu : regio yang terwarnai
homogen di kromosom tunggal dan double minutes , yang tampak sebagai potongan
13
Gambar 8 . Amplifikasi gen N-MYC pada neuroblastoma manusia. Gen N-MYC, yang
secara normal terdapat di kromosom 2p, mengalami amplifikasi dan tampak sebagai double
minutes kromosom tambahan atau sebagai suatu homogenous staining region (HSR, regio
berwarna homogen) yang terintegrasi ke kromosom. Integrasi melibatkan autosom lain, seperti 4,
9, atau 13 (copyright @ 1986 American Cancer Society)
Tabel 2. Berikut ini beberapa contoh dari amplifikasi gen pada kanker tertentu5
c-myc (8q24) Small cell lung carcinoma
N-myc (2p23-24) Neuroblastoma (advanced stages), small cell lung
carcinoma
Cholinesterases (3q26) Ovarian carcinoma
HER-2/neu (C-erbB-2, Breast cancer
17q11.2)
CAS (cellular apoptosis Breast cancer
susceptibility at 20q13)
Epidermal growth factor Glioma and non-small cell lung cancer
receptor (7p12.1-12.3)
PRAD1/cyclin D1, bcl-1, Breast cancer, non-small cell lung cancer, head and neck
HST-1, INT-2 (11q13) cancer, and other cancers
MDM2 (12q13-14) Neuroblastoma, sarcoma, glioma
Primase 1 (12q13) Osteosarcoma
Kanker, dalam berbagai bentuk merupakan penyakit genetik, ini berasal dari
temuan kelainan kromosom pada kanker. Kelainan ini mungkin timbul sebagai akibat
dari kesalahan replikasi, paparan karsinogen, atau proses perbaikan DNA yang rusak.
Ada tiga gen yang berkontribusi terhadap keganasan yaitu onkogen, gen tumor
14
supresor, dan gen perbaikan DNA. Gen yang memicu pertumbuhan sel normal
sehingga pertumbuhan sel yang abnormal dapat terjadi jika fungsinya terganggu.2,5
Hampir semua kanker berasal dari sel progenitor tunggal, yang membentuk klon.
Dapat disimpulkan sebagai asal klonal ketika jumlah sel memiliki kromosom abnormal
yang sama atau saling terkait erat atau saling melengkapi. Dalam perkembangan
kanker, dapat terjadi mutasi melalui proses multistage yang mengubah sel normal
menjadi sel ganas. Dalam proses ini, subklonal mungkin telah berevolusi sehingga klon
tersebut tidak acak. Ketika didapati kelainan pada kromosom, harus ditentukan apakah
itu sengaja terjadi atau tidak. Hal lain yang penting dalam memeriksa perubahan
kromosom pada kanker adalah untuk mengetahui apakah ini merupakan kelainan primer
atau sekunder. Kelainan primer sering ditemukan sebagai kelainan yang soliter dan unik
untuk jenis tumor tertentu. Kelainan primer ini biasanya sudah terdeteksi pada saat
kanker terdiagnosis. Fakta ini menunjukkan bahwa perubahan ini terkait dengan
Pada beberapa tipe neoplasma tertentu pada manusia, kelainan kariotipe tidak
bersifat acak dan umum, yang menimbulkan dugaan kuat bahwa hal itu merupakan
dan pengamatan lainnya menyokong pernyataan yang saat ini diterima secara luas
bahwa asal kanker terletak dalam gen tertentu, yaitu onkogen. Tetapi harus diingat
bahwa kelainan sitogenetik hanya dapat mencerminkan sisi yang rapuh pada kromosom
yang mudah rapuh dan tersusun kembali dalam populasi yang sedang melakukan
15
replikasi secara cepat. Selanjutnya, bila terjadi perubahan primer yang tidak acak,
progresi tumor seringkali disertai penyimpangan kariotipe yang lebih besar. Jadi
kariotipe dapat agak bervariasi di antara banyak klon yang sedang membentuk kanker
Menurut teori perubahan genetik pada karsinogenesis, pada suatu saat terjadi
perubahan genetik yang menetap pada sel sehingga terjadi sintesis protein yang lebih
aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk reproduksi daripada bekerja. Ketika sel mulai
berproliferasi aktif, kemudian terjadi perubahan mutasi lebih lanjut. Jadi, mula-mula
terjadi perubahan epigenetik yaitu perubahan metabolisme sel yang menyebabkan gen
pengendali pembelahan sel menjadi tidak aktif (perubahan kariotipe). Pada permulaan
kanker, kerusakan ini tak terlihat. Kemudian perubahan yang tak terlihat ini secara
langsung atau melalui bahan karsinogen lain akan menjadi perubahan yang terlihat yang
supresor mungkin samar (misal, mutasi point) atau cukup besar sehingga dapat
dideteksi dalam kariotipe. Kelainan spesifik dapat ditemukan pada sebagian besar
leukemia dan limfoma dan semakin banyak ditemukan pada tumor nonhematopoietik.3
KESIMPULAN
molekuler sudah banyak dilaporkan misalnya pada keganasan kolon dan payudara.
Sitogenetika adalah studi tentang kromosom dan penyakit terkait lainnya yang
disebabkan oleh tidak normalnya struktur dan atau jumlah kromosom . Biasanya
kromosom tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi selama profase dan
metafase kromosom menjadi cukup jelas untuk dianalisis. Walaupun saat ini kanker
16
dikenal sebagai penyakit yang berkaitan dengan lingkungan dan muncul secara
sporadis, namun kanker dipertimbangkan sebagai suatu penyakit genetik karena adanya
mutasi gen sebagai faktor yang konsisten. Sitogenetika yang mempelajari kromosom
strukturnya (aberasi kromosom) untuk dapat dilihat melalui teknik banding (teknik pita).
Perubahan seperti itu biasanya meliputi paling tidak 1 juta pasangan basa nukleotida
dan mungkin mempengaruhi banyak gen. Dengan demikian, efek klinis dari perubahan
Penentuan kariotipe merupakan alat dasar bagi para ahli sitogenetik. Kariotipe
adalah representasi fotografik sebaran metafase yang telah diwarnai yang menyususn
Pada pria pasangan kromosm seks berbentuk XY dan pada wanita XX.
memiliki pola tersendiri pita terang gelap dengan lebar bervariasi. Teknik banding
tertentu, diperlukan empat item yaitu : jumlah kromosom, simbol lengan, jumlah regio,
dan jumlah band pada lokasi ini. Sebagai contoh 1q23 berarti kromosom 1, lengan
17
Pada kegananasan hematologi, kelainan kromosom sebagian besar ditemukan
pada sumsum tulang, dan penemuan tersebut lebih patognomonik. Keadaan yang
berbeda ditemukan pada tumor padat, dimana saat tumor terlihat dengan mata telanjang
teknis bagi para ahli sitogenetika. Namun para ilmuwan percaya bahwa adanya
tumor padat.
18
Daftar Pustaka
34-42.
rel=2&keys=Chromosom+Banding
19
20