Anda di halaman 1dari 4

Daun Basah

Seperti tadi malam petir melintang di langit


Burung meringkuk takut mati di sarang
Tapi justru ketika nyawa pagi naiki rakit
mata hujan tampak berkedip basah daun pisang

Ah, sengaja kupaparkan cerita angin malam


Dengan ia ditiup Tuhan dari langit
katanya, ia tengah mengemban bingkisan untuk alam
sementara di tikungan atas desaku bingkisan jatuh sakit

Menjelma embun di muka segar daun

Getir

Aku semacam getir di kulit jemu malam


tertambat di pohon jati yang kulitnya mengelupas
sebab sayatan pilu pada waktu panas kemarau
Daun-daun ringkih meranggas
Ketika jendela duka terlupa doa teruntuk Tuhan
kepada arah negeri kita yang kian samar
Bentang luapan lautan air mata kian meluas

O, negeri ini dilanda nestapa


Sebab apa?
Tuhan geram dan tengah mengancam
jiwa-jiwa terpelanting dicekam kengerian
dari setitik gertakan Tuhan kepada kita
yang mungkin telah banyak alpa
untuk menasbih asma-Nya

Kepada Nova Ika Rachmawati

Kau tanyakan apa pada kata-kata


yang sebenarnya telah lama tersimpan
di brangkas jiwamu. Kau putar
balikkan otak pada petak-petak
pencarian sepaket makna yang sebenarnya
telah lama berkelana di belantara jiwamu

Sungguh.
Ia adalah bintang
ketika malam cuaca tenang
Dan ia adalah bulan
ketika langit tengah kesepian
Lihatlah bagaimana aku bicara. Memandang
luka tanah, terisak basah. Dengan kedip
sinar kunang-kunang di jalan makam. Kuteruskan
lanskap cahaya yang berpijar. Bahwa kita
bisa menyulam warna-warni aksara

Kini kuajak kau duduk di pangkuanku.


Resapilah senyum bulat kesedihanku
dari data yang terlukiskan pada kanvas
waktu. Keningku, mataku, lidahku, dan jemariku, simpanlah
di almari hatimu. Jadikanlah ia kunci jati diri agar kau tahu makna
dzikir waktu semburat kilau tapak
sinar dari legam pekat suatu tempat.

Diam

Diam. Melati bermekaran.


Harum bunganya menebarkan undangan.
Kuning kupu-kupu datang. Diam.
Kuncup bibir pun dipesan.

Buta

Tentang kata rembulan


Apa isi balik rangka
yang selama ini mataku buta
Ia menjelma emas
dari rapih jiwanya yang terkemas

Embun

Sublimasi kabut dingin. Kabur


subuh pagi. Daun diselimuti
embun. Kaki kesiap cahaya
beranjak. Hangat.

Cerita Perut Bumi

Aku perut bumi


Lidahku jeleh meleleh liur larva
Mual-mual lambung meremah asam-asam
kuah merah anggur
Muncrat muntahku keluar menyembur

Magma mencair mencret


Gelembung kepulan asap mengepakkan
sayap panas
Bibir biri-biri mengembek
Manusia-manusia merengek-rengek

Aku perut bumi


Terluka masakan dari kunyah gigi-gigi
Bahan samar air dan api

Cinta

Aku bilang cinta adalah api


yang menjenguk embun
Lekas ia mengelupas lantas menyatu
Tak pernah bertengkar

Embun menyejukkan api yang kepanasan


Dan api menghangatkan embun yang kedinginan

Dihantam kegelapan batin


Maka, dibutuhkan cahaya lilin
dari mata kata-kata pada
segenap darah tentang lafadz dzikir
yang tak lekas henti mengalir

Memanjatkan kasih-Nya kepada kita


Menggetarkan kasih kita kepada-Nya

Anda mungkin juga menyukai