Pendidikan merupakan media yang sangat tepat untuk membangun daya saing,
baik dalam tataran individual maupun kolegial. Hal itulah yang menyebabkan
pelaksanaan pendidikan di setiap negara harus di-arahkan pada pembentukan atau
pembangunan daya saing manusia. Dengan tanpa daya saing yang memadai maka
suatu bangsa tidak mungkin dapat berprestasi di tingkat internasional; bahkan untuk
seke-dar bertahan hidup saja bisa-bisa menjadi sulit.
Pendidikan Dasar
Arah pendidikan di tingkat SD lebih cenderung pada peningkatan kualitas; hal ini
disebabkan daya tampung sudah mencapai titik yang optimal. Mengawali perjalanan
tahun 90-an maka Tingkat Partisipasi Pendidikan (TPP) SD secara nasional sudah
2
mencapai angka di atas 90 persen. Angka ini pun sebenarnya sudah tercapai sejak
tahun 1984 ketika untuk pertama kalinya Wajib Belajar Sekolah Dasar (WBSD)
dicanangkan. Dalam perkembangaan selanjutnya di beberapa propinsi bahkan terjadi
kelebihan daya tampung sekolah (over capacity); mi-salnya saja di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) angkanya mencapai 1,58 yang berarti dari setiap 158 kursi belajar
di sekolah hanya terisi 100 siswa. Tentu saja hal ini sangat tidak efisien
(inefficiency).
Oleh karena bisa dikatakan tak ada masalah lagi tentang kuantitas maka
pelaksanaan pendidikan nasional di tingkat SD lebih diarahkan pada peningkatan
kualitas.
Pendidikan Menengah
3
Pada awal tahun 90-an minat masyarakat kepada sekolah umum demikian
tinggi, bahkan cenderung kurang realistik. Saat itu hampir seluruh lulusan SLTP
ingin masuk SMU (SMA) meskipun banyak di antaranya yang tidak memiliki
kemampuan akademik secara memadai. SMU benar-benar menjadi "school of
choice"; sebaliknya sekolah kejuruan seperti STM, SMEA, SMKK, SMIK, SMSR,
SMKI, SMM, dsb menjadi sekolah "kelas dua". Lebih daripada itu bahkan banyak
anggota masyarakat yang tidak mengenal jenis-jenis sekolah kejuruan tertentu;
bahkan namanya saja asing di telinga.
Pendidikan Tinggi
--------------------------------
BIODATA SINGKAT;
*: DR. Ki Supriyoko, M.Pd
*: Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Tamansiswa;
Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI); serta
Ketua Pusat Kerja Sama Ilmiah (PKSI) Yogyakarta
*: Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Yogyakarta