Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN CAPTOPRIL PADA PASIEN

HIPERTENSI DENGAN GAGAL JANTUNG


Oleh : Eunike Sandjaja (078115011)

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia
bahkan masyarakat dunia. Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dimana kenaikan tekanan
darah sistolik 140mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90mmHg atau lebih dan diukur
lebih dari satu kali kesempatan. Hipertensi yang tidak ditangani dengan benar dapat
menyebabkan komplikasi. Komplikasi tersebut berkaitan dengan kenaikan tekanan darah
yang tetap (dengan konsekuensi terjadinya perubahan pada sistem vaskular tubuh dan
jantung) atau berkaitan dengan artherosclerosis yang menyertai dan dipercepat karena
adanya hipertensi yang lama (long-standing hypertension).

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang ditandai
dengan adanya kenaikan tekanan darah yang abnormal. Komplikasi yang berkaitan dengan
jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas dalam hipertensi esensial, dan
mencegahnya merupakan tujuan utama dari terapi. Hipertrofi pada ventrikular jantung bagian
kiri dapat menyebabkan congestive heart failure (CHF), myocardial ischemia (MI), aritmia
ventrikular, dan kematian mendadak.

Gagal jantung (Heart Failure) merupakan suatu kondisi dimana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh (pada saat istirahat maupun beraktivitas) atau dengan
kata lain, jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Gagal jantung
dapat terjadi dari berbagai penyakit yang menurunkan pengisian pembuluh (disfungsi
diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik). Jantung dapat gagal
memompa darah dikarenakan preload yang berlebihan seperti pada aliran balik darah
(valvular regurgitation) atau afterload yang berlebihan seperti pada penyempitan aorta dekat
jantung (aortic stenosis) atau pada hipertensi yang parah. Fungsi pompa dapat juga menjadi
tidak memadai saat jantung tidak dapat beradaptasi dengan baik terhadap variasi yang terjadi
pada preload, afterload, maupun tempo jantung seperti pada layaknya jantung yang berfungsi
dengan normal.

Sasaran dari terapi pada pasien hipertensi dengan gagal jantung adalah
mengurangi/menghilangkan tanda dan gejala dari gagal jantung. Tujuan terapi ini adalah
untuk memperlambat laju keparahan, mengurangi frekuensi perawatan intensif
(hospitalization), dan mengurangi/mencegah mortalitas (memperpanjang usia pasien).
Strategi terapi yang dilakukan adalah meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan tekanan
pada venous sentral, dan mencegah terjadinya udem.

Obat pilihan yang digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi dengan gagal
jantung adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. ACE inhibitor
direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama didasarkan pada sejumlah studi yang
menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas. Akan tetapi, diuretik juga menjadi bagian
dari terapi lini pertama (first line therapy) karena dapat memberikan penghilangan gejala
udem dengan menginduksi diuresis.

ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron


dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga menyebabkan
vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh
karena ACE juga terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan
peningkatan bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan
nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE
inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa batuk kering. ACE
inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien dengan gagal jantung yang
simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus dirawat di rumah sakit (hospitalization),
meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi gejala.

ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk menghindari
resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum potassium harus
diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan terutama setelah dilakukan
peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril
yang merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan secara klinis.

Nama Generik : Captopril

Nama Dagang :

Acepress : Tab 12,5mg, 25mg

Capoten : Tab 12,5mg, 25mg

Captensin : Tab 12,5mg, 25mg

Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Casipril : Tab 12,5mg, 25mg

Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg

Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Locap : Tab 25mg

Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg

Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg

Otoryl : Tab 25mg

Praten : Kapl 12,5mg

Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg

Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg

Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg


Tensobon : Tab 25mg

Indikasi :

1. Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.


2. Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).
3. Diabetic nephropathy dan albuminuria.
4. Gagal jantung (Congestive Heart Failure).
5. Postmyocardial infarction
6. Terapi pada krisis scleroderma renal.

Kontraindikasi :

7. Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.


8. Kehamilan.
9. Wanita menyusui.
10. Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor sebelumnya.
11. Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.

Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.

Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal jantung :

Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan


yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai
target dosis.

Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)

Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut
kosong yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila
diberikan bersamaan dengan makanan.

Efek samping :

1. Batuk kering
2. Hipotensi
3. Pusing
4. Disfungsi ginjal
5. Hiperkalemia
6. Angioedema
7. Ruam kulit
8. Takikardi
9. Proteinuria

Resiko khusus :

10. Wanita hamil.


Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang hamil karena
dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini juga dapat
menyebabkan kematian janin. Morbiditas fetal berkaitan dengan penggunaan ACE
inhibitor pada seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada kehamilan
yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester kedua dan ketiga).

11. Wanita menyusui.

Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui karena bentuk
awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar 1% dari konsentrasi plasma.
Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit dari captopril juga dapat menembus
masuk dalam ASI.

12. Penyakit ginjal.

Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan ginjal akan
memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85% diekskresikan lewat ginjal (hampir
45% dalam bentuk yang tidak berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal dan
meningkatkan resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada pasien dengan
gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana berfungsi untuk
menurunkan klirens kreatininnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, D. C., Talbert, R. M., Yee, G. C., Matzke, G. R., Welles, B. G., Posey, L. M.,
2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 219-257, The
McGraw-Hill Companies Inc, USA.

Dollery, C., 1999, Therapeutic Drugs, 2nd Edition, volume 1 (A-H), C38-C42,
Churchill Livingstone, USA.

Konsil Kedokteran Indonesia, 2007, MIMS edisi Bahasa Indonesia, volume 8, 51-56,
CMP Medika, Jakarta.

Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., Lance, L. L., 2006, Drug Information
Handbook, 14th Edition, 262-264, Lexi-Comp Inc, Ohio.

Poppy, K., Komala, S., Santoso, A. H., Sulaiman, J. R., Rienita, Y., Nuswantari, D.,
1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, EGC, Jakarta.

Rang, H. P., Dale, M. M., Ritter, J. M., Moore, P. K., 2003, Pharmacology, Fifth
Edition, 269, 300-302, Churchill Livingstone, USA.

Tierney, L. M., Mcphee, S. J., Papadakis, M. A., Current Medical Diagnosis &
Treatment, 45th Edition, 385-340, 419, 424-425, 434, 440, McGraw-Hill Inc, USA.

Anda mungkin juga menyukai