Anda di halaman 1dari 6

PEMANFAATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF

(GUSMAILINA)

1. Pengertian Arang Kompos Bioaktif (Arkoba)

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang
dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang
tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan
secara hayati sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit
akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain Arkoba adalah keberadaan arang
yang menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan
berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu
meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.
Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia
mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi
masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik
tanah dimana tidak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia. Pengembangan
produksi Arkoba saat ini minimal dapat memenuhi konsumsi lokal serta mendongkrak
suksesnya program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (GERHAN) yang berlangsung
hingga tahun 2009 dan Go Organik 2010, serta yang tidak kalah pentingnya adalah
solusi tepat mengatasi persoalan limbah dan sampah kota.
Produk Arkoba ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
limbah di sektor kehutanan dimana selama ini sebagai sumber polutan terutama serbuk
gergaji dari industri perkayuan. Selain itu juga karena volume limbah pada saat
pemanenan hutan masih tinggi. Oleh sebab itu teknologi Arkoba merupakan salah satu
solusi alternatif untuk mengurangi limbah, menaikkan efisiensi dan menurunkan tingkat
pencemaran. Selain itu Inovasi produk Arkoba dilatar belakangi oleh perbandingan dari
beberapa hasil uji coba pengamatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada beberapa
jenis media arang serbuk gergaji. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada media campuran arang serbuk
gergaji dan kompos, sehingga sejak tahun 1999 kelompok peneliti Pengolahan Kimia
dan Energi Hasil Hutan (PKEHH) pada Puslitbang Hasil Hutan (P3HH) mulai
mengembangkan produk arang kompos dengan bahan baku utama arang adalah serbuk
gergaji, sedangkan bahan baku sekunder kompos dapat berasal dari limbah organik
pertanian, serasah mangium, serasah tusam, dan serasah campuran dari beberapa jenis
pohon.
2. Manfaat Arang kompos bioaktif
Arang kompos bioaktif dapat memacu perkembangan mikroorganisme tanah,
meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang
lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang
mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah. Arang kompos
bioaktif mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos konvensional karena
keberadaan arang yang menyatu dalam kompos. Morfologi arang yang mempunyai
pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan
secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow
release). Karenanya hara tersebut tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada
dalam kondisi siap pakai. Dari beberapa aplikasi arang kompos yang telah diuji
cobakan, baik di laboratorium, maupun di lapangan menunjukkan bahwa
pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos bioaktif meningkat hingga 2 kali
lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang kompos.
Aplikasi arang kompos bioaktif pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel
secara tumpang sari dengan pinus di Ciloto, menunjukkan bahwa hasil dalam satuan
luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, jika dibandingkan dengan
pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani seperti pupuk bokasi, selain itu juga
mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 40 % (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman sayuran di bawah tegakan
Pinus di Ciloto

Di desa Karyasari, Kabupaten Bogor, produksi arang kompos bio aktif difokuskan
untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera. Selain itu juga
diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca bracteata. Hasil
yang diperoleh sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi arang kompos
bioaktif 0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan,
meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat, selain meningkatkan kualitas
benang sutera yang dihasilkan.

Gambar 2. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pd tanaman Murbei, nilam, cabai dan
pepaya di kampung Cibogo, Desa. Karyasari, Kecamatan. Leuwiliang,
Kabupaten. Bogor.

Salah satu daerah yang menggunakan Arang Kompos untuk menunjang


program GERHAN 2003-2004 adalah Kabupaten Garut, yang telah mengembangkan
arang kompos sebanyak 360 ton sampai dengan bulan April 2004, dan hingga tahun
2008 kelompok ini telah melakukan produksi secara besar-besaran untuk memenuhi
kebutuhan GERHAN di Kabupaten Garut. Arang kompos yang dihasilkan juga
digunakan pada persemaian bibit, serta sebagian juga sudah diaplikasi di lapangan
dengan hasil yang memuaskan. Untuk itu bagi daerah-daerah lain yang akan
menggunakan arang kompos sebagai sarana penunjang program gerakan nasional
rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL) dapat mencontoh keberhasilan Kabupaten Garut.
Kegiatan tersebut langsung dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut bekerja
sama dengan Koperasi Lestari Dinas Kehutanan Kabupaten Garut (Gambar 3 dan 4).

Aplikasi arang kompos bioaktif sebagai campuran media tumbuh anakan jati di KRPH
Jembolo Utara (Jawa Tengah) selama 4 bulan menunjukkan bahwa pemberian arang
kompos bioaktif dari serbuk gergaji dapat meningkatkan tinggi dan jumlah anakan yang
hidup sebesar 100 %. Demikian juga pada percobaan penggunaan arang kompos
bioaktif pada anakan Gmelina, dimana hasil yang diperoleh dapat meningkatkan
pertambahan tinggi dan diamater batang tanaman masing-masing 2,2 dan 1,6 kali lebih
baik dibanding kontrol.

3. Pemanfaatan Arang Kompos Bioaktif di kabupaten Garut

Pemanfaatan Arang kompos bioaktif pada tanaman Kol di Cibeureum,


menunjukkan hasil yang bioaktif sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan produksi Kol
yang lebih besar dan lebih padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya
maksimum hanya 2kg/buah (Gambar 3).

Gambar 3. Aplikasi Arang Kompos pada tanaman sayuran Kol

Penggunaan arang kompos bioaktif sebagai campuran media tanaman hias


(bunga ros/mawar dan algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan adalah selain
warna bunga dan daun lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak mudah gugur),
bahkan jika dibiarkan kelopak bunga sama sekali tidak rontok sampai kering (Gambar
4).
Gambar 4. Aplikasi Arang kompos pada tanaman bunga

Pemanfaatan arang kompos bioaktif di lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, pada
tanaman Suren, tahun tanam 2004. Rata-rata tinggi tanaman yang ditanam pakai arang
kompos bioaktif sekitar 6 m dengan diameter kl 15-20 cm, sedangkan yang tidak pakai
arang kompos baru mencapai 3m.

Gambar 5. Aplikasi arang kompos bioaktif pd lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, Kab. Garut

Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau hasilnya sangat


bagus. Tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menghasilkan daun
rajangan seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos hanya
mempunyai berat 3 ons. Dengan demikian daun tembakau yang ditanam dengan arang
kompos bioaktif menhasilkan daun 2 kali lebih banyak dibanding daun tembakau yang
tanpa menggunakan arang kompos bioaktif. Pengeringan daun tembakau yang ditanam
dengan menggunakan arang kompos bioaktif juga lebih efisien, yaitu hanya perlu 3-4
hari pengeringan, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif
memerlukan waktu lebih lama. Demikian juga aroma rajangan daun tembakau yang
ditanam dengan arang kompos bioaktif lebih tajam dibanding dengan aroma rajangan
daun yang tidak pakai arang kompos bioaktif.

Anda mungkin juga menyukai