Anda di halaman 1dari 16

Pendahuluan

Perusahaan merupakan kombinasi dan berbagai sumber daya ekonomi (resources)


seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen (managerial skill) dalam memproduksi
barang dan jasa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai tujuan perusahaan antara lain: untuk
memperoleh keuntungan maksimal, menjamin kelangsungan hidup perusahaan, memenuhi
kebutuhan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja, dan beberapa ahli manajemen keuangan
mengemukakan tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Perusahaan keuangan, umumnya lebih dikenal dengan istilah lembaga keuangan
(financial institution), yaitu perusahaan yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan
keuangan yang antara lain:
1. Transformasi atau perpindahan aset keuangan melalui pasar
Yaitu perpindahan dana dan pihak yang mengalami kelehihan dana (surplus) kepada
pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit). Hal ini merupakan fungsi yang di
lakukan oleh perantara keuangan (financial intermediaries) yang ini merupakan peranan
penting dari lembaga keuangan. Pelayanan jasa dilakukan oleh bank, perusahaan
asuransi, dana pensiun dan perusahaan pembiayaan.
2. Perdagangan aset keuangan atas nama pelanggan.
Pelayanan jasa yang dilakukan oleh pialang (broker) untuk membeli atau menjual
sekuritas atas perintah pelanggannya.
3. Perdagangan aset keuangan untuk kepentingan perusahaan sendiri
Pelayanan jasa yang dilakukan oleh perusahaan efek (dealer) untuk membeli alan
menjual sekuritas untuk kepentingan perusahaan sendiri.
4. Membantu pembuatan aset keuangan untuk pelanggan, dan menjual aset keuangan
tersebut kepada pelaku pasar lainnya. Pelayanan jasa yang dilakukan oleh perusahaan
penjamin dalam emisi saham.
5. Menyediaan konsultasi investasi kepada pelaku pasar yang lain.
6. Mengelola portofolio para pelaku pasar lain

1
Tinjauan Teoritis
Lembaga keuangan (financial institution) dapat didefinisikan sebagai suatu badan
usaha yang aset utamanya berbentuk aset keuangan (financial assets) maupun tagihan-tagihan
(claims) yang dapat berupa saham (stocks), obligasi (bonds) dan pinjaman (loans), daripada
berupa aktiva riil misalnya bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan baku (Rose &
Frasser, 1988 : 4).
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan,
yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui kegiatan-kegiatan di
bidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan uang tersebut kembali ke
masyarakat. Lembaga keuangan menyalurkan kredit kepada nasabah atau nienginvestasikan
dananya dalam surat berharga di pasar keuangan (financial market). Lembaga keuangan juga
menawarkan bermacam – macam jasa keuangan mulai dan perlindungan asuransi, menjual
program pensiun sampai dengan penyimpanan barang-barang berharga dan penyediaan suatu
mekanisme untuk pembayaran dana dan transfer dana.
Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga
keuangan ini adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di
Inggris), Credit union, pialang saham, aset manajemen, modal
ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, pegadaian dan bisnis serupa.
Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu
lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (asuransi, pegadaian,
perusahaan sekuritas, lembaga pembiayaan, dll). Fungsi Lembaga keuangan ini
menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar uang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investorkepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang
memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari
individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan, sehingga resiko dari para
investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana
tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan . Ini adalah

2
merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan
pendapatan.
Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa
yang disediakan oleh industri keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk
merujuk pada organisasiyang menangani pengelolaan dana. Bank, bank investasi,
perusahaan asuransi, perusahaan kartu kredit, perusahaan pembiayaan konsumen,
dan sekuritas adalah contoh-contoh perusahaan dalam industri ini yang
menyediakan berbagai jasa yang terkait denganuang dan investasi
Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di
bidang keuangan mempunyai peranan sehagai berikut:
1. Pengalihan Aset (Asset Transfer)
Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji—janji untuk
membayar” atau dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan
jangka waktu yang diatur sesuai dengan kehutuhan perninjam. Dana
pembiayaan asset tersehut diperoleh dari tabungan masyarakat. Dengan
demikian lembaga keuangan sebcnarnya hanyalah mengalihkan atau
mernindahkan kewaiban penlinjam menjadi suatu aset dengan suatu jangka
waktu jattih letnpo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban
menjadi suatu aset disebut transmutasi kekayaan atau asset transimutation.
2. Likuiditas (liquidity)
Likitiditas berkaitan dengan kemainpuan untuk rnemperoleh uang
tunai pada saat dihutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha
dan rumah tangga terutama dirnaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas
sekunder seperti tabungan, deposito, sertifikat deposito yang diterbitkan bank
umum memberikan tingkat keamanan dan likuiditas yang tinggi, di samping
tambahan pendapatan.
3. Realokasi Pendapatan (income reallocation)
Dalam kenyataannya di masyarakat banyak individu merniliki
penghasilan yang memadai dan menyadari bahwa di masa datang mereka akan
pensiun sehingga pendapatannya jelas akan berkurang. Untuk rnenghadapi
masa yang akan datang tersebut mereka menyisihkan atau merealokasikan

3
pendapatannya untuk persiapan di masa yang akan datang. Untuk melakukan
hal tersebut pada prinsipnya mereka dapat saja membeli atau menyimpan
barang rnisalnya : tanah, rumah dan sebagainya, namun pemilikan sekuritas
sekunder yang dikeluarkan lembaga keuangan, misalnya program tabungan,
deposito, program pensiun, polis asuransi atau saharn-saham adalah jauh lebih
baik jika dibandingkan dengan alternatif pertama.
4. Transaksi (transaction)
Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi
keuangan misalnya rekening giro, tabungan, deposito dan sebagainya,
merupakan bagian dan sistem pembayaran. Produk-produk tabungan tersebut
dibeli oleh rumah tangga dan unit usaha untuk rnernperrnudah mereka
melakukan penukaran barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit ekonomi
membeli sekuritas sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah
penyelesaian transaksi keuangannya sehari-hari.

Dengan demikian lembaga keuangan berperan sebagai lembaga perantara


keuangan yang menyediakan jasa-jasa untuk mempermudah transaksi moneter.

Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan peranan lembaga


keuangan(Rose & Frasser, 1988 : 13), yaitu:
1) Besarnya peningkatan pendapatan masyarakat kelas menengah Keluarga
dan individu dengan pendapatan yang cukup terutama dan kalangan
menengah memiliki sejumlah bagian pendapatan untuk ditabung setiap
tahunnya. Lembaga keuangan menyediakan sarana yang menguntungkan
untuk tabungan mereka.
2) Pesatnya perkembangan industri dan teknologi : Lembaga keuangan telah
memperlihatkan dan merniliki kemampuan untuk memenuhi sernua
kebutuhan modal dan dana sektor industri yang biasanya dalam jumlah
besar yang bersumber dan para penabung.
3) Besarnya denominasi instrumen keuangan menyebabkan sulitnya
penabung kecil memperoleh akses. Ada beberapa jenis surat berharga yang
menarik dan pinjaman di pasar uang tidak dapat dimasuki atau diperoleh

4
penabung kecil akibat denominasinya yang demikian besar. Namun
demikian dengan menghimpun dana dan banyak penabung, lembaga
keuangan dapat memberikan kesempatan bagi penabung kecil untuk
memperoleh instrumen keuangan yang menarik tersebut.
4) Skala ekonomi dan ruang lingkup dalam produksi dan distribusi jasa-jasa
keuangan dengan mengkombinasikan sumber-sumber dalam memproduksi
berbagai jenis jasa-jasa keuangan dalam jumlah besar, maka biaya jasa per
unit dapat ditekan serendah mungkin, yang memberikan lembaga
keuangan suatu keunggulan kompetitif (competitif advantage) terhadap
pihak-pihak lain yang menawarkan jasa keuangan.
5) Lembaga keuangan menjual jasa-jasa likuiditas yang unik, mengurangi
biaya likuiditas bagi nasabahnya. Ketidakpastian arus kas unit usaha
perusahaan dan individu-individu, akan membahayakan kondisi mereka
bila tidak dalam keadaan likuid saat kas sangat dibutuhkan, sehingga dapat
dikenakan denda (penalty cost). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
lembaga keuangan menjual jasa-jasa likuiditas, misalnya deposito.
6) Keuntungan jangka panjang lembaga keuangan dapat memperoleh sumber
dana atau meminjam uang dan penabung dengan tingkat bunga yang relatif
lebih rendah kernudian meminjamkannya dengan tingkat bunga yang lebih
tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang kepada nasabah debitur,
Keuntungan atau spread antara biaya dana di satu pihak dan tingkat bunga
kredit cenderung bergerak bersamaan, naik atau turun.
7) Risiko yang lebih kecil: Pengawasan dan pengaturan pemerintah dan
adanya program asuransi menyebabkan risiko atas simpanan pada lembaga
keuangan menjadi lebih kecil dari investasi lain.

LEMBAGA KEUANGAN NON-DEPOSITORY

Lembaga keuangan, seperti diketahui dibagi menjadi 2 jenis, yaitu depository dan non-
depository. Lembaga keuangan non-depository yg kegiatan usahanya tidak melakukan
penarikan dana secara langssung diklasifikasikan menjadi 4 lembaga :

5
a. Contractual Institution , adalah lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat
dengan menawarkan kontrak untuk proteksi terhadap resiko ketidakpastian. Contoh:
perusahaan asuransi pensiun.
b. Investment Institution, adalah lembaga keuangan yang usahanya terkait dengan
kegiatan di pasar modal. Contoh: securities company, underwriting, brokerage.
c. Finance Companies, adalah lembaga keuangan yang mempunyai bidang usaha &
menyediakan beberapa jenis pembiayaan dalam bidang sewa guna usaha (leasing);
anjak piutang (factoring); pembiayaan konsumen; kartu kredit.
d. Lembaga Keuangan Non-Depository lainnya, adalah lembaga keuangan yg bergerak
diluar poin a-c. Contoh: pegadaian.

Pembahasan

Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres no. 9 tahun 2009 tentang
lembaga pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran.

Sejarah keberadaan leasing di Indonesia secara singkat adalah sebagai


berikut:

1. Dimulai tahun 1974 dengan dikeluarkannya SKB Menteri Keuangan,


Menteri Perindustrian & Menteri Perdagangan.
2. Tahun 1981 Disempurnakan dengan SK Menteri Keuangan, shg
memungkinan Leasing untuk menjalankan Financial & Operating Lease.
3. Tahun 1988 dikeluarkan Paknov, shg Leasing diperluas dengan Factoring,
Consumer Finance & Venture Capital
4. Tahun 1991 Leasing secara khusus diatur dengan SK Men Keu nomor
1169 tahun 1991.

6
5. Terakhir keberadaan Leasing diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
No. 84/PMK. 012/2006 tentang perusahaan pembiayaan.

Dilihat dari segi pandangan hukum kegiatan leasing mempunyai 4 tahap,


yaitu:

a. Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lessee.


b. Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak
penggunaan barang pada pihak lessee.
c. Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang
(asset).
d. Lessee mengembalikan barang tersebut pada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur
ekonomi barang tersebut.

Permodalan leasing sesuai dengan PMK no. 84/PMK.012/2006 tanggal 29


September 2009 tentang perusahaan pembiayaan, jumlah modal disetor atau
simpanan pokok dan simpanan wajib dalam rangka pendirian perusahaan
pembiayaan adalah:

a. Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-kurangnya


sebesar Rp 100 milyar.
b. Koperasi sekurang-kurangnya sebesar Rp 50 milyar.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat


digolongkan menjadi 3 jenis kelompok leasing, yaitu:

a. Independent leasing company, adalah jenis pembiayaan leasing dimana


lessor bebas menentukan pembelian barang dari berbagai supplier yang
kemudian di lease kepada pemakai.
b. Captive lessor, adalah jenis pembiayaan leasing dimana lessor memiliki
supplier tersendiri yang berperan sebagai perusahaan induk. Pihak pertama
terdiri dari perusahaan induk dan anak perusahaan dan pihak keduanya
lessee sebagai pemakai barang.

7
c. Lessee broker atau packager, adalah jenis pembiayaan leasing dimana
broker yang biasanya tidak memiliki barang/peralatan hanya berfungsi
mempertemukan calon lease dengan lessor.

Teknik pembiayaan leasing secara garis besar dapat terbagi menjadi 2


kategori, yaitu:

1) Financial Lease (Full-pay out leasing), adalah suatu bentuk pembiayaan


dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee dengan pemberian hak opsi
kepada lessee pada akhir periode. Posisi ini tepat berlawanan dengan operating
lease. Dengan sifat:
 Tidak menyediakan pemeliharaan atau pelayanan oleh pemberi sewa.
 Financial leases diamortisasi secara penuh
 Biasanya, financial leases tidak dapat dibatalkan.

Jenis financial lease adalah:

1. Direct/Pure/True Lease, adalah transaksi dimana lessor membeli suatu


barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewa-guna-
usahakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkutan.
2. Leverage Lease, adalah tipe yang lain dari financial lease yang
menggunakan perjanjian tiga sisi antara penyewa, pemberi sewa, dan
pemberi pinjaman. Dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Pemberi sewa memiliki aset dan dengan imbalan biaya sewa
memperbolehkan penyewa untuk menggunakan asetnya.
2. Pemberi sewa meminjam uang untuk membiayai aset sebagian.
3. Pemberi pinjaman biasanya menggunakan non-recourse loan, hal
ini berarti bahwa pemberi sewa tidak memiliki kewajiban kepada
pemberi pinjaman dalam kasus penyewa tidak bisa membayar
sewa.
3. Sales & Lease Back, adalah tipe tertentu dari financial lease. Terjadi ketika
perusahaan menjual aset yang telah dimiliki ke perusahaan lain dan setelah

8
itu segera menyewa dari perusahaan pembeli. Dua set arus kas yang
terjadi:
1. Penyewa menerima kas sekarang dari penjualan aset.
2. Penyewa setuju untuk melakukan pembayaran sewa secara
periodik, dengan demikian penyewa tetap bisa mempertahankan
penggunaan aset.
4. Cross Border Lease, adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas
negara, yaitu negara lessor berbeda dengan negara lessee.
5. Syndicated Lease, adalah transaksi leasing yang dilakukan lebih dari satu
lessor atas suatu objek leasing.
6. Vendor Program, adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh
produsen atau dealer dimana perusahaan leasing memberikan atau
menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang.

2) Operating Lease, adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak


antara lessor dengan lessee tanpa pemberian hak opsi kepada lessee pada akhir
periode lease, jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut, berikut
dengan bunganya. Sifatnya:
• Biasanya tidak sepenuhnya diamortisasi

• Biasanya mengharuskan pemberi sewa untuk memelihara dan


mengasuransikan aset.
• Penyewa menikmati opsi untuk pembatalan.

9
Financial Lease vs Operating Lease

No Finance Lease Operating Lease


1 Perjanjian lease tidak dapat Dapat dibatalkan setiap saat
dibatalkan (dikenakan denda)
2 Masa sewa selama umur ekonomis Masa sewa relatif singkat
diberikan hak opsi beli
3 Menggunakan transaksi keuangan Tidak ada transaksi keuangan
(renral)
4 Tidak dikenakan biaya lease Transaksi biaya sewa-menyewa
5 - Angsuran leasing kena PPN dan
PPh Ps 23
6 Bersifat full pay out Tidak bersifat full pay out
7 Lessor tidak dapat menyusutkan Lessor dapat menyusutkan barang
barang modal modal

Perbedaan Leasing dengan Sewa Beli, Sewa-Menyewa dan Kredit

No Pokok Leasing Sewa Beli Sewa- Kredit

10
Perbedaan Menyewa Bank
1 Jenis Bergerak dan Bergerak Bergerak Semua jenis
barang tidak bergerak dengan investasi
pemeliharaan
2 Penyewa Perusahaan, Perusahaan, Perusahaan, Perusahaan,
perorangan perorangan perorangan perorangan
3 Bentuk Badan hukum Supplier Supplier Bank
perusahaan
4 Jangka Menengah Pendek Pendek- Bebas
waktu tengah
5 Biaya 100% 80% Lebih rendah 80%
6 Biaya Bunga + margin Tinggi Bunga = Spread+inter
bunga margin bank rate
7 Akhir Hak opsi untuk Barang Barang Kredit lunas
kontrak membeli, menjadi kembali ke jaminan
memperpanjang, milik pemilik kembali
mengembalikan penyewa

Penentuan Besarnya Sewa

Pendapatan perusahaan leasing diperoleh dari penghematan pajak (melalui


depresiasi) dan biaya sewa. Hal yang dihadapi dalam leasing:

1. Penentuan besarnya Sewa


2. Keputusan apakah akan Menyewa atau membeli

Berikut contoh perhitungan leasing:

Sebuah perusahaan leasing bermaksud menawarkan sewaguna usaha atas


mesin seharga Rp 5 juta. Tingkat keuntungan yg disyaratkan 10% setelah pajak,
tingkat keuntungan sesuai dengan biaya modal utang (stelah pajak. Depresiasi
menggunakan garis lurus, tingkat pajak 30% Berapa besarnya sewa yng hrs
ditawarkan

Ta
ALIRAN KAS DARI PEMBELIAN ASET
hu Depresias PV
n i Penghm 10% Pengh
PV
3=2 x
Pajak Pajak 11
1,000,00 300,00
1 1,000,00300,00
2 0.90
pajak 0.82
4 5=(3) x (4)
10 0
1,000,00300,00 909
0.75 272,727
1,000,00 300,00
30 0 0.68
132 225,395
1,000,00
40 300,00
0 0.62
301 204,903
50 0 092 1,137,2
186,276
35

Penentuan Besarnya Sewa

PV = X + X (PVIFA, i%, n)

Besar angsuran
3.862.764*) = X + X (PVIFA,10%,5)
3.862.764 = X + X (3,1699)
X= 926.352,2----- besar angsuran/tahun setelah pajak.
Besar angsuran sblm pajak Rp 1.323.360,--**).
*) diperoleh dari Rp 5.000.000- Rp 1.137.236,--
**) sbl pajak = 926.352,2 / 0,70= Rp 1.323.360,--

Beberapa Alasan Melakukan Leasing

Jika pasar modal sempurna, maka leasing maupun pinjaman hutang


mempunyai hasil yang sama. Tetapi jika ada ketidaksempurnaan pasar, maka
leasing bisa menjadi alternatif sumber dana yang lebih menarik dibandingkan
dengan hutang, dalam beberapa situasi.

Alasan yang Masuk Akal

12
• Perbedaan Pajak. Jika tingkat pajak antar perusahaan berbeda
(asimetri pajak), maka leasing bisa menjadi pilihan sumber pendanaan. Jika
penghematan pajak karena kedua faktor tersebut sama untuk semua
perusahaan, maka keputusan leasing atau hutang akan sama saja bagi
perusahaan.
• Biaya Kebangkrutan. Jika terjadi kebangkrutan, posisi perusahaan
leasing (lessor) lebih baik dibandingkan dengan pihak pemberi kredit. Lessor
mempunyai aset, dan bisa menarik kembali aset tersebut jika terjadi
kebangkrutan. Sebaliknya, pemberi kredit tidak mudah melikuidasi aset jika
terjadi kebangkrutan, bahkan jika pinjaman tersebut dijamin oleh aset.
• Mengurangi Risiko Ketidakpastian. Pihak lessor (perusahaan
leasing) bisa menjadi pihak yang bisa menanggung risiko dengan lebih baik,
karena biasanya perusahaan leasing lebih besar dan lebih berpengalaman
dalam hal penilaian aset. Situasi semacam itu akan semakin penting bagi
perusahaan kecil, atau perusahaan yang baru berdiri, dimana aset atau
kekayaan pemegang saham relatif belum terdiversifikasi. Dalam situasi
tersebut, transfer risiko menjadi penting karena bisa mengurangi risiko.

• Biaya Transaksi. Biaya pembuatan kontrak leasing jauh lebih


rendah daripada biaya pembelian aset dan kemudian menjualnya kembali.

Alasan yang Tidak Benar

• Laporan Keuangan yang Lebih Baik. Meskipun kewajibannya


sama dengan hutang (pembayaran sewa secara periodik mempunyai
konsekuensi yang hampir sama dengan pembayaran hutang secara periodik),
tetapi leasing tidak memperburuk laporan keuangan.
• Meningkatkan ROA. Disamping laporan keuangan yang baik,
leasing digunakan untuk meningkatkan ROA (Return on Asset) dibandingkan
dengan hutang. ROA didefinisikan sebagai laba setelah pajak dibagi total aset.
Biaya leasing biasanya lebih rendah dibandingkan dengan gabungan biaya
bunga dan biaya depresiasi.

13
Dalam pasar yang efisien, trik-trik akuntansi semacam itu tidak akan bisa
dipakai untuk membodohi investor, sehingga alasan semacam itu tidak relevan.

Keputusan Lease or Buy


Misal PT Arta memutuskan untuk membeli mesin cetak senilai Rp 5 juta. Umur
ekonomis 5 thn, tidak ada nilai sisa. Saat ini manajemen dihadapkan pada pilihan
Leasing atau Hutang Bank dan kemudian membeli mesin tsb. Perusahaan Leasing
menawarkan sewa leasing Rp 1.323.360,-- per tahun selama 5 thn ke depan.
Angsuran dibayar didepan. Jika PT Arta berhutang ke Bank, akan dapat pinjaman
Rp.5 juta, pinjaman akan dilunasi dengan cara mencicil per tahun Rp.1.466.432,--
selama 5 thn, Pembayaran cicilan dimulai pada akhir tahun pertama. Suku bunga
14,29% per tahun.

Manajemen PT Arta saat ini menghadapi pilihan apakah menggunakan Leasing


atau membeli tunai dengan cara hutang ke Bank.

Schedul Angsuran Leasing

Keteran 0 1 2 3 4 5
gan
(1) Biaya 1.33 1.33 1.3331.333.1.333. -
Sewa 3.36 3.36 .360 360 360
(2)Pengh 0 397. 0 397.0 397.0 397.0 397.
ematan 008 08 08 08 008
(3)
Pajak Biaya 1.32 926. 926.3 926.3 926.3 397.
Sewa
(0,3 x (1) 3.36 352 52 52 52 008
PV
Bersih Sewa 1.32 0 842. 765.5 695.9 632.7 -
(DF=10 3.36 138 80 82 11 246.
%) 0
Total PV Leasing = Rp 4.013.261,-- 511
Amortisasi Pelunasan Piutang Bank

Tahu Anguran Bunga Saldo Alokasi


n (1) (2) Pinj Cicilan
0 5.000.00
Akhir Pinjm
1 1.466.432 714.500 4.248.06
0.-- 751.932
14

2 1.466.432 607.049 3.388.68


Tahun
8 859.383
(4)
3 1.466.432 484.243 2.406.29
5
(3) 982.189
5 1.466.432 183.477 0
2 1.283.95
4
Total 5.000.00
2
0,--

Schedul aliran Kas untuk pembelian Mesin dg Hutang

1 2 3 4 5
Depr 1.000.0 1.000.0 1.000.0 1.000.0 1.000.0
(2) 714.50 00 607.04 00 484.24 00 343.88
00 183.47
00
(3)
Bunga 1.714.5 01.607.0 9 1.484.2
3 1.343.8
8 1.183.4
7
(4)
Total 514.35 00 482.11 49 445.27
43 403.16
88 355.04
77
Pengh 01.466.4 5 1.466.4
3 1.466.4
6 1.467.4
3
(5) 1.466.4
pajak
Cicilan
(6) 952.08 32 984.31 32 1.021.132 1.063.2
321.112.3
29
=3x 0.3
Pinjam
Pemby
PV 865.52 2 813.48 7 767.21
59 726.22
66 690.70
86
an
Efektif
Pemb 9 5 2 5 4
Total PV Hutang Bank Rp 3.863.155,--
(5-4)
Efektif
Incremental Leasing vs Hutang Bank

Ktrg 0 1 2 3 4 5
Leasi 1.323. 926.3 926.3 926.3 926.3 926.3
Beli
ng 1.323.360 952.0 52 984.3
52 1.021.
52 1.063.
52 1.112.
52
Selisi
Utang 82- - - -
17 159 266 386 -
h 360 25.73 57.96 94.80 136.9 1.509.
0
Analisa IRR Leasing vs Hutang Bank
5 7 13 394
Keter 0 1 2 3 4 5
Selisi
anga 1.323. - - - - -
PV
hn 1.323.
Total - 57.96
360 25.73
150.1 - 94.80
- 136.9
- 1.509.
-
IRR 360
10%
Kesimpulan 7% 23.39
0 47.90
5 71.23
7 93.51
13 937.2
394
NPV 06
1 5 0 4 15

15
Jadi jika dibandingkan dengan kredit bank, keunggulan leasing adalah
sebagai berikut:

1. Pembiayaan penuh 100% tanpa uang muka.


2. Persyaratan relatif tidak ketat.
3. Pembayaran angsuran relatif fleksibel.
4. Tidak harus dicantumkan dalam neraca (off balance sheet).
5. Terlindung dari resiko keusangan.
6. Tingkat keamanan pembiayaan terjamin.
7. Tidak perlu menyediakan jaminan (collateral).
8. Asset yang diperoleh melalui leasing merupakan jaminan bagi lessor
mengingat status kepemilikan barang modal objek leasing berada pada
lessor.

Ada tiga cara untuk menilai sebuah lease layak untuk diambil atau tidak,
yaitu:

• Menggunakan konvensi dunia nyata di mana mendiskon arus kas


tambahan setelah pajak dengan after-tax rate pada hutang yang dijamin
dari pemberi sewa.
• Hitung peningkatan kapasitas hutang dengan mendiskon perbedaan antara
arus kas dari membeli dan arus kas dari menyewa dengan after-tax interest
rate. Peningkatan pada kapasitas hutang dari membeli dibandingkan
dengan arus kas keluar ekstra pada tahun 0 dari membeli.
• Gunakan All Present Value (APV), dimana APV = All-Equity Value +
Financing NPV

16

Anda mungkin juga menyukai