Anda di halaman 1dari 13

MUNAKAHAT(MASALAH PERNIKAHAN)

Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan
kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.
Firman Allah SWT Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” (QS An Nisa : 3)

Pernikaha merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia untuk mengatur
kehidupan rumah tangga dan keturunan. Disamping itu, nikah merupakan salah satu asas
pokok hidup yang utama dalam pergaulan masyarakat. Tanpa pernikahan tidak akan
terbentuk rumah tangga yang baik, teratur dan bahagia serta akan timbul hal-hal yang tidak
didinginkan dalam masyarakat. Misalnya, manusia tidak dapat mengekang hawa nafsunya
sehingga timbul pemerkosaan dan bencana di masyarakat.Oleh karena itu, dengan pernikahan
akan timbul kasih-mengasihi, sayang-menyayangi antara suami dan istri, saling kenal
mengenal, tolong menolong antar keluarga suami dengan keluarga istri dan terpelihara dari
kebinasaan hawa nafsunya.Sabda rasulullah SAW yang artinya :“ Dari Abdullah bin Mas’ud,
ia berkata, telah bersabda Raulullah SAW kepada kami, Hai pemuda-pemuda barang siapa
yang mampu diantara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena
sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal
dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barang siapa yang tidak
mampu kawin hendaklah dia puasa karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap
perempuan akan berkurang.” (HR Muttafaqu ‘Alaih) MuhrimMuhrim ialah orang yang
tidak halal dinikahi. Dalam hal ini ada empat belas orang sebagai berikut.

Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu

Ibu, nenek, dan seterusnya sampai keatas, bapak kakek dan seterusnya b) anak, cucu dan
seterusnya ke bawahc) saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu sajad) saudara dari
bapake) saudara dari ibuf) anak dari saudara laki-laki dan seterusnyag) anak dari saudara
perempuan dan seterusnya

1. Dua orang dari sebab menyusu, yaitu

a. ibu yang menyusui


b. saudara sepersusuan

Myra Mirawati
2. Empat orang dari sebab perkawinan, yaitu
a. ibu dari istri atau bapak dari istri (mertua)
b. anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri (digauli)
c. istri/suami dari anak (menantu)
d. orang tua tiri
e. mengumpulkan bersama-sama antara dua orang yang bersaudara dalam
satu waktu. Dilihat dari keadaan orang yang akan melangsungkan pernikahan
maka hukum nikah itu ada lima, sebagai berikut.
1. Jaiz, artinya diperbolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum
pernikahan
2. Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk nikah dan
mempunyai bekal hidup untuk membiayai orang yang menjadi
tanggungannnya.
3. Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk nikha tapi
belum mempunyai bekal hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang
menjadi tanggungannya.
4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai bekal hidup untuk
memberi nafkah dan adanya kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat
atau zina bila tidak segera menikah.
5. Haram, yaitu bagi orang yang akan melangsungkan pernikahan itu
mem[unyai niat buruk, seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan yang akan
dinikahinya.

A. Tujuan Nikah

Tujuan nikah dalam agama Islam disebutkan dalam surat Ar Rum : 21, yaitu
untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, keluarga yang merasakan
kebahagian lahir dan bathin, keluarga yang sakinah dan sejahtera. Keluarga bahagia
adalah keluarga yang diliputi suasana damai, aman, tenteram, tertib, saling pengertian,
tolong-menolong antar anggota keluarga melaksanakan tugas dan fungsinya masing-
masing. Firman Allah SWT.Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.” (QS Ar Rum : 21) Lihat Al-Qur’an online di GoogleJadi, salah satu dari
tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan istri-istri dengan perkawinan agar merasakan
ketentraman hidup dan penuh kasih sayang diantara suami istri. Suami ataupun istri
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk kebahagian rumah
tangganya. Misalnya, suami sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab penuh
terhadap anak dan istrinya dengan memberi nafkah, sesuai dengan kemampuannya.
Suami memimpin, membimbing serta menjaga atas keselamatan dan kesehatan
keluarganya.Istri bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak, istri harus taat dan
patuh kepada semua perintah suaminya, selama perintah tersebut sesuai dengan ajaran
Islam. Istri rela menerima pemberian suaminya, hemat tidak boros, serta menjaga

Myra Mirawati
kehormatan dirinya. Begitu pula sebagai anak sebagai anggota keluarga, harus taat dan
patuh menjalankan agama, berbakti kepada orang tua, berakhlak mulia, rajin beribadah
dan belajar sehingga menjadi anak yang shlaeh berguna bagi agama, nusa, bangsa dan
negara. Kaum Pria diperintahkan oleh Allah SWT supaya selalu berdoa untuk kebahagian
keluarga, istri dan anak yang menyenangkan hati. Hal tersebut dijelaskan dalam surat Al
Furqan ayat 74.Artinya : “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al
Furqan : 74) Lihat Al-Qur’an online di GoogleRumah merupakan satu-satunya tempat
tinggal di sebuah keluarga. Di rumah itu, mereka dapat menikmati bersama pada saat
senang, tempat istirahat bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum, tempat meminta
pada saat membutuhkan, tempat hiburan pada saat susah, tempat beribadah seluruh
anggota keluarga dan sebagainya. Agar tujuan nikah untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan sakinah itu dapat tercapai maka dalam memilih calon istri yang beragama
dan berakhlak mulia, selalu beramal shaleh, taat kepada Allah dan suaminya. Sabda
rasulullah SAW yang artinya : ”Dari Jabir sesungguhnya Nabi SAW bersabda,
Sesungguhnya peremouan itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya, dan
kecantikannya maka pilihlah yang beragama.” (HR Muslim dan Turmudzi)Dalam hadis
yang lain disebutkan yang artinya barang siapa menikahi seorang perempuan karena harta
dan kecantikannya, niscaya Allah akan melenyapkan harta dan kecantikannya. Dan
barang siap yang menikahi karena kebangsawanannya, niscaya Allah tidak kan
menambah kecuali kehinaan.

B. Rukun Nikah

Agar pernikahan itu syah dan dapat dilangsungkan dengan baik maka harus
memenuhi rukun-rukunnya (unsur-unsur yang harus ada dalam pernikahan). Adapun
rukun nikah adalah sebagai berikut.

1. Calon Suami syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon istri
tidak terpaksa dan sudah baligh
2. Calon Istri syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon suami
tidak terpaksa dan sudah baligh
3. Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali mempelai perempuan,
seperti “Saya nikahkan engkau dengan anak saya nama fulan binti fulan dengan mas
kawin ...” kemudian qabul (jawab) mempelai laki-laki, seperti “Saya terima nikahnya
Fulan binti Fulan dengan mas kawin ...” tidak sah nikah kecuali dengan lafal nikah.

Sabda rasulullah SAW yang artinya ; “Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan,
sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu lakukan mereka
dengan kalimat Allah.” (HR Muslim)

1. Mahar (mas kawin) adalah harta yang diserahkan oleh mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan sebagai kecintaan akan hidup bersama dalam kehidupan yang
mulia yang menjamin ketenangan dan kebahagian keluarga. Dasar hukumn wajibnya
mahar antara lain firman Allah SWT

Myra Mirawati
Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan[267]. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS An Nisa : 4)
Lihat Al-Qur’an online di Google

1. Dua orang saksi

Sabda Rasulullah SAW ‫ )ﻻ ﻨﻜﺎﺡ ﺇﻻ ﺑﻮﻟﻲﻭ ﺸﺎﻫﺪﻯ ﻋﺩﻝ )ﺮﻮﺍﻩ ﺃﺣﻤ ﺪ‬Artinya : “Tidak
sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil.” (HR Ahmad)

1. Wali

Adapun susunan dan urutan menjadi wali adalah

1. bapak kandung
2. kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan
3. saudara laki-laki sekandung
4. saudara laki-lai sebapak
5. anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
6. anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
7. paman (saudara laki-laki bapak)
8. anak laki-laki paman
9. hakim, wali hakim berlaku apabila yang tersebut pada nomor 1 sampai dengan 8
semuanya tidak ada atau sedang berhalangan, tetapi menyerahkan kepada hakim.

Syarat Wali dan Dua SaksiWali dan saksi bertanggung jawab atas syah nya akad
perkawinan dan tidak semua orang dapat menjadi wali dan saksi, akan tetapi hendaklah
orang-orang yang mempunyai sifat berikut ini.

1. Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali atau saksi.
Firman Allah SWT.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang


Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-
Maidah : 51) Lihat Al-Qur’an online di Google

1. Balig (umur paling sedikit 15 tahun)


2. Berakal sehat ( tidak gila)
3. Merdeka (bukan hamba sahaya)
4. Laki-laki. Perempuan tidak boleh menjadi wali atau saksi
5. Adil

Myra Mirawati
C. Kewajiban Suami dan Istri

Setelah terjadi akad nikah maka suami mempunyai kewajiban terhadap istrinya,
begitupula sebaliknya istri pun mempunyai kewajiban terhadap suaminya1)
Kewajiban suami terhadap istri sebagai berikut

1. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai
dengan kemampuannya.
2. Bergaul dengan istrinya secara ma’ruf, yaitu dengan baik, penuh kasih sayang,
menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
3. Mendidik keluarga terutama pendidikan agama agar istri dan anak-anaknya
menjadi orang-orang yang taat dan patuh menjalankan agama Islam, seperti
mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca Al Qur’an. Dengan kata lain,
menjalankan perintah agama dan meninggalkan larangannya sehingga menjadi orang
yang shaleh. Firman Allah SWT.

Artunya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim) Lihat
Al-Qur’an online di Google

1. Memimpin keluarga, istri dan anak-anaknya

Suami bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan kebahagiaan keluarga lahir


bathin, dunia dan akhirat. Suami adalah sebagai pemimpin dan contoh yang baik bagi
keluarganya. Firman Allah SWT.Aritnya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka)[290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An
Nisa : 34) Lihat Al-Qur’an online di Google2) Kewajiban istri terhadap keluarganya
sebagai berikut.

1. Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran agama
Islam
2. Memelihara dan menjaga kehormatannya serta menjaga harta benda suaminya.

Myra Mirawati
3. Hemat, cermat dan selalu bersukur kepada Allah SWT atas pemberian suami
sehingga tidak memberatkan suami.
4. Mengatru rumah tangga. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai ibu rumah
tangga
5. Memelihara dan mendidik anak. Istri fungsinya lebih besar daripada suami dalam
mendidik dan mengasuh anak sebab pada umunya hubungan istri dengan anak lebih
dekat, terutama ketika anak masih kecil.
6. Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan sebaliknya.

D. Hikmah Nikah

Salah satu perintah agama Islam terhadap umat manusia adalah melaksanakan
pernikahan, bagi orang yang telah mampu serta telah terpenuhi sarat-sarat dan rukun
pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam,
mengandung beberapa hikmah sebagai berikut.

1. Pernikahan dapat Menentramkan Jiwa.

Dengan pernikahan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan (seksual) dengan


baik, aman, tenang, dengan suasana cinta kasih sehingga mendapatkan ketentraman
jiwa, ketenangan lahir dan bathin. Kebutuhan seksual apabila tidak dapat terpenuhi
dengan semestinya akan menimbulkan gangguan jiwa, seperti tertekan dan gelisah.
Jadi, jelaslah bahwa dengan pernikahan akan mendapatkan ketentraman jiwa, seperti
yang difirmankan Allah dalam surat Ar Rum : 21 yang artinya dan diantara tanda-
tanda kekuasaan Allah ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantara
kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kamu yang berpikir.

2. Pernikahan dapat menghindarakan perbuatan maksiat

Laki-laki dan perempuan yang telah melakukan akad pernikahan, kebutuhan biologis
atau nafsu seksualnya dapat disalurkan sebagaimana mestinya sebab penyaluran nafsu
seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan perbuatan maksiat, yakni
perzinahan. Jadi, dengan pernikahan akan terhindar dari perbuatan maksiat. Hadis
rasulullah SAW yang artinya Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu diantara
kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya
perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya
dan akan memeliharanya dari godaan syahwat.

3. Pernikahan Dapat Melestarikan Keturunan

Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah maka tidak jelas siapa yang bertanggung
jawab, siapa yang mengurusnya dan bagaimana silsilahnya. Jadi, dengan pernikahan
akan terbentuk kemashlahatan rumah tangga, keturunanan dan kemashlahatan
masyarakat.Firman Allah SWT.Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri

Myra Mirawati
dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak
dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS An Nahl :
72)

E. Talak (Perceraian) 1. Pengertian Talak

Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang


dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan (pernikahan). Apabila
dalam pergaulan antara suami istri tidak mencapai tujuan pernikahan, yakni
membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami atau istri tidak menjalankan
kewajiban atau salah satu diantara mereka menyeleweng sehingga tidak ada
kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala keluar satu-satunya ialah talak
atau perceraian. Meskipun talak merupakan jaan yang disyariatkan, namun
menjatuhkan talak tanpa sebab sangat dibenci Allah SWT.Sabda Rasulullah SAW
yang artinya : “Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah SAW, Sesuatu
yang halal namun amat dibenci Allah ialah talak.” (HR Abu Dawud dan Ibnu
Majjah)Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak itu ada empat.

1. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim memandang perlu
keduanya untuk bercerai atau suami tidak mampu untuk memenuhi hak-haka istri
sebagaimana mestinya
2. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya atau istri tidak
menjaga kehormatannya.
3. Haram apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan haid, atau dalam
keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan talak ini mengakibatkan suami
jatuh dalam perbuatan haram.
4. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara’ dan memang
asal hukum dari talak itu adalah makruh

Lafal TalakKalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua macam.

1. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali ikatan pernikahan,
seperti kata si suami “ Engkau tetalak atau saya ceraikan engkau”, dengan niat atau
tidak.
2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-kata yang tidak
tegas) sehingga boleh diartikan untuk perceraian atau bukan, seperti “Pulanglah
engkau ke rumah orang tuamu” atau “Pergilah engkau dari sini” kalimat sindiran ini
tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada niat untuk menceraikan maka tidaklah
jatuh talak, tapi kalau diniatkan untuk menceraikan maka jatuhlah talak
3. Bilangan talak

Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan talaknya ialah dan talak satu
sampai talak tiga. Apabila suami mentalak istrinya satu atau dua, suami masih boleh

Myra Mirawati
rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis iddahnya, dan boleh nikah kembali
dengan akad baru apabila iddahnya sudah habis. Firman Allah SWT.Artinya : “Talak
(yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf
atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir
bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS Al Baqarah : 229) Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka
suami tidak boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila
perempuan tersebut telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah
diceraikan oleh suaminya yang kedua dan sudah habis masa iddahnya. Firman Allah
SWT.Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.” (QS Al Baqarah :
230) Selain macam talak diatas, adalagi talak yang disebut talak tebus. Talak tebus
ialah talak atas permintaan istri kepada suaminya agar suaminya menjatuhkan talak
kepadanya, kemudian ia memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai dengan
permintaan suaminya.

3. Ila’, Li’an, Zihar, Khulu’ dan FasakhIla’Ila’ adalah sumpah si suami bahwa dia
tidak akan mencampuri istrinya dalam masa yang lebih dari empat bulan atau dengan
tidak menyebutkan masa. Suami tersebut dinamakan Muli’, yaitu orang yang
melakukan ila’. Apabila sebelum empat bulan suami kembali kepada istriny maka
suami wajib membayar kafarat (denda) dengan memerdekakan seorang hamba,
lantaran ia menyalahi sumpahnya. Akan tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali
kepada istrinya, hakim berhak menyuruhnya untuk memilih diantara dua pilihan,
yakni membayar kafarat sumpah dan kembali baik kepada istrinya atau mentalak
istrinya. Apabila suami tidak mau kedua-duanya maka hakim berhak menceraikan
istrinya dengan paksa.Rasulullah SAW, pernah bersumpah menjauhkan diri dari istri-
istrinya dan beliau pernah mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau
jadikan halal dan beliau membayara kafarat untuk sumpahnya. Li’anLi’an alah
sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. Menurut surat An nur 6-9
bahwa apabila suami yang menuduh istrinya berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia
diwajibkan bersumpah empat kali dengan ucapan, “Demi Allah, saya benar dalam
tuduhan saya” kemudian disumpah yang kelima ia wajib bersumpah “Demi Allah jika
saya dusta dalam tuduhan saya, niscaya saya ditimpa laknat dari Allah”.Untuk
menghindari dari hukuman, istri juga wajib bersumpah empat kali dengan ucapan
“Demi Allah suami saya itu berdusta” dan untuk sumpah yang kelima, ia wajib
bersumpah dengan ucapan “Demi Allah kemurkaan Allah akan menimpa saya jika
suami saya itu benar”Apabila seseorang menuduh orang berzina, sedangkan saksi

Myra Mirawati
yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi dipukul (didera) 80 kali, tetapi
kalau yang menuduh itu suaminya, ial lepas dari siksaan atau dera (pukulan 80 kali),
yaitu dengan jalan Li’an.Akibat dari li’an suami, timbul beberapa hukum dibawah
ini.a. Dia tidak disiksa (dipukuli)b. Istri wajib disiksa dengan siksaan zinac. Suami
istri bercerai selama-lamanyad. Kalau ada anak, anak itu tidak dapat diakui oleh
suamiUntuk menghindari siksaan zina, istri harus membalas li’an suaminya
ZiharZihar adalah perkataan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya
sehingga haram atasnya, seperti kata suami kepada istrinya, “Engkau bagiku seperti
punggung ibuku”. Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik kembali dan
membayar kifarat sebelum istrinya digauli. Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan,
yaitu.

1. memerdekakan hamba sahaya


2. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa dua bulan berturut-turut.
3. Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60 orang miskin.

Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 2-4. Khulu’Khulu’ atau talak
tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaran dari pihak istri kepada
suami (mengembalikan mas kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik
istri dalam keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya adalah permintaan
dari pihak istri. Firman Allah SWT.Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali.
Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran
yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah : 229) Dari uraian diatas dapat
kita simpulkan bahwa khulu’ diperboleh dengan sebab-sebab sebagai berikut.a. Apabila
suami istri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, yakni
menciptakan pergaulan rumah tangga yang baikb. Apabila istri sangat benci kepada suami
dengan sebab tertentu sehingga dikhawatirkan istri tidak akan mematuhi suaminya.
FasakhFasakh adalah rusaknya ikatan pernikahan antara suami istri karena sebab-sebab
tertentu.

1. Sebab-sebab yang merusak akad nikah ialah

1) akad nikah dilaksanakan karena rukun dan syarat pernikahan telah terpenuhi, tetapi di
kemudian hari diketahui bahwa istrinya adalah muhrim suaminya2) salah satu dari suami atau
istri keluar dari agama Islam3) semula suami istri musyrik, tetapi kemudian salah satunya
masuk Islam dan yang lainnya tetap musyrik

1. Sebab-sebab yang menghalaingi tujuan pernikahan

Myra Mirawati
1) suami dinyatakan hilang2) suami dipenjara lima tahun atau lebih3) suami menipu, misalnya
suami semula mengaku orang baik-baik ternyata penjahat4) sumai istri mengidap penyakit
yang mengganggu hubungan rumah tangga

4. HadanahHadanah artinya ialah mengasuh, memelihara dan mendidik anak yang amsih
kecil. Apabila terjadi perceraian antara suami istri dan keduanya mempunyai anak yang
belum mumayiz (belum mengerti kemashlahatan dirinya) maka istrilah yang lebih berhak
untuk mengasuh dan mendidik anak tersebut sehingga ia mengerti akan kemashlahatan
dirinya. Anak tersebut tinggal bersama ibunya, selama ibunya belum menikah lagi dengan
orang lain, tetapi belanja tetap wajib ditanggung oleh ayahnya.Disebutkan dalam hadis
Rasulullah SAW, yang artinya “Dari Abdullah ibnu Umar, bahwasanya seoran perempuan
berkata, “Ya Rasulullah! Sesungguhnya anak saya ini perut saya yang mengandungnya, tetek
saya yang menyusuinya, dan pangkuan saya tempat perlindungannya, tetapi bapaknya telah
menceraikan saya dan hendak mengambil dia dari saya” rasulullah SAW bersabda, “Engkau
lebih berhak kepadanya selama kamu belum nikah” (HR ahmad dan Abu Dawud)Apabila
anak tersebut sudah mengerti maka anak disuruh memilih untuk tinggal bersama bapaknya
atau ibunya.Apabila yang mengasuh anak tersebut bukan ibunya atau bapaknya maka supaya
diserahkan kepada keluarga yang terdekat. Apabila keluarga yang terdekat tidak ada supaya
didahulukan kepada wanita daripada pria.Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik
ialah:1) berakal sehat2) merdeka3) menjalankan agama Islam dan berakhlak mulia4) dapat
dipercaya dan jujur5) dapat menjaga kehormatan dan nama baik si anak6) tetap tinggal di
dalam negeri atau kampung anak yang diasuh

G. Iddah

Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah dicerai oleh suaminya baik cerai biasa
maupun ditinggal mati suaminya untuk tidak menikah dengan orang lain. Diadakan masa
idah untuk mengetahui apakah selama idah wanita tersebut hamil atau tidak dan apabila ia
hamil maka naka tersebut sebagai anak dari suami yang menceraikan.Macam iddah sebagai
berikut.1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya) kalau ia sedang
mengandung maka masa iddahnya hingga lahir anak yang dikandungnya. Firman Allah
SWT.Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah
mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS At Thalaq : 4) bagi wanita yang
ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak mengandung atau hamil, maka masa iddahnya
ialah 4 bulan 10 hari. Firman Allah SWT. Artinya : “Orang-orang yang meninggal dunia di
antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya,
maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka
menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS Al Baqarah : 234) 2.
bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka iddahnya ialah tiga quru’ (tiga
kali suci). Firman Allah SWT. Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan
diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan

Myra Mirawati
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Baqarah : 228)
3. wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka iddahnya ialah tiga bulan. 4.
wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka wanita tersebut tidak ada
iddahnya. Firman Allah SWTArtinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum
kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu
minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah[1225] dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik- baiknya.” (QS Al Ahzab : 49) Hak perempuan dimasa iddah ialah
sebagai berikut.

1. perempuan yang dalam masa iddah raj’iyah talak satu dan dua berhak menerima
dari bekas suaminya tempat tinggal, pakaina dan segala belanja

perempuan yang dalam iddah ba’in (talak tiga) kalau ia mengandung, ia berhak menerima
tempat tinggal, nafkah dan pakaian. Firman Allah SWT Artinya : “Tempatkanlah mereka
(para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang
sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya.” (QS At Thalaq : 6)

1. perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak mengandung maka ia hanya
berhak menerima tempat itnggal saja.
2. perempuan yang dalam iddah karena ditinggal mati suaminya baik ia mengandung
atau tidak, ia tidak mempunyai hak apa-apa sebab ia dan anaknya telah mendapat hak
pusaka dari suaminya yang meninggal itu
H. Rujuk1.

Pengertian RujukRujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun


yang dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum perkawinan secara
penuh setelah terjadi talak raj’i yang dilakukan oleh mantan suami terhadap mantan
istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. Firman Allah SWT Artinya :
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan
tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Baqarah :228)

Myra Mirawati
2. Hukum Rujuka. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu jika
salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.b. Haram apabila rujuk itu, istri
akan lebih menderitac. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami istrid.
Jaiz, hukum asal Rujuke. Sunah jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat bagi suami
istri

3. Rukun Rujuk

1. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raj’i, dan masih dalam masa iddah
2. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa
3. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil
4. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu

1) terang-terangan , misalnya “Saya rujuk kepadamu”2) perkataan sindiran, misalnya “Saya


pegang engkau” I. Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974Pada garis
besarnya, undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan terdiri atas 14 bab dan
terbagi dalam 67 pasal.

1. Pencatatan perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan yang berlaku”.Selanjutnya dalam komplikasi hukum Islam di
indonesuia dirinci sebagai berikut.a. agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
Islam, setiap perkawinan harus dicatatb. pencatatan perkawian harus dilakukan oleh pegawai
pencatat nikahc. setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan
pegawai pencatat nikahd. perkawinan yang dilakukan diluar pegawai pencatat nikha tidak
mempunyai kekuatan hokum

Myra Mirawati
2. Sahnya Perkawinan

Dalam UU No. 1 Thaun 1974 Pasal 2 Ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya
itu.Selanjutnya ditegaskan dalam kompilasi hukum di inonesia sebagai berikut.

1. Perkawinan adalah saha apabila dilakukan menurut aturan hukum Islam


2. Perkawinan yang menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yangb sangat kuat
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
3. Tujuan Perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir
dan bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.Ditegaskan dalam kompilasi hukum Islam bahwa perkawinan
bertujuan mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (QS Ar
Rum : 21)

4. Batasan-Batasan dalam berpoligami

Pada undang-undang nomor 1 Tahun 1974 pasal 3 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa
“Pada asanya pada suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri.
Begitu pula seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.”Selanjutnya dalam
pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa apabila suami akan beristri lebih dari seorang, ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan didaerah tempat tinggalnya. Pengadilan
hanya memberi izin untuk berpoligami apabila terdapat hal-hal berikut ini.a. Istri tidak
dapat mejalankan kewajibannya sebagai istrib. Istri mendapat cacat badan ataui penyakit
yang tidak dapat disembuhkan c. Istri tidak dapat melahirkan keturunanDalam
mengajukan permohonan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. adanya persetujuan dari istri


2. adanya kepastian bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak
mereka.

Myra Mirawati

Anda mungkin juga menyukai