Anda di halaman 1dari 6

MENARIK DIRI

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Gangguan hubungan sosial adalah suatu gangguan keperibadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang mal adptif menggangu fungsi seseorang dalam hubungan
sosialanya. prilaku menarik diri merupakan cobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Kawlins, 1993, hal 336).

Isolasi social suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontrak (Carpenito, 1997).

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi hubungan


dengan orang lain (Rowlins, 1993).

2. Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengarui oleh faktor predisposisi dan stresosr presipitasi,
faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
prilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya diri pada orang lain, menghindari dari orang lain, tidak
mampu memuaskan keingnan dan merasa tertekan. Keadan ini dapat menimbulkan
prilaku tidak ingin bekomunikasi, dengan orang lain, menghindari diri dari orang lain
lebih menyukai berdiam diri, kegiatan sehari hari hampir terabaikan.

3. Rentang Respon sosial


Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selalu membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosial, manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Berada dalam rentang yang adaptif dan
mal adaptif.

RENTANG RESPON SOSIAL

Konstruktif Respon Sosial Deskriptif

Respon adaptif Respon mal adaptif-

- Solotude - Alonese - Lonelinees


- Otonomi - Manifulasi - Ekploitas
- Kebersamaan - Tergantung - Menarik diri
- Interdependen - Curiga - Paranoid
Bila terjadi kecemasan yang tinggi, maka indifidu cenderung untuk menarik diri sampai
respon yang mal adaptif sehingga rangsangan terhadaplingkungan akan menurun dan
juga lebih berfokus terhadap dunia internalnya sehingga dapat meningkatkan
kecemasan klien.

4. Respon Adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
secara umum yang berlaku dengan kata lain bahwa individu tersebut masih dalam
batas normal menyelesaikan masalah, respon ini meliputi:
a. Menyendiri (Solitude) adalah rspon yang dibutuhkan oleh
sesorang untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan sosialnya
dan salah satu
b. cara mengvaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya.
c. Otonomi adalah kemampuan indifidu untuk menentukan
dan menyampaikan ide- ide, pikiran, perasaan, dalam hubungan sosial.
d. Interdependen adalah saling ketergantungan antara
indifidu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kerja sama adalah suatu kondisi dimana huungan
interpersonal indi fidu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

5. Respon Mal Adaptif


Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah misalnya yang
sudah menyimpang dari norma sosial dan kebudayaan suatu tempat, respon mal
adaptif yang sering ditmukan antara lain:
a. Menarik diri, dimana terjadi apabila sseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan scara terbuka dngan orang lain.
b. Tergantung, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa prcaya diri
atau kemampuan untuk berfungsi secara terbuka.
c. Manipulasi, terdapa pada individu yang mngganggap orng lain sebagai obyek,
indivdu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain.

6. Tanda Dan Gejala


a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (Menarik diri), klien tampak memisakan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang atau tidak ada klien tidak dapat becakap-cakap denan
orang lain.
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri dikamar atau tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien mumutuskan percakapan atau
pergi jika dajak becakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari hari
h. Posisi seperti posisi janin saat tidur
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Meliputi: Faktor pendukung, faktor pencetus, terjadinya hubungan sosial, prilaku
pasen, mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung tejadinya hubungan sosial:
1) Faktor tumbuh kembang individu
Ada tugas perkembangan yang harus dipenui agar tidak trjadi dalam hubungan
sosial. tugas perkembangan ini pada masing masing tahap tumbuh kembang
mempunyai spesifik terdiri dari, bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
dapat terpenui akan menghambat perkembangan selanjutnya pada fase oral
apabila tugas perkembangan dalam bentuk ras asaling percaya pada dirinya
dan orang lain ( dirinya)
2) Faktor komunikasi dam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung utuk
terjadi dalam hubungan sosial.
3) Faktor sosial dan budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, mrupakan sutu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
4) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

b. Faktor presifitasi
Faktor presifitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal, meliputi:
1) Stresor sosial budaya, setres yang ditimbulkan oleh faktor sosial ini
disebabkan oleh berapa hal antara lain keluarga yang labil, berpisah dengan
orang terdekat/beradapatasi, misalnya: dirawat di RS akibat penyakit kronis.
2) Faktor hormonal, gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (Gland
pituari) menyebabkan turunnya hormon ESH dan LH.
3) Hipotesa virus, Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik.
4) Model biological lingkungan sosial, Tubuh akan menggambarkan
ambang toleransi seotang terhdap setress, pada sat terjadinya interaksi
dengan sekessor dilingkungan sendiri
5) Stresor psikologik, Kecemasan yang berkepanjangan cukup berat
dengan terbatasnya individu dalam menyelesaikan masalah tersebut akan
menyebabkan gangguan hubungan social.

c. Pohon masalah

Resiko Peruahan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial:
Menarik diri Masalah utama

Gangguan Konsep diri: Harga diri Rendah


d. Masalah Keperawatan
1) Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi.
2) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
b. Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa; Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
a. Tujuan Umum: Tidak terjadi perubahan sensori persepsi
b. Tujuan Khussus: Klien dapat:
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Menyebutkan penyebab menarik diri.
3) Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4) Melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-erawat, klien-
perawat-klien/perawat, klien kelompok, klien-keluarga
5) Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
6) Memberdayakan sistem pendukung.
7) Menggunakan obat dengan benar dan tepat.

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam trapiutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang Buat kontak dari setiap pertemuan
(topik yang akan dibicarakan, tempat pembicaraan, waktu berbicara)
b. Berikan perhatian dan penghargaan: temani klien walau klien tidak menjawab,
katakan “Saya akan duduk disamping anada, jika ingin mengatakan sesuatu saya
siap mendengarkan “Jika menatap perawat, katakan“ Ada yang ingin anda
katakana”
c. Dengarkan klien dengan empati: beri kesempatan bicara (janggan diburu-uru)
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
d. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain.
e. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
f. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
g. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
h. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang
sama)
i. Motivasi/temani klien untuk berinteraksi/berkenaan dengan klien/perawat lain,
beri contoh cara berkenalan.
j. Tingkatkan interaksi klien secara beratahap (Satu lien, dua klien, satu perawat,
2 perawat dan seterusnya).
k. Libatkan klien dalam terpi aktifitas kelompok: sosialisasi.
l. Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari -hari dengan interaksi.
m. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapiutik.
n. Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi atau kegiatan.
o. Beri pujian akan keberhasilan klien.
p. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
indifidu secara rutin dan pertemuan keluarga.
q. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip yang benar (Benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu, benar klien).
r. Anjurkan klien membicarakan efek atau efek samping obat yang dirasakan.

5. Hasil Akhir yang Diharapkan


a. Pada Klien:
1) Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
2) Klien mengatakan penyebab menarik diri.
3) Klien mengetahui keuntungan berinteraksi.
4) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain

b. Pada Keluarga:
1) Keluarga mampu berinteraksi dengan klien secara trapeutik.
2) Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.
DAFTAR PUSTAKA
 Departemen Kesehatan RI, ( 1994 ), Pedoman prawatan Sikiatrik Intervensi
Keperawatan ,Direktorat kesehatan jiwa , Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI.
 Keliat Budi Anna, ( 1998 ), Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Jakarta FKUI (
Tidak diperdagangkan )
 Maramis W. F, ( 1998 ) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa , surabaya , Airlangga University
Press.
 Towesend. Mry C , (1998 ) , Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada keperawatan
psikiatri , pada edisi , Jakarta , EGC.
 Stuart , Gail Wiscart and Sundeen , Sandra J, ( 1998 ), Buku Saku Keperawatan Jiwa,
edisi 3 , Jakarta , EGC.

Anda mungkin juga menyukai