Anda di halaman 1dari 4

JIKA ANAK SUKA MEMUKUL

Anak Anda akan memukul anak lain dan ia pun akan dipukul anak
lain. Bagaimana Anda menyikapinya? "Bu, tadi Dita mukul Andi
sampai nangis," lapor babysitter begitu Anggi pulang kerja. Kontan
wajah Anggi memerah. Pasalnya, bukan sekali itu saja Dita,
putrinya yang baru berusia 1,5 tahun, memukul temannya waktu
bermain. Dan seperti biasa, Anggi segera menelepon orangtua Andi
dan meminta maaf.
Seperti halnya Anggi, Anda pun mungkin malu ketika batita Anda
memukul temannya. Kebanyakan orangtua merasa seperti itu, karena
takut dianggap tak mampu mendidik anak dengan baik. Padahal,
perilaku memukul, sebagaimana perilaku agresif lainnya seperti
menggigit, menendang, mendorong, mencubit, dan melempar-lempar
barang, menurut para ahli, wajar-wajar saja di usia batita.
Apalagi jika hal itu dilakukan anak Anda yang baru berusia
setahun. Ini karena ia belum mampu mengungkapkan perasaan-
perasaannya maupun keinginan-keinginannya.
Seperti dikatakan psikolog Rahmitha P. Soendjojo, perilaku
memukul biasanya muncul pada anak yang belum bisa berbicara atau
baru mulai belajar bicara. "Perbendaharaan katanya masih sangat
terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk
menyatakan keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau
tak aman," jelas Pjs. Manajer Komunikasi YKAI ini.
Perilaku memukul, menurut Rahmitha, juga bisa terjadi pada anak
yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak dilarang sementara
energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya, akibatnya
ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur
lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak
yang terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan
ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaan itu.

DIJAUHI TEMAN
Dalam buku What to Expect the Toddler Years karya Einsenberg,
Murkoff & Hathaway, dikatakan, banyak perilaku agresif anak usia
ini berhubungan dengan frustrasi. Ini karena dalam diri mereka
seringkali muncul konflik antara rasa percaya dan tak aman,
keinginan mandiri dan ketergantungan, keinginan berkuasa dan
keadaan tak berdaya. Dan, jangan lupa, anak usia ini memiliki rasa
ingin tahu yang besar serta senang bereksperimen.
Bagaimanapun, kata Rahmitha, memukul atau perilaku agresif
lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal,
marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi,
wajar saja bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan
berarti Anda boleh mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh
membiarkan ia memukul, hanya karena ia masih terlalu kecil untuk
mengetahui hal yang baik. Memang, masih cukup sulit baginya untuk
mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya akan
mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana tingkah
laku yang Anda larang.
Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak
mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika
memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-
temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.
Jadi, apa yang harus kita lakukan jika anak memiliki "hobi"
memukul?

KALAU IA MEMUKUL

*Beri Arahan Singkat


Ketika ia hendak memukul, cepat pegang tangannya dan katakan,
"Jangan memukul. Mama tak suka bila kamu memukul, karena itu
sakit." atau, "Mama sayang kamu, tapi Mama tak senang bila kamu
memukul." Kalimat-kalimat seperti ini cukup efektif untuk ia agar
mendengar pengarahan Anda.

* Alihkan Perhatiannya
Setelah Anda melarangnya memukul, segera alihkan perhatiannya
dengan mengajak ia berpartisipasi dalam permainan lain tanpa
konfrontasi. Dengan demikian, untuk sementara, ia dan temannya
akan melakukan permainan baru satu sama lain dengan tenang.

* Jangan Mempermalukan
Kata-kata yang Anda gunakan untuk membuat ia berhenti memukul
dapat menjadi
suatu kekuatan tersendiri. Jika Anda sampai mempermalukannya, Anda
hanya akan
membuat ia melawan dan bertindak defensif. Jangan berkata, "Kamu
memang anak
nakal!" tapi katakan, "Mama tak suka bila kamu memukul Jodi."

* Bersikap Konsekuen
Jika ia kembali memukul, bertindaklah tegas dan konsekuen. Ia
harus menghentikan permainannya, entah dengan menyuruhnya duduk di
sebelah Anda tanpa aktivitas untuk beberapa saat, atau ajak ia
pulang jika saat itu ia bermain di rumah temannya. Katakan
padanya, "Kamu tidak bermain baik sama sekali. Kamu gampang sekali
memukul teman. Teman-temanmu tidak menyukaimu lagi jika kamu suka
memukul."

* Time-out
Ini cara yang baik untuk mengatasi dorongan memukul, tapi bukan
merupakan tindakan hukuman. Ini merupakan satu cara untuk
mengendalikan emosi anak, agar ia melihat apa yang salah dan
bagaimana memperbaikinya. Tapi jangan gunakan time-out untuk
menguliahinya. Petuah diberikan setelah time-out selesai dan ia
sudah mulai tenang.

* Selamatkan Korban
Jika anak lain sampai menangis karena dipukul anak Anda, segera
pusatkan perhatian pada anak itu dan hiburlah daripada menegur
anak Anda. Jika anak Anda menyerang, pisahkan anak lain itu dengan
aktivitas lain, lalu tenangkan anak Anda. Dengan nada rendah dan
tanpa kemarahan, jelaskan secara ringkas bahwa memukul adalah
perilaku yang tak dapat diterima dan mengapa hal itu tak boleh
dilakukannya. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Kamu menyakiti
Andi ketika kamu
memukulnya."

* Tunjukkan Perilaku Yang Anda Inginkan


Jika ia memukul Anda, dengan tenang jauhkan tangannya dan pegang
ia. Katakan dengan singkat dan sungguh-sungguh, tapi tanpa
kemarahan, "Tolong jangan pukul Mama. Itu menyakitkan." Lalu,
gunakan tangannya untuk mengusap secara lembut, bagian tubuh Anda
yang ia pukul, dan katakan, "Lihat, inilah yang Mama sukai."

TINDAK PENCEGAHAN
* Tentukan Batas
Tentukan aturan yang jelas bagaimana ia harus bertingkah laku.
Mulai usia 18 bulan, ia cukup mampu untuk memahami batasan-batasan
sederhana, meskipun ia tak akan mematuhinya sepanjang waktu. Yang
penting, biarkan ia tahu bahwa menyakiti orang lain dan
menggunakan kekuatan kasar untuk memecahkan konflik adalah salah.

* Sahkan Perasaannya
Semua perasaan adalah sah, tapi tidak demikian dengan beberapa
perilaku. Katakan padanya, "Kamu boleh merasa marah ketika temanmu
merebut mainanmu. Tapi kamu tak boleh memukul, karena pukulan
membuat sakit."

* Ajarkan Kata-kata Pengganti Pukulan


Anda dapat mengajarkannya kata-kata seperti "Hentikan!",
"Jangan!", "Ini milikku!", "Tidak!" dan "Pergilah!" sebagai
alternatif memukul. Sehingga, saat temannya merebut mainan yang
sedang ia mainkan, ia dapat mengatakan, "Jangan, ini milikku!",
bukan malah memukulnya.

* Minimalisir Frustrasi
Bantu ia mempelajari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
untuk hidup sehari-hari seperti keterampilan sosial, bermain,
berbusana, dan keterampilan makan. Ini akan mengurangi rasa
frustrasinya.

* Awasi Saat Ia Bermain


Selalu dampingi saat ia bermain bersama teman-teman atau saudara
kandungnya, tapi Anda tak harus selalu berada di dekatnya. Yang
penting, Anda dapat dengan mudah mengawasinya.

* Batasi Jumlah Teman Bermainnya


Di usia ini, ia baru mulai belajar bersosialisasi. Dua atau tiga
teman bermain sudah cukup dalam satu waktu permainan. Anda pun
lebih mudah mengawasinya.

* Beri Perhatian Untuk Perilaku Baik


Memukul seringkali mengundang perhatian anak-anak yang kerap
diabaikan atau tak dihargai ketika mereka berperilaku baik.
Seorang anak yang merasa tak cukup diperhatikan akan mungkin
melakukan sesuatu untuk diperhatikan, salah satunya memukul teman
atau saudara kandung. Beri ia cukup perhatian seperti hadiah,
ciuman, dan pelukan untuk perilakunya yang baik.

* Kontrol Diri Anda


Apa pun yang Anda lakukan dan alami, jangan bereaksi terhadap
perilaku tak menyenangkan dari anak dengan memukulnya. Jika Anda
sedang stres dan Anda memukulnya, berarti Anda mengajarkan ia
bahwa kekerasan adalah reaksi wajar dari orang yang berada di
bawah tekanan atau stres. Jadi, jangan sampai Anda lepas kontrol.

* Jangan Gunakan Pukulan Untuk Disiplin


Jika Anda melarangnya memukul, tapi Anda malah memukul tangannya
saat melarang sesuatu, maka Anda tak membantu ia melihat apa yang
seharusnya ia ketahui dari suatu kebiasaan. Dengan Anda
memukulnya, ia belajar bahwa memukul merupakan satu cara agar
orang lain mematuhi perintahnya atau memenuhi keinginannya.

JIKA IA TETAP MEMUKUL


Anda sudah mencegah dan melarangnya memukul, tapi ia tetap
melakukannya. Mungkin ia punya alasan khusus mengapa ia masih
tetap memukul. Coba amati suasana rumah dan lingkungan sekitarnya.
Apakah memukul merupakan satu kebiasaan yang dilakukan orang
dewasa untuk mengekspresikan kemarahannya dan mendapatkan apa yang
mereka butuhkan? Atau mungkin ia banyak menyaksikan adegan
kekerasan di TV?
Mungkin juga karena ia dipermalukan sehingga ia menyerang
kembali dengan caranya sendiri, yaitu memukul. Atau, bisa jadi ia
ketakutan dan mencoba melindungi dirinya dari gangguan, kejahatan,
atau lingkungan yang ia anggap membahayakan.
Bisa juga karena ia memiliki energi berlebihan, sementara Anda
memberinya banyak batasan-batasan. Jika ia banyak dilarang
sementara ia tak tahu bagaimana menyalurkan energinya yang
berlebih itu, ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif
lainnya.
Jika kebiasaannya memukul terus berlanjut, Anda sebaiknya
berkonsultasi pada dokter atau psikologi anak.

Julie Erikania .(nakita)

"Henny, MT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Anak saya laki-laki umurnya


3 tahun 10 bulan.
Di rumah pada saat siang hanya bersama pembantu yang memang
mempunyai suara eras apabila berbicara. Mudah emosi. Anak saya
apabila kesal langsung memukul atau menendang pada orang yang
membuat dia kesal.
Pada saat ini dia sudah masuk playgroup. Di sekolah mempunyai
teman yang nakal
sehingga dia tidak mau masuk sekolah lagi karena takut dengan
temannya tersebut.
Pertanyaan saya:
Bagaimana cara mengatasi anak saya yang suka memukul dan menendang
tersebut?
Bagaimana membuat anak saya supaya mau masuk sekolah lagi?
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai