Anda di halaman 1dari 7

Untuk menghadang legalitas syari’at Islam, sebagian kalangan sering kali membentur-benturkan

syari’at Islam dengan Pancasila. Mereka ingin membangun paradigma bahwa antara syari’at
Islam dan Pancasila merupakan dua kubu yang saling konfrontasi. Sehingga apabila ada
Pancasila, maka tidak perlu lagi adanya syari’at Islam, sebaliknya bila ada syari’at Islam maka
Pancasila haruslah segera disingkirkan.

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa Pancasila adalah landasan dan falsafah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri dari: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh HIkmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, (5) Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Sejarah mencatat bahwa Pancasila yang tercantum dalam UUD 1945
dirumuskan oleh tokoh-tokoh berbagai golongan dan aliran. Pada tanggal 22 juni 1945, yang
terkenal dengan sebutan piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam itu dirumuskan oleh tokoh-
tokoh nasional yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Mohammad Yamin
dan Mr. Achmad Subardjo; tokoh-tokoh Islam terdiri dari Abi kusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar
Muzakkir, H.A. Salim dan Wahid Hasyim; sedang dari golongan lainnya (Kristen) A.A.
Maramis. Dari sini terlihat bahwa tokoh-tokoh Islam turut memegang peran dalam perumusan isi
Pancasila yang sekarang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Jika dilihat dari segi isi Pancasila, amat riskan apabila syari’at Islam dipertentangkan dengan
Pancasila. Sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ adalah pancaran Tauhid; sila kedua
‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab merupakan salah satu unsur utama dari ajaran ijtima’iyah
(nilai-nilai keadlian masyarakat) menurut ajaran Islam.; Persatuan merupakan satu sendi ajaran
Islam; Kerakyatan dilukiskan dengan kata musyawarah dalam al-Qur’an; sedangkan Keadilan
Sosial menjadi sasaran pembentukan masyarakat marhamah menurut ajaran Islam, yang
dipraktekkan dengan perasaan santun dan kasih sayang. Maka dari itu, tuduhan-tuduhan miring
yang mempertentangkan syari’at Islam dengan Pancasila adalah sebuah tuduhan yang tak
berdasar.

Mengenai hal ini, yaitu hubungan antara syari’at Islam dan Pancasila, Mohammad Natsir dalam
bukunya Capita Selecta mengatakan:

“Di mata seorang muslim, perumusan Pancasila bukan kelihatan apriori sebagai satu “barang
asing” yang berlawanan dengan ajaran al-Qur’an. Ia melihat di dalamnya satu pencerminan dari
sebagian yang ada pada sisinya. Tapi ini tidak berarti bahwa Pancasila itu sudah identik atau
meliputi semua ajaran Islam. Pancasila memang mengandung tujuan-tujuan Islam, tetapi
Pancasila itu bukan berarti Islam. kita berkeyakinan yang tak kujung kering bahwa di atas tanah
dan iklim Islam-lah, Pancasila akan hidup subur. Sebab iman kepada Ketuhanan Yang Maha Esa
tidak dapat ditumbuhkan semata-mata hanya mencantumkan kata-kata dan istilah ‘Ketuhanan
Yang Maha Esa’ itu saja dalam perumusan Pancasila.”

[1]

Untuk itu, amatlah keliru apabila ada kalangan yang masih mempertentangkan antara syari’at
Islam dan Pancasila. Karena tidak ada yang perlu dipertentangkan di antara keduanya, justru sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila adalah diantara tujuan-tujuan yang ada dalam ajaran Islam.
Hal ini dikarenakan dalam perumusan Pancasila itu terdapat peran tokoh-tokoh Islam di
dalamnya. Namun bukan berarti Pancasila sudah mewakili seluruh ajaran Islam, ia hanya
sebagian kecil dari sekian banyak ajaran Islam.

Posted in Uncategorized | | | 1 Comments

Masyarakat Madani atau Masyarakat Sipil


August 22nd, 2008 by garis-kiri

Istilah “masyarakat madani” diciptakan oleh


Datuk Anwar Ibrahim, mantan wakil PM pada masa Dr Mahatir Mohammad
sebagai PM Malaysia.Istilah “masyarakat madani” diusulkan sebagai
padanan “Civil Society”.

Dasar historis dan ideologis dari istilah “masyarakat madani” adalah


perjanjian yang dibuat oleh Muhammad, nabi orang Islam dengan komunitas
Yahudi dan Kristen yang ada di Madinah (jadi madani dalam istilah itu)
ketika Muhammad mulai berkuasa di kota ini. Dalam perjanjian ini
orang-orang Yahudi dan Kristen dijamin haknya untuk melakukan ibadah
agamanya. Dr Nurcholis Madjid mempopulerkan istilah ini di Indonesia.
Tetapi sampai sekarang sebagian besar orang Indonesia termasuk orang
Muslim belum mau menggunakan istilah ini. Kenapa?

Tetapi lebih dulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan “Civil Society”?
Pada jaman revolusi industri para pengusaha memiliki kedudukan yang
kuat, mereka membentuk gilde untuk melindungi kepentingan mereka.
Mungkin semacam Kadin di Indonesia sekarang.

Gilde-gilde ini memiliki aturan sendiri, “polisi” dan badan peradilan


sendiri yang menyangkut masalah perdata (semacam arbritase sekarang).
Ini pengertian secara umum. Hegel mengatakan civil society merupakan
bentuk antara dari keluarga kepada Negara. Berikut ini penjelasan yang
agak berbau teknis. (Bagi yang tidak suka bisa langsung ke kesimpulan).

Hegel bicara tentang hidup konkrit dan 3 tahap, 3 substansi etis, yaitu :
Keluarga, Civil Society dan Negara.      
Kenapa keluarga merupakan tahap I dari substansi etis?
Karena keluarga merupakan kesatuan moralitas subyektif dan obyektif.
(Moral ada ketika yang lain hadir menggugat tanggung jawab saya).
Berbeda dengan Kant yang berpendapat moral itu bersifat otonom, tidak
dikaitkan dengan keberadaan orang lain.
Levinas : moral bukan soal teori tetapi pengalaman.
Bukan berarti keluarga sebagai transisi. Tetapi secara logis keluarga
mendahului masyarakat. Sejauh keluarga merupakan universalitas yang
pertama dan langsung karena keluaga merupakan totalitas perasaan.
Tetapi di dalam keluarga terdapat tahap instituisonalitas yang rendah.
Karena apa? Karena diwarnai oleh emosional. Hal ini akan hancur ketika
anak menjadi dewasa. Maka karena itu muncullah civil society, yaitu
adanya pluralitas individu; setiap individu mencari tujuan dan
kebutuhannya sendiri-sendiri.

Di dalam civil society individu disatukan oleh bentuk organisasi. Dalam


Hegel adalah organisasi ekonomi. Pengelompokkan ini melahirkan
spesialisasi kerja dan pengembangan kelas-kelas ekonomi dan korporasi.
Agar ekonomi semacam ini dapat stabil dituntut adanya pelembagaan hukum
dan sanksinya, civil society mewujudkan salah satu aspek Negara.

Kalau keluarga merupakan universalitas yang tidak terpisahkan, maka


civil society merupakan partikularitas – ada perpecahan dan konstruksi
- > maka pemecahannya adalah Negara. Karena di dalam Negara ada
kesatuan yang universal dan yang partikular. Individu sadar bahwa
dirinya merupakan bagian dari totalitas. Meskipun masuk dalam
organisasi si individu diangkat untuk mencapai kepenuhan.
Hegel mau mengatakan Negara tidak abstrak, karena Negara ada di dalam dan melalui anggota-
anggotanya. 

Negara adalah kesatuan organis yang universal tetapi kongkrit. Negara


adalah substansi etis yang sadar diri. Negara merupakan ungkapan
tertinggi dari roh obyektif. Contohnya, hukum-hukum diciptakan dan
dijaga karena diciptakan oleh moralitas universal. Sehingga moralitas
menjadi konkrit. Menurut Hegel Negara yang baik dan maju adalah yang
menghormati kebebasan individu. Tetapi Negara harus mengatasi yang
partikular agar tidak terjadi konflik kepentingan.Negara merupakan
sarana bagi tujuan obyektif.

Sumbangan Hegel terhadap civil society.

1. civil society sebagai substansi etis.


2. bagaimana civil society dimaknai sebagai lingkup hubungan-hubungan
ekonomi dengan aturan-aturan dari luar sesuai prinsip Negara liberal.

Pada Hegel civil society merupakan tahap sebelum political society.


(pre-political society). Civil society merupakan lingkup antara
keluarga dan Negara, dan belum memasukan relasi dan institusi. Negara
mewadahi civil society dan melindunginya. .
Marx mempertentangkan civil society dengan Negara. Negara
disubordinasikan oleh civil society, karena sebagai hubungan ekonomi
civil society menjadi unsur penentu.

Civil society terdapat pada struktur bawah, orang banyak,buruh yang


berproduksi. Bagaimana status Negara menurut Marx? Negara bukan
realitas gagasan etika.
Masyarakat tidak ditentukan oleh etika. Masyarakat secara histories
ditentukan oleh bentuk-bentuk lembaga produksi. Negara adalah kelas
dominant, bukan ungkapan kebutuhan rasional dan universal menurut
Hegel. Negara menurut Marx adalah aparat kekerasan, kekerasan
masyarakat yang terorganisir dan terkonsentrasi. Negara adalah intrumen
kelas dominant. Negara lebih merupakan lembaga transisi, karena Negara
bergerak ke arah civil society.

Penjelasan teknis bisa diabaikan saja, apalagi kalau kurang jelas. Yang
penting kita kembali ke istilah “masyarakat madani”. Sebetulnya ia
bukanlah padanan yang tepat untuk istilah civil society. Dalam civil
society, setiap warga neraga memiliki hak yang sama dalam segala, baik
soal ibadah maupun dalam aspek politik. Pendek kata dalam civil society
yang digambarkan oleh Hegel dan Marx dan sebagian besar orang modern
dewasa, setiap warga Negara, tidak perduli agama atau keyakinannya
mempunyai hak yang sama dalam politik, bisa menjadi penguasa melalui
mekanisme demokrasi.

Setelah mendapat penjelasan singkat ini, terserah kepada orang-orang Islam apakah mau
menggunakan istilah “masyarakat madani” . “masyarakat
sipil” atau “civil society”

Posted in Uncategorized | | | 0 Comments

Kearifan Sebuah Solusi


June 18th, 2008 by garis-kiri

Memang harus akui, bahwa modernitas yang berasal dari Barat kadangkala
membawa beberapa dampak negatif. Pertama, rusaknya ekosistem sebagai
akibat dari eksploitasi besar-besaran atas alam yang mengancam
kehidupan manusia. Hal ini pun disadari oleh kalangan Barat sendiri.
Saat ini di Barat muncul peneliti-peneliti tangguh yang mengkritisi
budaya mereka sendiri dan mereka pun sudah berusaha menanggulanginya.
Misalnya, pencemaran udara akibat polusi asap kendaran bermotor mereka
minimalisir dengan mengembangkan alat transportasi tenaga surya yang
ramah lingkungan.
Kedua, perlombaan senjata pemusnah massal pada era Perang Dunia II dan
perang Dingin yang hanya akan membawa kehancuran peradaban umat
manusia, seperti ditemukannya bom atom dan nuklir. Kecaman terhadap
pengembangan senjata pemusnah massal ini tidak hanya datang dari
masyarakat Muslim, masyarakat Barat sendiri pun dari dulu mengecam hal
ini.

Ketiga, dan hal ini yang sangat dirasakan oleh umat Islam,
ketidakadilan global dalam masalah ekonomi dan politik. Modernitas yang
membawa semangat kapitalisme telah membuat jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin bertambah lebar. Saat ini, sepertiga umat manusia
melahap kekayaan dua pertiga umat manusia di muka bumi ini, bahkan ada
sekitar satu milyar orang yang hidup kurang dari 1 dolar Amerika per
hari. Dalam masalah politik, umat Islam seakan merasa diperlakukan
tidak adil oleh dunia Barat, kondisi umat Islam di Palestina memang hal
yang sangat kita sesalkan dan menggugah rasa keadilan kita. Lantas
pertanyaan besar kita adalah apakah jalan terorisme dapat menyelesaikan
masalah tersebut? Jawabannya jelas tidak, terorisme tidak akan pernah
menyelesaikan masalah malah akan menjadi iklan buruk bagi agama yang
dinilai suci oleh para pengikutnya.
Penghancuran WTC, peledakan Bali, dan JW. Marriot, yang menurut
pelakunya ditujukan kepada Amerika dan sekutu-sekutunya, ternyata tidak
tepat sasaran. Orang-orang yang menjadi korban tetap saja warga sipil
yang tidak berdosa dan tidak tahu-menahu atas kebijakan politik yang
dibuat negaranya. Bukankah hal ini termasuk salah satu dosa besar
karena pelaku, yang mengaku Muslim, telah membunuh orang yang tidak
bersalah sebagaimana yang dikatakan dalam Alquran Surat al-Maidah ayat
32.

Sudah saatnya kita melihat persoalan secara objektif dan arif


serta insaf dari penggunaan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan
masalah. Sebagaimana Rasulullah Saw. yang selalu menggunakan cara-cara
damai dalam memecahkan setiap persoalan. Perang yang terjadi dalam
rentang perjalanan Nabi Muhammad Saw. adalah jalan terakhir yang
ditempuh Nabi Muhammad Saw. setelah semua upaya perdamaian menemui
jalan buntu. Jalan kekerasan hanya akan melahirkan penderitaan dan
kesengsaraan, ia tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Keterpurukan
umat Islam saat ini hendaknya diselesaikan dengan memperbaiki kondisi
intern umat. Meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat perekonomian,
dan memperkokoh ukhwah umat Islam adalah langkah strategis dalam
mengangkat umat Islam dari keterpurukan. Inilah pekerjaan rumah kita
semua

Posted in Uncategorized | | | 0 Comments


Menuju Indonesia Baru
May 3rd, 2008 by garis-kiri

Saya yakin kita semua akan merasa sangat bahagia jika bisa hidup di lingkungan & masyarakat yang aman & damai.
Tidak ada lagi tawuran, tidak ada lagi pengemis, tidak ada lagi gelandangan, tidak ada lagi rasa takut di jarah, di
todong, di perkosa & tidak ada lagi orang yang hidup sengsara.

Walaupun masih dalam perdebatan, saya pribadi masih percaya bahwa penyebab semua itu adalah proses
pembodohan bangsa yang telah berlangsung lama & sistematik.

· Berapa sih jumlah orang yang berpendidikan S1 ke atas di Indonesia?

· Berapa jumlah wajib pajak di Indonesia?

· Berapa jumlah pengguna Internet di Indonesia?

· Berapa jumlah mahasiswa di Indonesia?

· Berapa persenkah lulusan SMU / SMK yang tertampung di perguruan tinggi?

- jawabannya akan sangat menakjubkan karena saat ini semua-nya berkisar di angka dua (2) juta orang saja dari
jumlah bangsa Indonesia yang 200 juta manusia itu. Tidak heran jika sebagian besar bangsa ini masih hidup
menggunakan otot-nya bukan kekuatan otak-nya. Satu-satu-nya cara yang akan memberikan effek jangka panjang
hanyalah dengan cara memandaikan bangsa ini. Saya yakin bahwa hanya dengan memandaikan bangsa ini maka
dunia usaha, dunia pendidikan, dunia perdagangan, dunia industri di Indonesia akan semakin marak. Jelas utangan
ke IMF, Bank Dunia, ADB bukan solusi yang baik!

Proses pemandaian yang paling sederhana adalah menyebarkan ilmu yang sempat kita miliki, sempat kita
kumpulkan ke masyarakat banyak. CD-ROM yang di usahakan oleh rekan-rekan di APKOMINDO seperti rekan
Hoky, rekan Michael & banyak di sponsori oleh para pengusaha komputer Indonesia merupakan salah satu usaha
sederhana untuk memandaikan bangsa ini. CD-ROM merupakan media yang sederhana & murah dalam penyebaran
pengetahuan dibandingkan dengan buku. Saya pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapakan terima kasih
sebesar-besarnya pada semua rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam membantu penyebaran pengetahuan ini ke
masyarakat banyak. Saya yakin sekali usaha teman-teman tidak akan sia-sia. Bagi rekan-rekan pembaca, saya sangat
berharap agar anda dapat menyebarkan kembali ilmu yang anda peroleh ke rekan, tetangga, pacar, mertua, orang tua,
kakek, nenek, oom, tante, opa, oma dsb agar semua orang di Indonesia dapat merasakan manfaat yang baik dari
teknologi informasi.

Mudah-mudahan usaha ini dapat di-ikuti oleh rekan-rekan terutama yang berada di perguruan tinggi untuk keluar
dari menara gading-nya & secara real memberdayakan bangsa Indonesia. Agar semua ini menjadi awal sederhana
dari sebuah proses panjang, mengangkat martabat & derajat bangsa Indonesia ke tingkat yang lebih baik, lebih
beradab.

Saya pribadi tidak akan pernah bisa membalas amal & ibadah yang telah anda-anda berikan. Akan tetapi, saya yakin
Tuhan tidak akan pernah salah menghitung pahala & riski yang sesuai dengan amal & ibadah yang telah anda
berikan.

Posted in Uncategorized | | | 3 Comments


 Saat ini anda pengunjung yang ke :
Hit Counters
 

Anda mungkin juga menyukai