Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan dalam masyarakat dan kemajuan IPTEK
(Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) akan sangat membawa pengaruh dan
perubahan dalam kehidupan manusia. Setiap perubahan yang terjadi baik yang
sifatnya positif maupun negatif pada status kesehatan seseorang, baik itu
kesehatan fisik, sosial maupun kesehatan mental.
Individu yang dapat menyaring dan beradaptasi dengan perkembangan
dan kemajuan tidak akan mengalami stress. Justru akan memanfaatkannya
untuk meningkatkan status kehidupannya, sehingga dengan perkembangan
dan kemajuan tersebut individu juga ikut berkembang. Tetapi sebaliknya, jika
individu dengan adanya perkembangan kebudayaan dan kemauan IPTEK
tidak mampu memanfaatkannya, individu tersebut akan mengalami stress dan
jika koping yang digunakan tidak efektif hal tersebut dapat menyebabkan
individu mengalami gangguan jiwa.
Sampai saat ini gejala dari gangguan jiwa kurang diperhatikan bahkan
mungkin tidak dirasakan sama sekali oleh masyarakat. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala dari
gangguan jiwa, terutama gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah,
padahal jika individu mengalami gangguan konsep diri rendah dapat
menyebabkan gangguan jiwa yang lebih berat. Jika seseorang individu
megnalmai harga diri rendah, dia tidak akan berkembang dalam
kehidupannya, dia akan merasa terkucil dan tidak mau berhubungan dengan
orang lain atau menarik diri karena merasa rendah diri dan tidak mempunyai
kepercayaan diri. Karena dia selalu menyendiri maka dia kan berhalusinasi
dan bisa menyebabkan depresi bahkan mungkin akan merusak lingkungan dan
melakukan kekerasan pada orang lain.
Adapun tanda dan gejala gangguan konsep diri harga diri rendah antara
lain yaitu selalu merasa bersalah dan khawatir, bersifat destruktif, gangguan

1
berhubungan dengan orang lain (menarik diri), mempunyai perasaan tidak
mampu bersikap negatif pada diri sendiri, selalu merasa bersalah, dan lain-lain
(Muji Ana Keliat, 1992).

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengaplikasikan teori dan pengalaman nyata pada lahan praktek
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari permasalahan-permasalahan
yang muncul dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah, serta berusaha untuk
menemukan cara yang tepat sebagai upaya pencegahannya dengan
menggunakan proses keperawatan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta keluarga dalam proses
keperawatan klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
4. Untuk membantu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
dalam proses penyembuhan.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulisan menggunakan metode destruktif
yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengetahui suatu gambaran tentang
masalah yang ada dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian menentukan masalah keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan teknik penulisan yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan studi kepustakaan,
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun dalam lima bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.

2
Bab II yaitu konsep diri yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan
gejala, pohon masalah, diagnosa keperawatan dan perencanaan.
Bab III yaitu tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV yaitu pembahasan teori dari kasus beserta analisa dan solusinya.
Bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Proses terjadinya masalah


a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
1) Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352), tanda dan gejalanya :
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
c) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa

4
d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

b. Penyebab
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy
yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan
perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.

c. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik
diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
1) Tanda dan gejala
a) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b) Menghindar dari orang lain ( menyendiri )
c) Komunikasi kurang atau tidak ada, klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain.
d) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.

5
e) Berdiam diri di kamar atau klien kurang mobilitas.
f) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
( Budi Anna Keliat, 1998 )

3. Pohon masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Berduka disfungsional

4. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Isolasi sosial :  Mengungkapkan tidak  Ekspresi wajah
menarik diri berdaya dan tidak kosong
ingin hidup lagi  Tidak ada kontak
 Mengungkapkan mata ketika
enggan berbicara diajak bicara

6
dengan orang lain  Suara pelan dan
 Klien malu bertemu tidak jelas
dan berhadapan
dengan orang lain

2 Gangguan  Mengungkapkan ingin  Merusak diri


konsep diri : diakui jati dirinya sendiri
harga diri rendah  Mengungkapkan tidak  Merusak orang
ada lagi yang peduli lain
 Mengungkapkan tidak  Menarik diri dari
bisa apa-apa hubungan sosial
 Mengungkapkan  Tampak mudah
dirinya tidak berguna tersinggung
 Mengkritik diri  Tidak mau makan
sendiri dan tidak tidur

3 Berduka  Mengungkapkan tidak  Ekspresi wajah


disfungsional berdaya dan tidak sedih
ingin hidup lagi  Tidak ada kontak
 Mengungkapkan mata ketika
sedih karena tidak diajak bicara
naik kelas  Suara pelan dan
 Klien malu bertemu tidak jelas
dan berhadapan  Tampak
dengan orang lain menangis.
karena diceraikan
suaminya.

5. Diagnosa Keperawatan

7
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
a. Tujuan umum
Tidak terjadi isolasi sosial : menarik diri
b. Tujuan khusus
1. Dapat membina hunbungan saling percaya.
a) Kriteria evaluasi :
- Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang,
adanya kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
b) Intervensi Keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan
prinsip komunikasi teraupetik.
2) Sapaklien dengan ramah baik vebal
maupun nonb verbal.
3) Perkenalkan diri dengan sopan
4) Tanyakan nama lengkap klien dan
nama kesukaan klien.
5) Jelaskan tujuan pertemuan.
6) Jujur dan menepeti janji.
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya.
8) Ciptakan lingkungan yang tenang dan
bersahabat.
9) Beri perhatian dan penghargaan :
temani klien walau tidak menjawab.

8
10) Dengarkan dengan empati beri
kesempatan bicara, jangan buru – buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan klien.

c) Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.

2. KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.


a) Kriteria evaluasi :
KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
b) Intervensi keperawatan :
1) Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri
dan tanda – tandanya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
pearasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul.
3) Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri,
tanda serta penyebab yang muncul.
4) Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan perasaannya.
c) Rasionalisasi :
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan faktor
presipitasi yang dialami klien.
3. KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
a) Kriteria Evaluasi :
KLien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian berhubungan dengan orang lain.
b) Intervensi Keperawatan :

9
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan
berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang berhubunagn dengan orang lain
3) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan denagn
orang lain.
4) Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan
denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
5) Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan
mengungkapkan pearasaan tentang keuntungan berhubunagn
dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan
denagn orang lain.

c) Rasionalisasi :
1) Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang klien rasakan
bila berhubungan dengan orang lain.
2) Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
4. KLien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
a) Kriteria evaluasi ;
Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial secara
bertahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok
masyarakat.
b) Intervensi Keperawatan :
1) Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan orang
lain.

10
2) Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang lain
melalui tahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-
kel/kelompok masyarakat.
3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah
dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.
5) Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan bersama
klien dalam mengisi waktu luang.
6) Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
7) Beri reinfgorcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
c) Rasionalisasi :
1) KLien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa
membina hubungan yang sehat dengan orang lain
2) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul
motivasi untuk berinteraksi.
5. KLien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

b. Intervensi Keperawatan :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengn orang lain.
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungn dengan orang lain.
3) Beri reinforcement atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya berhubungan dengan orang lain.
c. Rasionalisasi :

11
Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan orang lain
akan sangat membantu klien memahami manfaat berhubungan
dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya, Menjelaskan cara
merawat klien menarik diri, mendemontrasikan cara perawatan
klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien menarik
diri.
b. Intervensi Keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya denagn keluarga : salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi
perasaan keluarga.
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku
menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang
akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara
keluarga menghadapi klien menarik diri.
3) Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
4) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
5) Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai keluarga.

Rasionalisasi :
Keluarga dapat membantu dan mendukung klien untuk
berhubungan dengan orang lain melalui keterlibatan keluarga
dalam merawat klien.
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

12
a. Kriteria evaluasi :
Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar, mengetahui
efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi
keluhan.
b. Intervensi Keperawatan :
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek samping minum obat)
2) Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
3) Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat
dengan benar.
c. Rasionalisasi :
Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan
obat, akan meminimalkan terjadinya ketidakefektifan
pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan untuk
memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh dalam
pengobatan).

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan


berduka disfungsional.
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang

13
tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis.
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

14
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
a)Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b)Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c)Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d)Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

15
A. Analisa Data
No Data Maladaptif Problem
1. DO: Klien sering berpaling dalam Gangguan konsep diri : harga
interaksi, kontak mata kurang, diri rendah
pembicaraan berbelit-belit, suara
pelan, pandangan menunduk,
klien bicara seperlunya.
DS: klien malu karena tidak bekerja
serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri
terhadap saudaranya.
2. DO: - Klien jarang berkomunikasi Isolasi sosial : menarik diri
dengan teman
- Klien lebih sering menyendiri
dan diam
- Kontak mata klien kurang saat
berkomunikasi
DS: - Klien mengatakan lebih suka
menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila
memulai pembicaraan
3. DO: - Klien tidak bekerja dan di Berduka disfungsional.
rumah tidak membantu orang
tua
DS: - Klien mengatakan dirinya
tidak bekerja

8. Daftar Masalah
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Berduka disfungsional

16
9. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Core problem

Perubahan penampilan peran

10. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial:menarik diri b.d HDR

2. Gg. konsep diri:HDR b,d perubahan penampilan peran

A. Rencana Tindakan Keperawatan

17
1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
1.1.1 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
1.1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien
1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.1.5 Jujur dan menepati janji
1.1.6 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
1.1.7 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
(Keliat, 1998)
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.

18
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
5.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
c. Hasil yang diharapkan
1) Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita.
2) Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik,
intelektual, sistem pendukung).
3) Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.
4) Percaya diri klien menetapkan keinginan atau tujuan yang realistik.

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan


berduka disfungsional.
c. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
d. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :

19
e) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan).
f) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
g) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
h) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki
Tindakan :
d) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
e) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis.
f) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan :
c) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
d) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :

20
d) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
e) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
f) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan

7. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
d) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
e) Beri pujian atas keberhasilan klien
f) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

8. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
e)Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
f)Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
g)Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
h)Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. D
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00 WIB
di Ruang 10 Kresno.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Suku / bangsa : Jawa, Indonesia
Status perkawinan : Belum kawin
No. RM : 074151
Diagnosa Medis : Skizofrenia Katatonik
Tanggal masuk : 15 Oktokber 2010
Tanggal pengkajian : 8 Desember 2010
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur :-
Pekerjaan : buruh
Alamat : Semarang
Hubungan dengan pasien : ibu kandung

22
2. Alasan masuk
Mengamuk, memecah barang-barang perabotan rumah, membakar kasur
dan surat-surat serta tertawa sendiri.

3. Faktor predisposisi
a. Klien baru pertama kali di rawat inap di RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang.
b. Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan dan kekerasan dalam rumah tangga.
c. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti pasien
d. Pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan adalah
berhenti dari pekerjaannya.
Masalah keperawatan : berduka disfungsional

4. Pemeriksaan fisik
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt BB : 46 kg
N : 80 x/mnt TB : 165 cm

5. Psikososial
a. Genogram

23
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Klien

: yang tinggal serumah

- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini


- Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang
tuanya dan pengambil keputusan dalam keluarga adalah ibunya.

b. Konsep diri
1) Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
2) Identitas : klien adalah anak laki-laki dan anak ke 2 dari 3
bersaudara.
3) Peran : klien tidak bekerja, klien di rumah tidak mau membantu
orang tua
4) Ideal diri : klien ingin bekerja yang nyaman dan meinginkan
semua seperti yang dimiliki saudaranya.
5) Harga diri : klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki
apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat : keluarga dan saudaranya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat.
klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat di
daerahnya dan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan di
masyarakat.

24
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
klien kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak bisa memulai
pembicaraan. Klien selama ini hanya diam , klien jarang memulai
pembicaraan. Klien hanya bicara dengan orang lain di saat ada
keperluan dengan dirinya.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri

d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien adalah seseorang yang beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Klien jarang menjalankan ibadah.

6. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi dan penggunaan pakaian sesuai.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
b. Pembicaraan .
Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal dan
verbal (jika “ya” cuma mengangguk-angguk, jika “tidak” cuma
menggeleng) dan tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal.
c. Aktivitas motorik
Klien kelihatan lesu dan pasif dalam melakukan aktivitas motorik.
Semua ADL diarahkan.
Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas.
d. Alam perasaan
Sikap klien malu, sedih dan putus asa terhadap kondisinya yang
tidak bekerja seperti saudaranya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah.

25
e. Afek
Afek klien datar, tidak bicara dan berinteraksi jika tidak ada yang
mengajak bicara.
Masalah keperawatan :kerusakan interaksi sosial.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien kurang atau jarang menatap
lawan bicara. Jika menatap hanya sekilas lalu menunduk dan melihat
sekitarnya saat diajak bicara.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial.
g. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan persepsi seperti halusinasi dan
ilusi.
Masalah keperawatan : tidak ada
h. Isi pikir
Klien tidak mengalami waham
Masalah keperawatan : tidak ada
i. Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya
sampai pada jawaban sebenarnya.
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.

j. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu,
tempat dan orang.
Masalah keperawatan : tidak ada.
k. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan
jangka pendek. Klien masih ingat penyebab dia masuk RSJ karena
klien mengamuk dan membanting barang-barang serta membakar
kasur dan surat-surat.
Masalah keperawatan : tidak ada.

26
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dalam berkonsentrasi kurang dan butuh waktu lama dalam
menjawab pertanyaan. Klien mampu berhitung sederhana.
Masalah keperawatan : isolasi sosial.
m. Kemampuan penilaian
Klien mengalami gangguan penilaian ringan dan tidak dapat
mengambil keputusan sendiri.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
n. Insight (tilikan)
Klien mengingkari kalau dirinya sakit jiwa
Masalah keperawatan : perubahan sakit jiwa.
o. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Pasien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat makan,
dengan bantuan.
2) BAK/ BAB
Pasien mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempat wc.
3) Mandi
Pasien secara mandiri dapat mandi 2x sehari.
4) Berpakaian
Pasien dapat mengenakan pakaian sendiri dengan rapi, menyisir
rambut, dan memakai sandal.
5) Istirahat tidur
Pasien mengatakan istirahat tidurnya nyenyak, pasien istirahat siang
hari 2-3 jam, malam 8-9 jam.
6) Penggunaan obat
Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter (frekuensi, jenis, dosis,
waktu, dan cara pemberiaan) secara rutin dengan bimbingan
perawat.

27
7) Mikanisme koping
Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah, pasien
sering memendamnya (tidak mau menceritakan pada orang lain) dan
saat dilakukan pengkajian klien tampak menyendiri
Masalah keperawatan : Mikanisme koping tidak efektif
8) Masalah psikososial dan lingkungan
Selama di Rumah Sakit pasien tidak mempunyai masalah dalam
hubungan sesame pasien.
9) Pengetahuan
Pasien kurang mengerti tentang penyakit jiwa yang diderita dan
kurang bisa menggunakan kopingnya.

7. Terapi
a. Therapi : per oral : Clozapine 2 x 50 mg
b. Therapi ECT :6x
c. Rehabilitasi
d. Rawat inap

28
B. Analisa Data
No Data Maladaptif Problem
1. DO: Klien sering berpaling dalam Gangguan konsep diri : harga
interaksi, kontak mata kurang, diri rendah
pembicaraan berbelit-belit, suara
pelan, pandangan menunduk,
klien bicara jika ada yang
mengajak bicara.
DS: klien malu karena tidak bekerja
serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri
terhadap saudaranya.
2. DO: Klien jarang berkomunikasi Isolasi sosial : menarik diri
dengan teman
- Klien lebih sering menyendiri
dan diam
- Kontak mata klien kurang saat
berkomunikasi
DS: - Klien mengatakan lebih suka
menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila
memulai pembicaraan
3. DO: - Klien tidak bekerja dan di Berduka disfungsional.
rumah tidak membantu orang
tua
DS: - Klien mengatakan dirinya
tidak bekerja

8. Daftar Masalah

29
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
e. Isolasi sosial : menarik diri
f. Berduka disfungsional

9. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Core problem

Berduka fungsional

10. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial:menarik diri b.d. harga diri rendah.


2. Gangguan. konsep diri : harga diri rendah b.d. berduka fungsional.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
d. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
e. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:

30
1.1.1 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
1.1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien
1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.1.5 Jujur dan menepati janji
1.1.6 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
1.1.7 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
(Keliat, 1998)
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

31
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
5.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
f. Hasil yang diharapkan
1) Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita.
2) Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik,
intelektual, sistem pendukung).
3) Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.
4) Percaya diri klien menetapkan keinginan atau tujuan yang realistik.

2. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah


berhubungan dengan berduka disfungsional.
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.

b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

32
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis.
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah

4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan


kemampuan
Tindakan :

33
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang


ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

34
D. Implementasi dan Evaluasi
Tgl/ No.
SP Implementasi Evaluasi
Wkt Dx
9/12/20 1 1 Klien dapat membina hubungan saling S: Klien mengatakan “nama
10 percaya dengan perawat. saya D,” terima kasih mas
Jam 1. Menyapa klien dengan ramah biak mau membantu saya, saat ini
10.00- verbal maupun non verbal, salam saya merasa biasa-biasa saja.
10.15 terapeutik O: - Klien mau mengatakan
2. Memperkenalkan diri dengan namanya kepada perawat
sopan dan menanyakan nama klien, - Klien mau
nama panggilan yang disukai mengungkapkan
sambil berjabat tangan perasaannya kepada
3. Menjelaskan tujuan interaksi perawat
4. Menciptakan lingkungan yang - Kontak mata klien saat
tenang, membuat kontrak dengan berbicara kurang, klien
jelas (waktu, tempat dan topik menatap lawan bicara
pembicaraan) hanya sekilas
5. Memberikan kesempatan pada - Klien sedang menunduk
klien untuk mengungkapkan - Suara klien pelan
perasaannya - Klien bicara seperlunya
6. Menyediakan waktu untuk A: Tujuan tercapai (klien
mendengarkan klien. tampak membina hubungan
7. Mengatakan pada klien bahwa ia saling percaya dengan
adalah seorang yang berharga serta perawat)
mampu menolong dirinya sendiri. P: Lanjutkan intervensi :
Klien (menganjurkan pada
klien untuk mengingat nama
perawat)
Perawat (melanjutkan SP 2
P)

35
Tgl/ No.
SP Implementasi Evaluasi
Wkt Dx
10/12/2 1 2 Klien dapat mengidentifikasi S: Klien mengatakan “saya
010 kemampuan dan aspek positif yang senang bermain gitar dan
10.00 dimiliki nonton TV”
s/d 1. Mendiskusikan kemampuan dan O: - Klien mengatakan
10.15 aspek positif yang dimiliki klien kelebihan yang dimiliki
2. Menghindarkan memberi penilaian - Klien tidak menyebutkan
negatif pada saat bertemu klien kekurangannya
3. Mengutamakan memberi pujian A: Tujuan tercapai (klien
yang realistis mampu mengidentifikasi
4. Klien dapat menilai kemampuan kemampuan dan aspek positif
dan aspek positif yang dimiliki yang dimiliki)
P: Lanjutkan intervensi :
Klien (menganjurkan pada
klien untuk mengingat
kembali kemampuan yang
dimiliki)
Perawat (melanjutkan SP 2 P,
dapat menilai kemampuan
yang digunakan)

36
Tgl/ No.
SP Implementasi Evaluasi
Wkt Dx
9/12/ 2 1 Klien mampu mengenal perasaan S: Klien mengatakan “MD itu
2010 yang menyebabkan perilaku menarik tidak mau bergaul dengan
10.00 diri dari lingkungan sosial. teman”,”tandanya ya…,
s/d 1. Mengkaji pengetahuan klien nggak mau berkumpul sama
10.15 tentang perilaku MD dan tanda- teman, sering menyendiri,
tandanya melamun, saya malu karena
2. Memberi kesempatan pada klien tidak bekerja”.
untuk mengungkapkan O: - Klien mengatakan
perasaannya penyebab klien tidak pengertian MD
berhubungan dengan orang lain - Klien tidak menyebutkan
dan MD tanda-tanda MD
3. Mendiskusikan bersama klien - Klien kadang menunduk
tentang perilaku MD, tanda-tanda - Suara klien pelan
dan penyebab yang mungkin - Kontak mata kilen kurang
4. Memberi pujian terhadap saat komunikasi
kemampuan klien A: Tujuan tercapai
mengungkapkan perasannya P: Lanjutkan intervensi :
Klien (menganjurkan pada
klien untuk mengingat
penyebab dia menarik diri
dan tanda-tandanya)
Perawat (melanjutkan SP 2
P, klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara
bertahap)

37
Tgl/ No.
SP Implementasi Evaluasi
Wkt Dx
10/12/ 2 2 Klien dapat berhubungan sosial S: Klien mengatakan
2010 dengan orang lain secara bertahap “keuntungan jika
10.00 1. Mendiskusikan keuntungan dari berhubungan dengan orang
s/d berhubungan dan kerugian dari lain, yaitu punya teman
10.15 perilaku MD abnyak dan kerugiannya jika
2. Memberikan motivasi kepada tidak mau berhubungan
klien untuk mengikuti aktivitas di dengan orang lain, temannya
ruangan sedikti, kesepian dan tidak
3. Mendiskusikan jadwal harian bisa berbagi cerita dengan
yang dapat dilakukan oleh klien orang lain.
dalam mengisi waktunya O: - Klien mengatakan
keuntungan dan kerugian
jika berhubungan dengan
oranglain dan tidak
berhubungan dengan orang
lain.
- Klien mau bercerita
dengan perawat
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi
Klien (menganjurkan pada
klien untuk berhubungan
sosial dengan orang lain
secara bertahap)
Perawat (optimalkan SP 2 P)

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam BAB IV ini penulis akan membahas mengenai permasalahan yang


terjadi pada tinjauan kasus dibandingkan dengan tinjauan teori dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. D dengan masalah utama Harga Diri
Rendah (HDR) di RSJD AGH Semarang yang dimulai dari tanggal 8 sampai 17
Desember 2010. Untuk melaksanakan Asuhan Keeperawatan ini penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
perumusan masalah, perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri yang rendah, merasa gagal mencapai
keinginan(keliat, 1998). Tanda dan gejalanya antara lain percaya diri kurang,
bicara lambat dengan suara pelan, tidak berani mentap lawan bicara, lebih
banyak merunduk, penurunan prodiktifitas, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
Dalam pengkajian didapatkan data-data dari Tn.D yaitu: pasien sering
berpaling saat berinteraksi, Klien sering berpaling dalam interaksi, kontak mata
kurang, pembicaraan berbelit-belit, suara pelan, pandangan menunduk, klien
bicara seperlunya. klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya.
Data di atas didapatkan sesuai dengan konsep teori yang ada. Walaupun
ada hambatan dari pengkajian subyektif, yaitu apabila ditanya pasien hanya
menjawab seperlunya saja dan cenderung diam. Sehingga penyebab utama yang
menyebabkan harga diri rendah belum banyak diketahui, tapi dari data obyektif
banyak data yang mendukung bahwa pasien mengalami ganguan konsep diri:
harga diri rendah.

39
2. Masalah yang Muncul
Perumusan masalah dapat muncul dari adanya data yang didapatkan pada
pengkajian, sedangkan menurut keliat (1998) masalah yang muncul pada pasien
dengtan Harga Diri Rendah antara lain:
1. Gangguan interakasi sosial : menarik diri
2. Gangguan fungsi peran.
3. Perilaku kekerasan yang berisiko mencederai di, orang lain, dan
lingkungan.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah kumpulan tindakan acuan untuk
dilaksanakan dalam memecahkan maslah keperawatan. Rencana keperawatan
yang digunakan disesuaikan dengan standar rencana asuhan keperawatan yang
ada pada tinjauan teori.
4. Pelaksanaan
Penulis mulai melaksanakan tindakan dari tanggal 8 sampai 15 desember
2010 . implementasi ndilakukan meliputi SP1P dan SP2P, pada implementasi
SP1P, dilakukan selama dua hari karena terdapat hambatan, yaitu pasien tidak
mampu meeksplor kemampuan dan aspek positif yang pasien punya. Pasien
banyak diam atau tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan. Disini
dilakukan BHSP secara intensif antara perawat dan pasien. Peqnulis
membutuqhkan waktu 2 hari dalam menjalin BHSP, pasien akhirnya mampu
mengungkapkan aspek positif yang dimiliki walaupun dengan pertanyaan
“pancingan”. Setelah menemukan aspek positif yang dimiliki yaitu “bermain
gitar”, pasien mau melakukanya. tetapi masih bealum ada motifasi pada dirinya.
SP2P dilakukan hari ke-3 pasien bermain gitar berrsama. Pasien mau
melakukanya, bahkan pasien mau bermain gitar sendiri. Dan penulis
memberikan reinforcement positif karena pasien mau berinteraksi lebih lama
dengan orang lain.
5. Evaluasi
Dalam mengevaluasi tindakan keperawatan yang penulis lakukan adalah
mengobservasi pasien. Walaupun keagiatan pasien dilakukan apabila dimotivasi

40
oleh perawat, tetapi tindakan pasien harus terus dihargai dan diberikan
reinforcemen positif atas apa yang telah dilakukan pasien agar tercapai kembali
konsep diri positif pada pasien. Dengan kriteria pasien berani mengungkapkan
perasaanya dan pasien mau melakukan keagiatan yang disenanginya seperti
main gitar tanpa rasa malu.
Pada kasus Tn.D intervensi yang dilakukan penulis berhasil pada masalah
keprawatan Harga Diri Rendah, namun pada masalah keperawatan isolasi sosial:
menarik diri belum mencapai kriteria evaluasi, karena pasien belum mampu
berinteraksi secara mandir dengan orang lain. Dengan demikian perawat perlu
mengoptimalkan intervensi masalah keperawatan menarik diri dengan cara
mengajak pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dan terus
menerus.

41
BAB V
PENUTUP

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Tn. D dengan gangguan


konsep diri : harga diri rendah di ruang kresno Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
Gondohutomo pada tanggal 15-12-2010 sebagai langkah terakhir dalam
penyusunan Makalah Seminar ini maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
yang sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian
asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan tindakan
keperawatan di rumah sakit jiwa daerah dr. Amino Gondho Hutomo Semarang
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini yaitu :
1. Penulis telah melakukan pengkajian pada tanggal 08-12-2010 data fokus
yang dapat penulis temukan pada Tn. D dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah data subyektif : pasien mengatakan pasien sering
berpaling saat berinteraksi, Klien sering berpaling dalam interaksi, kontak
mata kurang, pembicaraan berbelit-belit, suara pelan, pandangan
menunduk, klien bicara seperlunya. klien malu karena tidak bekerja serta
tidak memiliki apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap
saudaranya.

2. Masalah keperawatan yang penulis temukan pada Tn. D adalah :


Gangguan konsep diri : harga diri rendah, Isolasi sosial : menarik diri, dan
berduka disfungsional
3. Rencana tindakan keperawatan yang dapat penulis lakukan untuk
mengatasi diagnosa pada Tn. D dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, pasien
dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, pasien dapat

42
merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, pasien
dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
4. Implementasi yang dapat penulis lakukan pada Tn. D dengan Gangguan
konsep diri : harga diri rendah dengan setrategi tindakan keperawatan
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih bisa digunakan selama di rumah sakit, melatih klien aktivitas
yang bisa dilakukan di rumah sakit yaitu bermain gitar bersama dan
membimbing pasien dalam jadwal kegiatan harian
5. Evaluasi yang dapat penulis peroleh pada Tn. D dengan Gangguan konsep
diri: harga diri rendah adalah masalah teratasi sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil ditandai dengan Sp1 p : pasien mampu mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menyebutkan kemampuan
yang masih bisa digunakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dan pasien bisa
melakukan kegiatan yang diajarkan sesuai kemampuan pasien yaitu
bermain gitar. Sedangkan Sp2 p : pasian masih mengingat pertemuan yang
kemarin, pasien bisa kegiatan selanjutnya yang dipilih pasien sesuai
dengan kemampuannya yaitu : bermain gitar dan pasien juga bisa
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
6. Faktor penghambat yang dialami penulis selama proses keperawatan
dengan pasien Gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu pasien
terkadang malu untuk bercerita. Faktor pendukung yang dialami penulis
saat proses keperawatan yaitu pasien cukup mendukung dan kooperatif
terhadap implementasi yang dilakukan penulis.

B. Saran
1. Bagi perawat, perlu mendalami konsep hubungan terapeutik, memberi
informasi kepada pasien dan keluarga tentang masalah keperawatan
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah juga cara penanganannya
sebab masalah tersebut sangat penting bagi kehidupan seseorang untuk
bisa menjadikan hidup lebih maju dan berarti.

43
2. Bagi sarana Rumah Sakit, untuk menunjang keberhasilan perawatan
pasien dengan harga diri rendah perlu ditingkatkan hubungan kerja sama
antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan pasien, baik di
rumah sakit maupun sesudah pasien pulang ke rumah.
3. Bagi keluarga, bentuk lingkungan dan komunikasi yang terapeutik.

44
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1998. Penggolongan Gangguan Jiwa di Indonesia.


Edisi II. Jakarta.

Keliat, 13, A. 1995. Gangguan Konsep Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Keliat, 13, A. 1995. Proses Keperawatan Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Townsend, M.C. 1996. Psychiatric Mental Health Nursing. Concept of Care,


Second Edition, Philadelphia, FA Davis Company.

Stuart, GW dan Studdent, SJ. 1995. Principles and Psychiatric Nursing. St. Louis,
Mosby, New York.

45

Anda mungkin juga menyukai