Anda di halaman 1dari 4

Kami percaya bahwa Indonesia harus segera melakukan pemindahan ibu kota

faktor penyebab munculnya wacana pemindahan ibukota negara RI, diantaranya adalah:

 Jakarta sudah penuh sesak dengan kendaraan sehingga kemacetan terjadi dimana-mana, hal ini
karena pertambahan mobil tidak diimbangi dengan pertambahan ruas jalan. Jakarta diramalkan
akan macet total tahun 2015.
 Jakarta sudah sering dilanda banjir ini dikarenakan 40% wilayah DKI Jakarta berada di bawah
permukaan laut. Ketidakmampuan pemerintah, khususnya Pemprov DKI Jakarta, dalam
menangani persoalan banjir kemudian banyak dipertanyakan, mengingat persoalan itu kini
menjadi bencana tahunan bagi warga Jakarta.
 Pembangunan di Jakarta sudah maksimal saatnya pemerataan pembangunan ke daerah lain,
diharapkan dengan berpindahnya Ibukota dari Jakarta bisa merubah arus urbanisasi.
 Inefisiensi Jakarta sangat luar biasa karena kemacetan dan keruwetan tata kotanya.
 Situasi Jakarta saat ini terlalu ramai dan semrawut akibat sentra pemerintahan dan sentra bisnis
dipusatkan semua di kota yang terbatas ini.

Kenapa yg dipilih adalah palangkaraya?


Pertama Jawa adalah pulau kecil yang sudah terlampau padat penduduknya. Luas pulau Jawa hanya
134.000 km2 sementara jumlah penduduknya sekitar 135 juta jiwa. Kepadatannya sudah mencapai lebih dari 1.000
jiwa per km2. Apalagi pulau Jawa yang subur dengan persawahan yang sudah mapan seharusnya dipertahankan
tetap jadi lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia. Kalau dipaksakan di Jawa, maka luas
sawah akan berkurang sebanyak 50.000 hektar! Produksi beras/pangan lain akan berkurang sekitar 200 ribu ton
per tahun! Indonesia akan semakin kekurangan pangan karenanya. Selama ibukota tetap di Jawa, pulau Jawa akan
semakin padat dan pembangunan tidak tersebar ke seluruh Indonesia. Jawa sudah kebanyakan penduduk/over-
crowded!
Ada pun pulau Sumatera letaknya relatif agak di Barat. Dengan jumlah penduduk lebih dari 42 juta,
pembangunan di Sumatera sudah cukup lumayan.
Sulawesi dengan luas 189.000 km2 dan jumlah penduduk sekitar 15 juta jiwa masih terlalu kecil
wilayahnya. Sumatera dan Sulawesi adalah pulau yang subur dan cocok untuk pertanian. Jadi sayang jika
pertumbuhan jumlah penduduk dipusatkan di situ. Belum lagi kedua wilayah ini rawan dengan gempa bumi dan
tsunami.
Ada pun Kalimantan luasnya 540.000 km2 dengan jumlah penduduk hanya 12 juta jiwa. Pulau Kalimantan
jauh lebih luas dibanding pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dan jumlah penduduknya justru paling sedikit.
Kalimantan juga tidak ada gunung berapi dan merupakan pulau yang teraman dari gempa. Sementara di
pesisir Kalimantan Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa juga ombak relatif tenang dan aman dari
Tsunami. Sebaliknya Jakarta begitu dekat dengan gunung Krakatau yang ledakkannya 30 ribu x bom
atom Hiroshima dengan tsunami setinggi 40 meter. Efek ledakan Krakatau terasa sampai Afrika dan
Australia. Sekarang gunung Krakatau yang dulu rata dengan laut telah “tumbuh” setinggi 800 meter
lebih dengan kecepatan “tumbuh” sekitar 7 meter/tahun. Sebagian ahli geologi memperkirakan letusan
kembali terulang antara 2015-2083.

Pro Kontra
1. Upaya memindahkan ibukota negara 1. Saat ini, situasi Indonesia masih sangatlah
ternyata sudah pernah dilakukan oleh para kacau. Bencana alam yang melanda
negera-negara maju, contohnya saja Yogyakarta dan Mentawai lah yang perlu
seperti negara Brazil yang memindahkan diperhatikan terlebih dahulu. Perbaikan
ibukotanya begitu jauh dari Rio de Janeiro pasca bencana adalah hal yang harus
ke Brasilia, atau Amerika Serikat dari New dilakukan saat ini oleh pemerintah,
York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto mengingat ada ribuan orang yang saat ini
ke Tokyo, Australia dari Sidney ke tempat tinggalnya belum jelas. Rencana
Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin. pemindahan ibukota Indonesia merupakan
2. Jakarta dan sekitarnya sudah terlalu sesak hal yang baik, tetapi Indonesia belum siap,
oleh manusia jika harus dilakukan dalam waktu dekat ini.
3. Salah satu kota yang potensial, yakni 2. Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dari sisi asal daerah pemilihan DKI Jakarta,
geopolitik, geologi, dan geografis memang Sarwono Kusumaatmadja, mengemukakan
cukup strategis. "Menjadikan Palangkaraya Jakarta sebagai ibukota negara harus
sebagai pengganti Jakarta, secara dibedakan dengan Jakarta sebagai pusat
geopolitik merupakan sebuah usaha pemerintahan. Menurut Sarwono, Jakarta
distribusi pembangunan yang merata sebagai ibu kota negara dapat tetap
karena selama ini pembangunan dipertahankan, namun pusat
infrastrukktur terkonsentrasi di Indonesia pemerintahannya tidak lagi
bagian barat, khususnya Pulau Jawa," urai memungkinkan untuk dipertahankan
pengamat politik dari Universitas karena beban Jakarta makin kompleks.
Muhammadiyah Yogyakarta Achmad 3. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla tak
Nurmandi. setuju Ibukota Indonesia dipindahkan dari
4. Secara geografis posisi Palangkaraya tepat Jakarta. Menurut Jusuf Kalla,
berada di tengah Indonesia dan memiliki memindahkan ratusan ribu pegawai dan
kondisi geologi yang relatif aman dari puluhan kantor tak mudah. "Berapa
bencana alam. Palangkaraya cenderung pegawai harus bikin rumah," katanya.
aman dari gempa dan banjir dibandingkan 4. Masalah Jakarta saat ini, kata JK, hanyalah
kota lain. masalah kemacetan. Masalah kemacetan
5. Biaya untuk membangun Palangkaraya sebenarnya masalah infrastruktur.
menjadi kota yang siap menjadi pusat 5. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
pemerintahan dengan menyediakan juga menyatakan tak setuju memindahkan
berbagai infrastruktur baik bangunan Ibukota.solusinya adalah pemerintah
maupun jalan diperkirakan mencapai Rp pusat dan daerah harus bersama-sama
100 triliun dan dana itu jauh lebih sedikit membereskan segala kesemrawutan di
atau lebih hemat dibandingkan biaya Jakarta sekarang ini.
untuk mengatasi permasalahan Jakarta 6. Ini namanya pemerintah tidak
saat ini seperti kemacetan, banjir, dan bertanggung jawab, karena meninggalkan
berbagai masalah lain. Dana itu bias dicicil begitu saja Jakarta dalam keadaan yang
selama 10 tahun melalui anggaran APBN semrawut dan berantakan, seharusnya,
untuk pembangunan ibu kota baru. mereka memperbaiki dahulu apa yang ada
6. Jika Jakarta terus dibiarkan jadi ibukota, Jakarta. Daripada dana yang direncakan
maka jumlah ini akan terus membengkak digunakan untuk membangun sesuatu
dan membengkak. Akibatnya kemacetan yang baru, lebih baik perbaiki dahulu apa
semakin merajalela. Jumlah kendaraan yang telah rusak.
bertambah. Asap kendaraan dan polusi
meningkat sehingga udara Jakarta sudah
tidak layak hirup lagi. Pohon-pohon,
lapangan rumput, dan tanah serapan akan
semakin berkurang diganti oleh aspal dan
lantai beton perumahan, gedung
perkantoran dan pabrik. Sebagai contoh
berbagai hutan kota atau tanah lapang di
kawasan Senayan, Kelapa Gading,
Pulomas, dan sebagainya saat ini sudah
menghilang diganti dengan Mall, gedung
perkantoran dan perumahan.
7. Hal-hal yang akan terjadi jika Indonesia
tetap menjadi ibukota:

 Jakarta akan jadi kota yang sangat macet


 Dengan banyaknya orang bekerja di Jakarta
padahal rumah mereka ada di pinggiran
Jabotabek, akan mengakibatkan pemborosan
BBM. Paling tidak ada sekitar 6,5 milyar liter
BBM dengan nilai sekitar Rp 30 trilyun yang
dihabiskan oleh 2 juta pelaju ke Jakarta setiap
tahun.
 Dengan kemacetan dan jauhnya jarak
perjalanan, orang menghabiskan waktu 3
hingga 5 jam per hari hanya untuk perjalanan
kerja.
 Stress meningkat akibat kemacetan di jalan.
 Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
juga meningkat karena orang berada lama di
jalan dan menghisap asap knalpot kendaraan
 Banjir dan kekeringan akan semakin meningkat
karena daerah resapan air terus berkurang.
 Jumlah penduduk Indonesia akan terpusat di
wilayah Jabodetabek. Saat ini saja sekitar 30
juta dari 200 juta penduduk Indonesia
menempati area 1500 km2 di Jabodetabek.
Atau 15% penduduk menempati kurang dari
1% wilayah Indonesia.
 Pembangunan akan semakin tidak merata
karena kegiatan pemerintahan, bisnis, seni,
budaya, industri semua terpusat di Jakarta dan
sekitarnya.
 Tingkat Kejahatan/Kriminalitas akan meningkat
karena luas wilayah tidak mampu menampung
penduduk yang terlampau padat.
 Timbul bahaya kelaparan karena over populasi
dan sawah berubah jadi rumah, kantor, dan
pabrik. Saat ini pulau Jawa yang merupakan
pulau terpadat di dunia 7 x lipat lebih padat
daripada RRC. Kepadatan penduduk di Jawa
1.007 orang/km2 sementara di RRC hanya 138
orang/km2. Tak heran di pulau Jawa banyak
orang yang kelaparan dan makan nasi aking.

8. Karena hal-hal diatas diperlukan


penyebaran pusat kegiatan di berbagai
kota di Indonesia
9. tata ruang Jakarta sudah tidak
terselamatkan, sehingga apapun upaya
yang dilakukan untuk mengendalikan
banjir tidak ada artinya kecuali
mengembalikan seperti semula dengan
biaya sangat mahal
10. kita harus sadar bahwa ibukota Jakarta di
mana lebih dari 80% uang yang ada di
Indonesia beredar di sini merupakan
magnet yang menarik penduduk seluruh
dari Indonesia untuk mencari uang di
Jakarta. Arus urbanisasi dari daerah ke
Jakarta begitu tinggi. Akibatnya jika
penduduk Jakarta pada zaman Ali Sadikin
tahun 1975-an hanya sekitar 3,5 juta jiwa,
saat ini jumlahnya sekitar 10 juta jiwa.

Anda mungkin juga menyukai