Anda di halaman 1dari 17

1.

Aliran melalui pipa penting untuk dipelajari karena :

Dalam suatu aliran di dalam pipa, air di dalam saluran tersebut tidaklah mengalir sempurna
tanpa adanya hambatan. Karena adanya hambatan tersebut maka terjadilah kehilangan tenaga
aliran, hal ini terjadi baik dalam pengaliran pipa lurus, berbelok maupun pipa yang
mengalami perubahan penampang. Kehilangan tenaga terjadi karena gesekan antara zat cair
dengan dinding pipa atau karena pusaran / olakan dan tumbukan pada belokan pipa serta
perbedaan penampang pipa. Nilai kehilangan tenaga ini berbanding lurus dengan panjang pipa
dan berbanding terbalik dengan diameter pipa

Pengaliran air melalui pipa banyak digunakan dalam mendistribusikan air dari sumber air ke
keran-keran pengeluaran untuk berbagai keperluan. Sepanjang pendistribusian tersebut, air
melalui berbagai hambatan seperti perubahan kecepatan, perubahan penampang dan
perubahan kekasaran permukaan. Karena itu perlu dipelajari untuk mengetahui pengaruh
perubahan-perubahan tersebut terhadap kehilangan tenaga pada pipa.

2. Resume Aliran melalui pipa

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang


digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida
yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa
lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran
terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan
atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam
pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida
yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang
saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.

Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada
pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa
udara pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak
penuh sehingga masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan
karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka. Misalnya
aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran penuh air, desainnya
harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada
gorong-gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama
dengan aliran pada saluran terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah
saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada pipa

SEPTY FERAWATY 1
kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena itu
konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh
dengan air.

Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda
dengan zat air ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan
disebabkan karena adanya sifat kohesi antara partikel zat cair. Karena
adanya kekentalan zat cair maka terjadi perbedaan kecepatan partikel
dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan dinding
batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak
tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut
merupakan fungsi jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil
disebut juga aliran viskos. Aliran viskos adalah aliran zat cair yang
mempunyai kekentalan
(viskositas). Viskositas terjadi pada temperature tertentu. Tabel 2.1.
memberikaan sifat air (viskositas kinematik) pada tekanan atmosfer dan
beberapa temperature. Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat
menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan
geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi lain
seperti panas, suara, dan sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut
menyebabkan terjadinya kehilangan energi.

Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Apabila pengaruh


kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel
zat cair bergerak secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran
disebut laminar. Aliran laminar terjadi apabila kekentalan besar dan
kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan atau
bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi
turbulen. Pada aliran turbulen partikel-partikel zat cair bergerak secara
tidak teratur.
1. Hukum Newton tentang kekentalan zat cair
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser
antara 2 (dua) elemen. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan

SEPTY FERAWATY 2
terjadinya kehilangan energi selama pengaliran atau diperlukan
energi untuk menjamin adanya pengaliran.
Hukum Newton tentang kekentalan menyatakan bahwa tegangan
geser antara 2 (dua) partikel zat cair yang berdampingan adalah
sebanding dengan perbedaan kecepatan dari kedua partikel
(gradien kecepatan) seperti terlihat dalam gambar sebagai berikut
yang berbentuk :

Seperti yang ditunjukan oleh persamaan di atas dan gambar di atas,


apabila 2 (dua) elemen zat cair yang berdampingan dan bergerak
dengan kecepatan berbeda, elemen yang lebih cepat akan
diperlambat dan yang lebih lambat akan dipercepat. Tegangan

geser τ pada lapis 1 (satu) bagian bawah mempunyai arah kekiri


karena bagian tersebut tertahan oleh lapis di bawahnya yang
mempunyai kecepatan lebih rendah. Sedangkan lapis 2 (dua) bagian
atas bekerja tegangan geser dalam arah kekanan karena bagian
tersebut tertarik oleh lapis di atasnya yang mempunyai kecepatan
lebih besar.
Pada permukaan antara dinding batas dan aliran zat cair juga terjadi
tegangan geser dengan arah berlawanan dengan arah aliran.
Tegangan geser pada dinding batas ini cukup besar karena gradien
kecepatan didaerah tersebut sangat besar.
2. Aliran Laminer dan Turbulen
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu aliran
laminer dan tubulen. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair

SEPTY FERAWATY 3
bergerak teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini
terjadi apabila kecepatan kecil dan atau kekentalan besar.
Pengaruh kekentalan adalah sangat besar sehingga dapat meredam
gangguan yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen.
Dengan berkurangnya kekentalan dan bertambahnya kecepatan
aliran maka daya redam terhadap gangguan akan berkurang, yang
sampai pada suatu batas tertentu akan menyebabkan terjadinya
perubahan aliran dari laminer ke turbulen. Pada aliran turbulen
gerak partikel-partikel zat cair tidak teratur. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.
3. Percobaan Osborn Reynolds
Pada tahun 1884 Osborn Reynolds melakukan percobaan untuk
menunjukan sifat-sifat aliran laminer dan aliran turbulen. Alat yang
digunakan terdiri dari pipa kaca yang dapat melewatkan air dengan
berbagai kecepatan. Aliran tersebut diatur oleh katub A. Pipa kecil B
yang berasal dari tabung berisi zat warna C. Ujung yang lain berada
pada lobang masuk pipa kaca.

Reynolds menunjukan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di


dalam aliran kaca, zat warna akan mengalir dalam suatu garis lurus
seperti benang yang sejajar dengan sumbu pipa. Apabila katub
dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah besar dan
benang warna mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar
pada seluruh aliran dalam pipa.
Kecepatan rerata pada mana benang warna molai pecah disebut
kecepatan kritik. Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh
percampuran dari partikelpartikel zat cair selama pengaliran. Dari
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan kecil,
percampuran tidak terjadi dan partikel-partikel zat cair bergerak

SEPTY FERAWATY 4
dalam lapisan-lapisan yang sejajar, dan menggelincir terhadap
lapisan disampingnya. Keadaan ini disebut aliran laminer. Pada
kecepatan yang lebih besar, benang warna menyebar pada seluruh
penampang pipa, dan terlihat bahwa percampuran dari partikel-
partikel zat cair terjadi; keadaan ini disebut aliran turbulen.
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan
aliran yaitu kekentalan zat cair μ (mu), rapat masa zat cair ρ (rho),
dan diameter pipa D. Hubungan antara μ , ρ , dan D yang

mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah

Reynodls menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasikan


berdasarkan suatu angka tertentu. Angka tersebut diturunkan

dengan membagi kecepatan aliran didalam pipa dengan nilai ,

yang disebut dengan angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai


bentuk berikut ini :

dengan ν (nu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang


dilakukan untuk aliran air melalui pipa dapat disimpulkan bahwa
pada angka Reynolds rendah gaya kental dominan sehingga aliran
adalah laminer. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik karena
bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair
atau bertambah besarnya dimensi medan aliran (pipa), akan bisa
menyebabkan kondisi aliran laminer menjadi tidak stabil. Sampai
pada suatu angka Reynolds di atas nilai tertentu aliran berubah dari
laminer menjadi turbulen.
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, reynolds
menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan
aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair, dan aliran pada
kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka
Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynoldsberada
diantara kedua nilai tersebut 2000<Re<4000 aliran adalah transisi.

SEPTY FERAWATY 5
Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re =2000 dan Re = 4000)
disebut dengan batas kritik bawah dan atas.
4. Hukum Tekanan Gesek
Reynolds menetapkan hukum tekanan gesek dengan melakukan
pengukuran kehilangan energi di dalam beberapa pipa dengan
panjang berbeda dan untuk berbagai debit aliran. Percobaan
tersebut memberikan hasil berupa suatu grafik hubungan antara
kehilangan energi f h dan kecepatan aliran V. Gambar di bawah ini
menunjukan kedua hubungan tersebut yang dibuat dalam skala
logaritmik untuk diameter tertentu.

Bagian bawah dari grafik merupakan garis lurus, dengan kemiringan


450, yang menunjukan bahwa f h sebanding dengan V, yang
merupakan sifat aliran laminer. Sedang bagian atas merupakan
garis lurus dengan kemiringan n, dengan n antara 1,75 dan 2,0 yang
tergantung pada nilai Re dan kekasaran. Hal ini menunjukan bahwa
hf sebanding dengan V n , nilai pangkat yang besar berlaku untuk pipa
kasar sedang yang kecil untuk pipa halus. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa kehilangan energi pada aliran turbulen lebih besar
dari aliran laminer. Hal ini disebabkan karena adanya turbulensi
yang dapat memperbesar kehilangan energi.
5. Aliran Laminer Dalam Pipa
Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair bergerak teratur
mengikiuti lintasan yang saling sejajar. Aliran laminer lebih mudah
terjadi bila kecepatan aliran relatif kecil sedangkan viskositas cairan

SEPTY FERAWATY 6
besar dan pengaruh kekentalan cukup dominan dibandingkan
dengan kecepatan aliran, sehingga partikel-partikelzat cair akan
bergerak teratur menurut lintasan lurus.

6. Aliran Turbulen dan Tegangan Reynolds


Turbulensi adalah gerak partikel zat cair yang tidak teratur dan
sebarang dalam waktu dan ruang. Turbulensi ditimbulkan oleh gaya-
gaya viskos dan gerak lapis zat cair yang berdampingan pada
kecepatan berbeda. Aliran turbulen akan terjadi pada bilangan
reynold (Re) lebih besar dari 4000. Analisa teoritis persamaan
kehilangan energi pada aliran turbulen (Re > 4000) akan lebih sulit
dibandingkan yang terjadi pada aliran laminer. Hal ini disebabkan
adanya ketidakteraturan aliran turbulen. Faktor gesekan f dapat
diturunkan secara matematis untuk aliran laminer, tetapi belum ada
hubungan matematis yang sederhana untuk aliran turbulen.
Menurut Reynald V Gilles, untuk pipa-pipa halus dan kasar hukum-
hukum tahanan universal dapat diturunkan dari:

KEHILANGAN Energi (head losses)


Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan, meskipun demikian
dalam berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau
dianggap sebagai fluida ideal. Menurut Triatmojo (1993), adanya
kekentalan pada fluida akan menyebabkan terjadinya tegangan geser
pada waktu bergerak. Tegangan geser ini akan merubah sebagian energi
aliran menjadi bentuk energi lain seperti panas, suara dan sebagainya.
Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan
energi.
Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa dikenal dua
macamkehilangan energi :

SEPTY FERAWATY 7
1. Kehilangan energi akibat gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi
primer (Triatmojo 1996 : 58) atau major loss (Kodoatie 2002 : 245).
Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena
adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan gaya
gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa
dengan diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi
sepanjang satu satuan panjang akan konstan selama kekasaran dan
diameter tidak berubah.
2. Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris
lainnya.
Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris
lainnya disebut juga kehilangan energi sekunder (Triatmojo 1996 : 58)
atau minor loss (Kodoatie 2002 : 245). Misalnya terjadi pada
pembesaran tampang (expansion), pengecilan penampang (contraction),
belokan atau tikungan. Kehilangan energi sekunder atau minor loss
ini akan mengakibatkan adanya tumbukan antara partikel zat cair
dan meningkatnya gesekan karena turbulensi serta tidak
seragamnya distribusi kecepatan pada suatu penampang pipa.
Adanya lapisan batas terpisah dari dinding pipa maka akan terjadi
olakan atau pusaran air. Adanya olakan ini akan mengganggu pola
aliran laminer sehingga akan menaikan tingkat turbulensi.
Pada aliran laminer akan terjadi bila bilangan reynold (Re) < 2000,
dengan persamaan kehilangan energi pada aliran laminer sepanjang
pipa L menurut Hagen-Poiseuille adalah sebagai berikut :

3. Pipa halus.
Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter aliran (Triatmojo
1996 : 31), apabila pipa adalah hidrolis halus parameter tersebut

SEPTY FERAWATY 8
adalah kecepatan aliran diameter pipa dan kekentalan zat cair
dalam bentuk angka reynolds. Berdasarkan penelitian ang
dilakukan Blasius, dia mengemukakan rumus gesekan f untuk pipa
halus dalam bentuk:

Dari persamaan empiris koefisien gesekan tersebut diatas akan


dapat di hitung kehilangan energi disepanjang pipa berdasar
persamaan Darcy-Weisbach. Sedangkan percobaan Nikuradse
memberikan persamaan yang agak berbeda dengan Blasius.
Persamaan tersebut adalah :

4. Pipa Kasar
Tahanan pada pipa kasar lebih besar dari pada pipa halus, untuk
pipa halus nilai f hanya tergantung pada angka Reynolds. Untuk pipa
kasar nilai f tidak hanya tergantung angka Reynolds, tetapi juga
pada sifat-sifat dinding pipa yaitu kekasaran relatif k/D, atau f =φ
(Re,k / D) dengan k = kekasaran dinding pipa, D = diameter pipa.
Nikuradse melakukan percobaan tentang pengaruh kekasaran pipa.
Percobaan tersebut meliputi daerah aliran laminer dan turbulen
sampai pada angka Reynolds Re = 106 , dan untuk enam kali
percobaan dengan nilai k/D (kekasaran relatif) yang bervariasi
antara 0.0333 sampai 0.000985. Hasil percobaan merupakan
hubungan antara f , Re, dan k/D seperti gambar dibawah ini.

SEPTY FERAWATY 9
4.1 Daerah I
Daerah I merupakan daerah aliran laminer dimana Re < 2000.
Hubungan antara f dan Re merupakan garis lurus (kemiringan 450
untuk skala harisontal dan vertikal yang sama), dan tidak
dipengaruhi oleh kekasaran pipa. Di daerah ini koefisien gesekan

diberikan oleh persamaan f =

4.2 Daerah II
Daerah ini terletak antara Re = 2000 dan Re = 4000, yang
merupakan daerah tidak stabil dimana aliran berubah dari
laminer ke turbulen atau sebaliknya. Aliran tidak banyak
dipengaruhi oleh kekasaran pipa.
4.3 Daerah III
Daerah ini merupakan daerah aliran turbulen dimana kekasaran
relatif pipa mulai berpengaruh pada koefisien gesekan f . Daerah
ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) sub daerah berikut ini :
4.3.1 Sub daerah pipa halus
Daerah ini di tunjukan oleh garis paling bawah dari
gambar 3, yang merupakan aliran turbulen melalui pipa

SEPTY FERAWATY 10
halus. Koefisien gesekan pipa f dapat dihitung dengan
rumus Blasius.
4.3.2 Sub daerah transisi
Di daerah sub transisi ini koefisien gesekan tergantung
pada angka Reynolds dan kekasaran pipa. Daerah ini
terletak antara garis paling bawah dan garis terputus
dari gambar 3, kekasaran relatif k/D sangat berpengaruh
terhadap nilai f
4.3.3 Sub daerah pipa kasar
Sub daerah ini terletak di atas garis terputus. Apabila
angka Reynolds di atas suatu nilai tertentu, koefisien
gesekan tidak lagi tergantung pada angka Reynolds,
tetapi hanya tergantung pada kekasaran relatif. Untuk
suatu nilai k/D tertentu nilai f adalah konstan dan sejajar
dengan sumbu harisontal. Di daerah ini pengaliran
adalah turbulen sempurna. Rumus empiris untuk pipa
kasar hasil percobaan Nikuradse adalah:

Untuk aliran di daerah transisi, Colebrook


menggabungkan persamaan untuk pipa halus dan pipa
kasar sebagai berikut:

Persamaan – persamaan di atas memberikan nilai f


dalam suatu persamaan implisit. Moody (1944)
menyederhanakan prosedur hitungan tersebut dengan
membuat suatu grafik berdasarkan persamaaan
Colebrook. Grafik tersebut dikenal sebagai grafik Moody
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

SEPTY FERAWATY 11
Grafik tersebut mempunyai empat daerah yaitu daerah
pengaliran laminar, daerah kritis dimana nilainya tidak tetap
karena pengaliran mungkin laminar atau turbulen, daerah
transisi di mana f merupakan fungsi dari angka Reynolds dan
kekasaran dinding pipa, dan daerah turbulen sempurna di
mana nilai f tidak tergantung pada angka Reynolds tetapi
hanya pada kekasaran relatif. Untuk menggunakan grafik
tersebut, nilai k diperoleh dari table 2.2. Untuk pipa tua nilai f
dapat jauh lebih besar dari pipa baru, yang tergantung pada
umur pipa dan sifat zat cair yang dialirkan. Untuk pipa kecil,
endapan atau kerak yang terjadi dapat mengurangi diameter
pipa. Oleh Karena itu diperlukan kecermatan di dalam
mengestimasi nilai k dan juga f .
Untuk pengaliran turbulen sempurna, dimana gesekan
berbanding langsung dengan V 2 dan tidak tergantung pada

SEPTY FERAWATY 12
angka Reynolds, nilai f dapat ditentukan berdasarkan
kekasaran relatif. Pada umumnya masalah-masalah yang ada
pada pengaliran di dalam pipa berada pada daerah transisi
dimana nilai f ditentukan juga oleh angka Reynolds. Sehingga
apabila pipa mempunyai ukuran dan kecepatan aliran
tertentu, maka kehilangan tenaga akibat gesekan dapat
langsung dihitung.tetapi jika diameter atau kecepatan tidak
diketahui maka angka Reynolds juga tidak diketahui. Dengan
perubahan nilai angka Reynolds yang besar, perubahan nilai f
sangat kecil. Sehingga perhitungan dapat diselesaikan dengan
menentukan secara sembarang nilai angka Reynolds atau f
pada awal hitungan dan dengan cara coba banding (trial and
error) akhirnya dapat dapat dihitung nilai f yang terakhir (yang
benar). Oleh karena nilai f berkisar antara 0.01 dan 0.07, maka
yang paling baik adalah menganggap nilai f , dan biasanya
dengan dua (2) atau tiga (3) kali percobaan akan dapat
diperoleh nilai f yang benar.

5. Perubahan penampang pipa


Disamping adanya kehilangan energi akibat gesekan, terjadi pula
kehilangan energi yang disebabkan oleh perubahan penampang
pipa. Pada pipa panjang kehilangan energi akibat gesekan biasanya
jauh lebih besar dari pada kehilangan energi akibat perubahan
penampang, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan energi
akibat perubahan penampang dapat diabaikan. Pada pipa pendek
kehilangan energi akibat perubahan penampang harus
diperhitungkan. Untuk memperkecil kehilangan energi akibat
perubahan penampang, perubahan penampang dibuat secara
beransur-ansur.
5.1. Pembesaran Penampang
Perbesaran penampang mendadak dari aliran seperti yang
ditunjukan pada gambar 10 mengakibatkan kenaikan tekanan

SEPTY FERAWATY 13
dari P1 menjadi P2 dan kecepatan turun dari V1 menjadi V2.
Pada tempat disekitar perbesaran penampang (1) akan terjadi
olakan dan aliran akan normal kembali mulai dari tampang (2).
Di darah antara tampang 1 dan 2 terjadi pemisahan aliran
(Triatmojo 1996 :59).
Karena V1 lebih besar dari V2 maka akan terjadi tumbukan di
daerah antara tampang satu dan tampang dua. Tekanan
ditampang dua sebesar P2. tekanan rerata ditampang satu pada
bagian yang tidak efektif (bentuk cincin) adalah P’, dan gaya
tekanan adalah (A2 – A1)P’

Persamaan momentum untuk gaya-gaya yang bekerja pada zat


cair antara tampang satu dan dua adalah :

SEPTY FERAWATY 14
Kehilangan energi pada perbesaran penampang akan berkurang apabila
perbesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti gambar 2.12.
Kehilangan energi diberikan oleh persamaan berikut :

5.2. Penyempitan Penampang


Pada penyempitan penampang yang mendadak garis aliran pada
bagian hulu dari sambungan akan mengecil pada vena
kontrakta. Percobaan-percobaan yang telah dilakukan
menunjukan bahwa luas tampang pada vena kontrakta sekitar
0.6 A2 (Triatmodjo, 1996 : 62). Berdasarkan nilai ini maka
kehilangan energi dihitung dengan cara seperti pada

SEPTY FERAWATY 15
pembesaran penampang mendadak, yaitu di vena kontrakta ke
pipa kecil (tampang dua) dan hasilnya adalah :

dengan Ac dan Vc adalah luas tampang dan kecepatan pada


vena kontrakta.
Mengingat Ac = 0.6 A2 dan berdasarkan persamaan kontinuitas
di daerah vena
kontrakta, AcVc = A2V2 atau

SEPTY FERAWATY 16
SEPTY FERAWATY 17

Anda mungkin juga menyukai