Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Page 1
Pembiayaan Pembangunan 2010
BAB II
Page 2
Pembiayaan Pembangunan 2010
Page 3
Pembiayaan Pembangunan 2010
Dana konstruksi sebesar ¥ 8,615 milyar dan dana pendamping Rp. 89,150 milyar serta
biaya konsultasi ¥ 876,525 juta dan Rp. 8,511 milyar sebagai dana pendamping.
Perbandingan penggunaan dana awal Bandara Internasional Minangkabau adalah pinjaman
luar negeri 81% dan APBN 19%.
2.2.2 Analisis Kriteria Investasi
Analisis proyeksi pertumbuhan pesawat, penumpang, dan kargo menggunakan dua
skenario, yaitu :
1. Skenario 1 atau skenario optimis
Merupakan skenario yang menggunakan analisis terhadap Data Pertumbuhan
Angkutan Udara di Sumatera Barat Tahun 1980 s/d 2004 yang bersumber dari
Biro Pusat Statistik (BPS) Sumbar dan Data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Sumbar Tahun 1980 s/d 2004 yang bersumber dari BPS Sumbar.
2. Skenario 2 atau skenario pesimis
Merupakan skenario yang menggunakan analisis terhadap Data Pertumbuhan
Angkutan Udara di Sumbar Tahun 1995 s/d 2004 yang bersumber dari PT.
(Persero) Angkasa Pura II dan Data PDRB Sumbar Tahun 1995 s/d 2004 yang
bersumber dari BPS Sumbar.
Skenario pertama memakai analisis data pertumbuhan dari tahun 1980 sampai
dengan tahun 2004 dengan pertimbangan semakin lama jangka waktu proyeksi
pertumbuhan, maka data-data yang digunakan akan semakin akurat. Sedangkan pada
skenario kedua, menggunakan analisis data pertumbuhan dari tahun 1995 sampai dengan
tahun 2004 dengan pertimbangan bahwa adanya keterbatasan data yang dapat diperoleh
dari PT. (Persero) Angkasa Pura II. Selain itu, data ini digunakan dengan pertimbangan
bahwa sejak dilanda krisis moneter tahun 1997 / 1998, kondisi ekonomi Indonesia mulai
mengalami peningkatan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Penelitian ini tidak
menggunakan analisis data pertumbuhan tahun 2005 pada kedua skenario dengan
pertimbangan pada tahun ini banyak terjadi peristiwa- peristiwa alam yang
mengakibatkan pertumbuhan angkutan udara menjadi tidak stabil. Antara lain peristiwa
tsunami di Aceh yang terjadi tanggal 27 Desember 2004 dan gempa bumi di Sumbar
Page 4
Pembiayaan Pembangunan 2010
tahun 2005. Namun data ini tetap digunakan pada perhitungan indikator kelayakan
ekonomi.
Pada data pertumbuhan angkutan udara Sumbar dari BPS terlihat bahwa pesawat
internasional member kontribusi sebesar 9.7% dari total pesawat datang dan berangkat
dari bandara Padang. Adapun penumpang internasional sebesar 6.1% dari total
penumpang yang datang dan berangkat dari bandara Padang. Demikian juga, pada data
pertumbuhan angkutan udara di Sumbar yang bersumber dari PT. (Persero) Angkasa Pura
II, dapat dilihat bahwa pesawat internasional memberikan kontribusi sebesar 11.7%
terhadap total pesawat yang datang dan berangkat dari Bandara Padang. Sedangkan
penumpang internasional memberikan kontribusi sebesar 6.5% terhadap total penumpang
yang datang dan berangkat dari bandara Padang. Berdasarkan perbandingan ini, diketahui
bahwa pesawat dan penumpang domestik men- dominasi pertumbuhan bandara di
Sumbar.
dana konstruksi sebesar ¥ 8,615 milyar dan dana pendamping Rp. 89,150 milyar serta
biaya konsultasi ¥ 876,525 juta dan Rp. 8,511 milyar sebagai dana pendamping.
Perbandingan penggunaan dana untuk pembangunan adalah pinjaman luar negeri 81%
dan APBN 19%. Dan dalam tahap 2 sumber pembiayaannya direncanakan didapat dari
investor dan APBN dengan komposisi 75 % pinjaman luar negeri dan 25 % dana APBN.
2. Skema II
Rencana pengembangan akan dilakukan bertahap pada tahun 2008 s/d 2010 dan pada
tahun 2014 s/d 2016.
- Modal investasi pembangunan awal berasal dari 81% pinjaman luar negeri dengan
Page 6
Pembiayaan Pembangunan 2010
bunga pinjaman sebesar 1.8% dibayarkan secara Pokok ditambah dengan Bunga
selama 30 tahun dengan grace period 10 tahun dan dana APBN 19%.
- Modal investasi untuk pengembangan tahap II menggunakan dua model pinjaman
yaitu:
a. Skema IIa. Modal yang berasal dari 75% pinjaman lunak luar negeri
dengan bunga pinjaman sebesar 1.3% dibayarkan secara Pokok ditambah
dengan Bunga selama 30 tahun dengan grace period 10 tahun dan dana
APBN 25%.
b. Skema IIb. Modal yang berasal dari 75% pinjaman luar negeri dengan
bunga pinjaman sebesar 7% dibayarkan secara Pokok ditambah dengan
Bunga selama 7 tahun dengan grace period 3 tahun dan dana APBN 25%.
Page 7
Pembiayaan Pembangunan 2010
Page 8
Pembiayaan Pembangunan 2010
Page 9
Pembiayaan Pembangunan 2010
Skenario I Skenario II
Page 10
Pembiayaan Pembangunan 2010
BAB III
INSTRUMEN PEMBIAYAAN
a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Tahun anggaran adalah periode pelaksanaan APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000,
Indonesia menggunakan tahun kalender sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April
Page 11
Pembiayaan Pembangunan 2010
sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun
anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan
Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UU No. 1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003, anggaran adalah alat
akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas, pengeluaran
anggaran hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil (result)
berupa outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya dana-dana publik tersebut.
Sebagai alat manajemen, sistem penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas
berkelanjutan untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah. Sedangkan
sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa
anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti
bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
Page 12
Pembiayaan Pembangunan 2010
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu penerimaan pajak
yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak
lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber
penerimaan utama dari APBN. Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi
penerimaan dari sumber daya alam,
setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya, walaupun memberikan kontribusi
yang lebih kecil terhadap total penerimaan anggaran, jumlahnya semakin meningkat secara
signifikan tiap tahunnya. Berbeda dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran
2000, pada system penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi
dianggap sebagai bagian dari penerimaan.
Page 13
Pembiayaan Pembangunan 2010
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer
(primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer adalah
total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan umum
adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.
3.1.5 Pembiayaan.
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang
penting saat ini adalah: pembiayaan dalam negeri (perbankan dan non perbankan) serta
pembiayaan luar negeri (netto) yang merupakan selisih antara penarikan utang luar negeri
(bruto) dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
Page 14
Pembiayaan Pembangunan 2010
teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh Pemerintah.
Secara lebih rinci, tahapan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS) atas nama Presiden
mempunyai tanggung jawab dalam mengkoordinasikan Penyusunan APBN. Menteri
Keuangan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja rutin.
Sementara itu Bappenas bersama-sama dengan Menteri Keuangan bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja pembangunan.
Persiapan anggaran dimulai dengan assessment indikator fiskal makro oleh Badan Analisa
Fiskal, Departemen Keuangan. Selanjutnya Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas
menerbitkan Surat Edaran agar departemen teknis mengajukan usulan anggaran rutin maupun
pembangunan. Usulan anggaran rutin (Daftar Usulan Kegiatan, DUK) diajukan ke Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA) pada bulan Juni. DUK tersebut lebih terfokus pada program
costing dan perubahan harga. DJA dan departemen teknis mereview DUK tersebut dengan
titik tekan pada costing ketimbang policy. Pada bulan Agustus, DJA menerbitkan pagu
pengeluaran rutin sebagai dasar bagi departemen teknis untuk menyusun anggaran rutin lebih
detil.
Sementara itu, usulan anggaran pembangunan diajukan oleh departemen teknis kepada DJA
dan Bappenas. DJA dan Bappenas mereview usulan anggaran pembangunan tersebut
berdasarkan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Rencana Pembangunan
Tahunan (REPETA). Menteri Keuangan memberikan pertimbangan mengenai pagu anggaran
pembangunan sebagai dasar pembahasan antara DJA, Bappenas, dan departemen teknis.
Selanjutnya pada bulan Agustus, Presiden mengajukan Nota Keuangan dan RAPBN kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan.
Page 15
Pembiayaan Pembangunan 2010
Kemampuan APBN
Tahun Target Devisit Realisasi Realisasi Devisit Surplus
APBN-P Penerimaan Pengeluaran
2006 40 Triliun (1,3%) Rp 637,8 Rp 669,9 1 % (32 Triliun)
Triliun Triliun
2007 Rp 58,285 triliun Rp707,8 Rp757,16 1,2 % (50
(1,5%) Triliun Triliun Triliun)
2008 94,5 triliun (2,1%) Rp 981 Rp 985,3 0,1 % (4 Triliun)
Triliun Triliun
2009 129,8 Triliun Rp 866.8 Rp 954.0 1, 6 % (87,2 38 Triliun
(2,4%) Triliun Triliun Triliun)
Sumber : Depkeu.go.id
Bisa dilihat di tabel pembiayaan APBN dari tahun ke tahun masih menyisakan sisa terhadap
target APBN P. jumlah sisa terhadap APBN P lumayan besar bisa dihitung untuk mencapai nilai
2 Triliun hanya membutuhkan seper empat dari 0,3 % sisa defisit terhadap APBN P. Jadi untuk
membangun Bandara internsional Minangkabau sangat mudah. Namun Pemerintah
menggunakan SILPA tersebut untuk membiayai defisit APBN tahun berikutnya atau kebutuhan
lain yang prioritas dan bisa di manajemen dengan baik dan cepat pada tahun tersebut sehingga
tidak disalahgunakan. Sehingga tidak bisa begitu saja membangun tanpa ada prioritas yang pasti
Page 16
Pembiayaan Pembangunan 2010
Page 17
Pembiayaan Pembangunan 2010
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga
UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang dapat
ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan
bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar
pajak kendaraan bermotor.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag-
undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga
berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam
lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
Jenis Pajak
Pajak Negara
• Pajak Penghasilan
• Pajak Pertambahan Nilai
• Pajak Penjualan Barang Mewah
• Pajak Bumi dan Bangunan
• Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
• Pajak Bea Masuk dan Cukai
Page 18
Pembiayaan Pembangunan 2010
Pajak Daerah
Fungsi Pajak
• Fungsi stabilitas
Page 19
Pembiayaan Pembangunan 2010
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Bagi pemerintah daerah tingkat II di Indonesia, penerimaan pajak yang terpenting dan
dominan adalah yang bersumber dari Pajak Pembangunan I, pajak hiburan/tontonan, dan pajak
reklame. Selain itu, PBB, yang pada dasarnya merupakan penerimaan bagi hasil dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, dapat dianggap juga sebagai sumber penerimaan pajak yang
utama bagi daerah tingkat II. Oleh karena itu, PBB sering bersama-sama dengan PAD
dikategorikan sebagai Penerimaan Daerah Sendiri (PDS).
b. Retribusi
Bentuk lainnya dari public revenue financing adalah retribusi. retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda dengan pajak
pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda).Secara teoritis retribusi mempunyai 2 fungsi, yaitu 1) sebagai alat untuk mengatur
(mengendalikan) pemanfaatan prasarana dan jasa yang tersedia; dan 2) merupakan pembayaran
atas penggunaan prasarana dan jasa. Untuk wilayah perkotaan jenis retribusi yang umum
digunakan misalnya air bersih, saluran limbah, persampahan dan sebagainya.
Page 20
Pembiayaan Pembangunan 2010
Pengenaan retribusi sangat erat kaitannya dengan prinsip pemulihan biaya (cost
recovery), dengan demikian retribusi ini ditujukan untuk menutupi biaya operasi, pemeliharaan,
depresiasi dan pembayaran hutang. Adapun tarif retribusi umumnya bersifat proporsional,
dimana tarif yang sama diberlakukan untuk seluruh konsumen, terlepas dari besarnya konsumsi
masing-masing konsumen. Namun demikian, di beberapa daerah yang maju, misalnya di Jakarta,
besarnya retribusi untuk prasarana tertentu, seperti pelayanan air bersih cenderung bersifat
progresif, dimana semakin banyak konsumsi air bersih akan semakin tinggi tarif retribusinya.
Jenis retribusi yang memberikan sumbangan penerimaan relatif tinggi bagi pemerintah
daerah adalah berasal dari retribusi perizinan, parkir, dan pasar. Secara rata-rata, dalam tahun
1990/91 penerimaan retribusi mencapai sekitar 65% (kota kecil) dan 47% (kota besar) dari total
penerimaan asli daerah.
Page 21
Pembiayaan Pembangunan 2010
Bentuk lain dari public revenue financing namun yang bersifat non-konvensional ialah
betterment levies, yaitu merupakan tagihan modal (capital charges) yang ditujukan untuk
menutupi/membiayai biaya modal dari investasi prasarana. Dalam kenyataannya, jenis pungutan
ini relatif kurang banyak digunakan. Adapun tujuan utama dari pengenaan jenis pungutan ini
adalah mendorong masyarakat yang memperoleh manfaat dari adanya prasarana umum agar
turut menanggung biayanya. Dengan demikian, pungutan ini dikenakan langsung kepada mereka
yang memperoleh manfaat langsung dari adanya perbaikan prasarana umum tersebut. Adapun
dasar pengenaannya bisa didasarkan atas jumlah area atau berdasarkan nilai taksiran manfaat
yang diperolehnya.
3.2.2 Private Revenue Financing
Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kelompok ini antara lain adalah:
1. connection fees (biaya penyambungan);
2. development impact fees,
Dari kedua jenis instrumen di atas, connection fees cenderung dikategorikan sebagai
instrumen keuangan yang bersifat konvensional, sementara itu development impact fees
dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang bersifat nonkonvensional.
3.2.2.1. Private Revenue Financing Yang Bersifat Konvensional
Connection fees merupakan pungutan yang dikenakan oleh perusahaan jasa pelayanan
kepada individu, misalnya air bersih, saluran pembuangan kotoran, dan telephone. Tujuan utama
dari dikenakannya pungutan ini adalah untuk menutupi biaya yang timbul sebagai akibat adanya
tambahan konsumen dalam jaringan yang sudah ada. Walaupun secara tradisional sebenarnya
jenis pungutan ini termasuk dalam kategori "private revenue financing", namun di Indonesia
lebih dikenal sebagai "public revenue financing", karena umumnya perusahaan-perusahaan yang
menyelenggarakan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah perusahaan pemerintah.
1. connection fees (biaya penyambungan);
2. development impact fees,
Dari kedua jenis instrumen di atas, connection fees cenderung dikategorikan sebagai
instrumen keuangan yang bersifat konvensional, sementara itu development impact fees
dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang bersifat nonkonvensional.
3.2.2.2. Private Revenue Financing Yang Bersifat Non-Konvensional
Page 22
Pembiayaan Pembangunan 2010
Development impact fees dibayar oleh developer kepada pemerintah daerah atau
perusahaan daerah sebagai kompensasi dari adanya dampak yang ditimbulkan karena adanya
pembangunan baru, misalnya pembangunan kompleks perumahan, yang berdampak pada
dibutuhkannya prasarana baru di luar kompleks yang bersangkutan, misalnya, saluran
pembuangan kotoran, sistem transportasi dan sumber air bersih. Tujuan utama dari pengenaan
pungutan ini adalah untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan pembangunan prasarana yang
dibutuhkan sebagai akibat dari adanya pembangunan di suatu lokasi, misalnya kompleks
perumahan, industri, dan sebagainya. Pungutan ini biasanya dikenakan pada saat izin membuat
bangunan (IMB) dikeluarkan oleh pemerintah daerah, sehinggan lebih merupakan pungutan yang
harus dibayar di muka.
3.3. Public-Private Revenue Financing
Land readjustment merupakan salah satu instrumen keuangan yang biasa digunakan
dalam kelompok ini. Dilihat dari sifatnya, maka land readjustment dapat dikategorikan sebagai
instrumen yang bersifat non-konvensional. Instrumen ini dinilai cukup kompleks, dan biasa
diterapkan pada suatu daerah tertentu yang relatif belum berkembang namun mempunyai catatan
regristrasi tanah yang akurat dan lengkap. Umumnya dengan adanya land readjustment luas
tanah yang dimiliki seseorang akan berkurang namun nilainya akan bertambah. Hal inilah yang
merupakan motivasi utama yang mendorong dilakukannya land readjustment. Contoh-contoh
negara yang telah berhasil melaksanakan program land readjustment di kawasan Asia adalah
Jepang, Korea, Taiwan, dan Hong Kong.
3.4. Public Debt Financing
Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kategori ini antara lain adalah:
1. pinjaman
2. obligasi
Pinjaman merupakan instrumen keuangan yang bersifat konvensional, sedangkan obligasi
bersifat non konvensional.
3.4.1. Public Debt Financing Yang Bersifat Konvensional
Pinjaman merupakan instrumen keuangan yang sering digunakan dalam kelompok ini.
Secara umum pinjaman mempunyai jangka waktu lebih pendek dan relatif lebih mahal
dibandingkan dengan obligasi. Namun demikian, pemerintah atau perusahaan daerah bisa
Page 23
Pembiayaan Pembangunan 2010
melakukan pinjaman tidak hanya dalam bentuk pinjaman komersial, tetapi dapat juga dalam
bentuk pinjaman non komersial, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri
(melalui pemerintah pusat).
3.4.2. Public Debt Financing Yang Bersifar Non Konvensional
Obligasi merupakan instrumen keuangan yang bersifat non-konvensional. Obligasi
adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan
utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali
pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran.
Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas
pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit.
Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Selama ini
dikenal 3 jenis obligasi, yaitu general obligation bonds (obligasi umum), revenue bonds (obligasi
pendapatan) dan double barrel bonds. Obligasi umum dijamin oleh penerimaan pajak dan
penerimaan umum lainnya, sementara obligasi pendapatan dijamin oleh satu jenis penerimaan
bukan pajak (spesifik). Double barrel bonds merupakan kombinasi dari kedua jenis obligasi
tersebut, yang dijamin baik oleh penerimaan umum (pajak) maupun penerimaan spesifik proyek.
Nilai nominal atau nilai utang pokok , yaitu nilai yang harus dibayar bunganya oleh
penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh tempo.
Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor pada saat
penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh penerbit adalah setelah dikurangi
dengan biaya-biaya penerbitan.
Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan dimana pada saat tersebut
penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi. Sepanjang pembayaran kembali /
pelunasan tersebut telah dilakukan maka penerbit tidak lagi memiliki kewajiban kepada
pemegang obligasi setelah lewat tanggal jatuh tempo obligasi tersebut. Beberapa obligasi
diterbitkan dengan masa jatuh tempo hinga lebih dari seratus tahun. Pada awal tahun 2005,
Page 24
Pembiayaan Pembangunan 2010
pasar atas obligasi euro dengan masa jatuh tempo selama 50 tahun mulai berkembang. Pada
pasaran Amerika dikenal 3 kelompok masa jatuh tempo obligasi yaitu :
a) Jangka pendek (surat utang atau bill): yang masa jatuh temponya hingga 1 tahun;
b) Medium Term Note: masa jatuh temponya antara 1 hingga 10 tahun;
c) Jangka panjang (obligasi atau bond): jatuh temponya di atas 10 tahun.
Kupon, suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi. Biasanya
suku bunga ini memeiliki besaran yang tetap sepanjang masa berlakunya obligasi, tetapi juga
bisa mengacu kepada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR, dan lain-lain. Istilah "kupon"
ini asal mulanya digunakan karena dimasa lalu secara fisik obligasi diterbitkan bersama
dengan kupon bunga yang melekat pada obligasi tersebut. Pada tanggal pembayaran kupon,
pemegang obligasi akan menyerahkan kupon tersebut ke bank guna ditukarkan dengan
pembayaran bunga.
Tanggal kupon, tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada pemegang obligasi.
Di Amerika, kebanyakan pembayaran kupon obligasi dilakukan secara "tengah tahunan",
yang artinya pembayaran kupon dilakukan setiap 6 bulan sekali. Di Eropa, kebanyakan
obligasi adalah secara "tahunan" atau 1 kupon pertahun.
Dokumen resmi , suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci hak-hak dari
pemegang saham. Di Amerika, ketentuan ini diatur oleh departemen keuangan pemerintah
dan undang-undang komersial dimana dokumen ini di hadapan pengadilan diperlakukan
sebagai suatu kontrak. Ketentuan dalam dokumen resmi tersebut sulit sekali diubah dimana
perubahan hanya dapat dilakukan atas persetujuan mayoritas pemegang obligasi.
Hak opsi: suatu obligasi dapat memuat ketentuan mengenai hak opsi kepada pembeli
obligasi ataupun penerbit obligasi.
Page 25
Pembiayaan Pembangunan 2010
kepada penerbit untuk melakukan pelunasan obligasi pada nilai pari. Pada beberapa
obligasi mengharuskan penerbit untuk membayar premi yang disebut premi opsi. Ini
utamanya digunakan bagi obligasi berbunga tinggi. Pada obligasi jenis ini terdapat
banyak sekali persyaratan yang ketat yang membatasi kegiatan operasional penerbit,
maka guna membebaskan penerbit dari pembatasan-pembatasan dilakukanlah
pelunasan dini atas obligasi tersebut. namun dengan biaya yang lebih tinggi.
Hak jual, beberapa obligasi memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
memaksa penerbit melakukan pelunasan awal atas obligasinya sebelum masa jatuh
tempo; lihat opsi jual.
Tanggal pelaksanaan opsi adalah tanggal dimaka opsi beli atau opsi jual dapat
dilaksanakan sebelum masa jatuh tempo obligasi, dimana pada umumnya terdapat 4
cara pelaksanaan opsi yang demikian ini yaitu :
Gaya Eropa hanya memiliki satu tanggal pelaksanaan , ini merupakan kasus
khusus gaya Bermuda.
Gaya Amerika opsi dapat dilaksanakan setiap saat hingga masa jatuh tempo.
Penjualan karena kematian adalah opsi yang diberikan kepada ahli waris
pemegang opsi untuk menjual kembali obligasinya kepada penerbit dalam hal
terjadinya kematian pada pemegang obligasi atau menderita cacat tetap.
Dana jaminan atau yang juga dinenal dengan istilah sinking fund adalah merupakan
suatu syarat dalam "dokumen resmi" yang mensyaratkan adanya suatu porsi tertentu dari
obligasi yang dapat dicairkan berkala. Penerbit juga dapat membayar kepada wali
amanat yaitud engan cara melakukan pembelian secara acak atas obligasi yang
diterbitkannya atau pilihan lainnya dengan membeli obligasi di pasaran lalu
menyerahkannya kepada wali amanat.Obligasi konversi adalah obligasi yang
Page 26
Pembiayaan Pembangunan 2010
Obligasi tukar atau dikenal juga dengan nama Exchangeable bond ("XB") yang
memperkenankan pemegang obligasi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya
dengan saham perusahaan selain daripada saham perusahaan penerbit, biasanya dengan
saham anak perusahaan penerbit.
Obligasi di Indonesia
Secara umum jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, yaitu, Obligasi perusahaan
dan Obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program
Rekapitalisasi Perbankan;
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai
defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau
"obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun
berdasarkan prinsip syariah.
Pasar obligasi
Page 27
Pembiayaan Pembangunan 2010
Dilihat dari tingkat resikonya, maka obligasi pendapatan mempunyai tingkat resiko yang
lebih tinggi dibandingkan obligasi umum. Hal ini disebabkan karena jaminan bagi obligasi
pendapatan hanya berasal dari satu jenis penerimaan proyek saja (spesifik), dengan demikian
apabila proyek tersebut gagal atau tidak dapat mencapai target penerimaan yang diharapkan,
maka akan mempengaruhi kondisi obligasi tersebut. Oleh karena itu, sebagai kompensasinya
tingkat bunga obligasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi umum.
Salah satu aspek penting yang menunjang berkembangnya obligasi perkotaan di negara
lain, misalnya Amerika Serikat, adalah diberlakukan "tax exempt" bagi jenis obligasi tersebut.
Adanya tax exempt ini pada gilirannya akan mengurangi biaya tingkat bunga dan besarnya
cicilan, sehingga mendorong masyarakat untuik menanamkan uangnya ke dalam bentuk investasi
ini.
Page 28
Pembiayaan Pembangunan 2010
Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kategori ini adalah development
exactions, yang dilihat dari sifatnya dikategorikan sebagai instrumen keuangan non
konvensional. Pungutan ini dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana di
dalam lingkungan (on-site) area pembangunan, sebagai salah satu syarat sebelum pembangunan
itu sendiri di mulai. Adapun jenis prasarana yang biasanya diharapkan dari developer yang
bersangkutan adalah jalan, saluran air bersih dan kotor, penerangan jalan, taman, dan sebagainya.
Berbeda dengan development imnpact fees, dimana bessarnya pungutan ditentukan oleh
pemerintah/perusahaan daerah, besarnya pungutan development exaction ini ditentukan
berdasarkan negosiasi/perjanjian antara developer dengan institusi yang mewakili aktivitas
masyarakat daerah yang bersangkutan. Salah satu keuntungan dari development exaction adalah
tidak ada biaya konstruksi prasarana yang ditanggung oleh pemerintah. Namun demikian,
instrumen ini juga mempunyai kekurangan, yaitu kemungkinan terjadinya pembangunan
prasarana di bawah standard.
3.6. Private-Public Debt Financing
Dua jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kelompok ini ialah:
1. excess condemnation
2. linkage
Kedua jenis instrumen tersebut dikategorikan sebagai instrumen keuangan non-konvensional.
3.6.1. Excess Condemnation
Excess condemnation merupakan metode pembiayaan prasarana secara tidak langsung,
dimana sejumlah tanah disisihkan untuk pembangunan prasarana, dan sejumlah lainnya
diberikan padsa developer swasta untuk pembangunan komersial. Sebagai imbalannya,
developer berkewajiban untuk membangun prasarana yang dibutuhkan. Instrumen ini biasa
digunakan untuk membangun kembali daerah-daerah kumuh ("slum"), dimana melalui instrumen
ini penyediaan prasarana perkotaan di daerah tersebut dapat dilaksanakan tanpa dibiayai oleh
sektor publik.
3.6.2. Linkage
Linkage pada dasarnya merupakan pendekatan yang bersifat langsung, dimana developer
diharuskan menyediakan dan membiayai prasarana yang sejenis (paralel) di daerah lain yang
kurang diinginkan, dalam rangka mendapatkan persetujuan pembangunan di daerah yang mereka
Page 29
Pembiayaan Pembangunan 2010
inginkan. Metode semacam ini di Indonesia sudah mulai dikenal, khususnya berkaitan dengan
pembangunan perumahan, dimana para developer diwajibkan untuk pembangunan perumahan
sederhana sebagai kompensasi diberikannya izin untuk membangun perumahan mewah.
3.7. Private-Public Equity Financing
Instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kelompok ini adalah:
1. joint ventures
2. concessions
Dilihat dari sifatnya, maka kedua jenis instrumen ini tergolong sebagai instrumen keuangan non-
konvensional.
3.7.1. Joint Ventures
Joint ventures (Perusahaan Patungan) adalah sebuah kesatuan yang dibentuk antara 2
pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak itu setuju untuk
berkelompok dengan menyumbang keadilan kepemilikan, dan kemudian saham
dalam penerimaan, biaya, dan kontrol perusahaan. dalam perusahaan Patungan kerjasama antara
swasta dengan pemerintah (private-public partnership) dimana masing-masing pihak mempunyai
posisi yang seimbang dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari kerjasama ini
adalah untuk memadukan keunggulan yang dimiliki sektor swasta, misalnya modal, teknologi
dan kemempuan manajemen, dengan keunggulan yang dimiliki oleh sektor pemerintah, misalnya
sumber-sumber, kewenangan dan kepercayaan masyarakat.
Alasan Pembentukan
Alasan internal
Tujuan persaingan
Page 30
Pembiayaan Pembangunan 2010
Tujuan strategi
1. Sinergi
2. Transfer teknologi/kecakapan
3. Diversifikasi
3.7.2. Concessions
Adapun concessions antara private dengan public dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
diantaranya adalah: kontrak jasa, kontrak manajemen, kontrak sewa, BOT (Build, Operate, and
Transfer), BOO (Build, Operate, and Own), dan divestiture (sektor swasta mengambil alih
seluruh kontrol perusahaan dengan membeli seluruh aset pemerintah).
BOT adalah suatu perjanjian dimana pihak pertama tanpa melepas haknya atas suatu bidang
tanah mengikatkan diri untuk menyerahkan penguasan atas tanah tesebut untuk pendirian suatu
bangunan komersial kepada pihak kedua yang mengikatkan dirinya untuk membangun bangunan
komersial atas biayanya sendiri, mengelola dan mengoperasikan untuk suatu jangka waktu degan
atau tanpa imbalan yang telah disepakati serta menyerahkan bangunan tesebu kepada pihak
pertama dalam keadaan dapat dan siap dioperasikan setelah jangka waktunya berakhir.
Untuk melakukan kerjasama bentuk Build Operate and Transfer ini harus melakukan tiga
perjanjian perjanjian terlebih dahulu. Tahapan dalam perjanjian Build Operate transfer, yaitu:
1. Tahap pembangunan: Pihak pertama menyerahkan tanahnya kepada pihak lain untuk
dibangun.
Page 31
Pembiayaan Pembangunan 2010
Pada Bangun Guna Serah Build-Operate-Transfer (BOT) memiliki beberapa unsur dalam
perjanjian BOT, antara lain:
1. Adanya pihak sebagai pemegang hak eksklusif, biasanya dalam hal ini pemerintah
department/lembaga pemerintah non department (LPND) ataupun pihak swasta lain
sebagai pemiliki sebidang tanah yang letaknya strategis dikawasan bisnis.
2. Hak eksklusif yang dimiliki departemen/LPND ataupun tanah yang letaknya strategis
dikawasan bisnis tersebut perlu diwujudkan fisik bangunannya untuk pelayanan
masyarakat.
3. Unutk mewujudkan fisik bangunan, baik yang timbul dari hak eksklusif ataupun
bangunan yang diperlukan diatas tanah dikawasan bisnis tersebut (keduanya bisa disebut
proyek infrastruktur, karena perlu dana yang cukup besar) diperlukan dana yang cukup
besar.
4. Dana untuk mewujudkan proyek infrastruktur tersebur tidak tersedia di APBN (anggaran
pendapatan dan belanja negara) departemen/LPND bersangkutan ataupun pemilik tanah
dikawasan bisnis tersebut tidak cukup memiliki dana untuk membangun proyek
infrastukturnya.
5. Sebagai ganti atas dana yang dikeluarkan oleh investor untuk membangun proyek
infrastruktur tersebut kepada investor dalam jangka wakt tertentu diberi hak atas untuk
mengelola bangunan fisik bersangkutan guna diambil manfaat ekonominya dengan pola
bagi hasil dengan pemilik hak eksklusif ataupun pihak swasta pemilik tanah
6. Dengan lewatnya jangka waktu konsesi, maka tanah bangunan beserta sarana dan
prasaranya diserahkan kepada pemilik hak eksklusif ataupun pemilik tanah bersangkutan
untuk dikelola lebih lanjut.
Page 32
Pembiayaan Pembangunan 2010
Dalam perjanjian Build Operate Transfer terdapat beberapa pihak yang menjalani kerjasama ini.
para pihak yang mengadakan perjanjian ini antara lain:
1. Pihak pertama
a. Pemilik lahan strategis (swasta)
Yang dimaksud sebagai pemilik lahan strategis (swasta) disini adalah
pihak yang menyediakan tanah yang letaknya strategis pada jalur
perekonomian ataupun yang letaknya sangat mungkin diambil manfaat
ekonominya secara besar.
b. Pihak pemilik hak eksklusif
Lain halnya dengan pihak pemilik hak eksklusif (pemerintah) dalam
perjanjian BOT. dalam hal ini yang dimaksud sebagai pihak pemilik hak
ekslusif (pemerintah) adalah suatu badan hukum pemerintah yang
berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan memiliki hak untuk
menjalankan suatu usaha tertentu.
2. Pihak Kedua
Yang dimaksud sebagai pihak kedua disini adalah investor yang menanamkan
dananya untuk membangun proyek yang dibiayai dengan system bangun serah,
yang dalam hal ini bisa perorangan bisa suatu badan usaha atau suatu kumpulan
badan hukum yang menyediakan dana untuk membiayai objek perjanjian bangun
guna serah (BOT).
Perjanjian build operate and transfer ini memiliki beberapa keuntungan dalam segi ekonomi dan
non ekonomis. Manfaat dari segi ekonomis antara lain:
Keuntunhgan bagi pihak swasta pemilik lahan
a) Pemilik lahan dengan tidak mengeluarkan biaya pada saat berakhirnya perjanjian BOT
akan memiliki bangunan
b) Pemilik lahan secara terentas dari kemiskinan karena disamping akan mendapat
bangunan, biasanya juga mendapat uang dan dengan uang itu bisa dimanfaatkan untuk
usaha lain.
Page 33
Pembiayaan Pembangunan 2010
BAB IV
SKEMA PENANGANAN KASUS
Page 34
Pembiayaan Pembangunan 2010
MARR yang disyaratkan yaitu 15%, dengan kata lain kedua skenario ini feasible untuk
dibangun. Pada Skema I, Skenario 1 memiliki NPV lebih besar dari pada Skenario 2, namun
memiliki IRR lebih kecil dibandingkan Skenario 2. Sedangkan pada Skema II, NPV Skenario 1
< NPV Skenario 2 dan IRR Skenario 1 < IRR Skenario 2. Untuk mengetahui skenario investasi
mana yang lebih menguntungkan untuk dibangun maka perlu dilakukan analisa incremental
terhadap kedua model skema investasi. Diketahui Skenario 1 memiliki biaya lebih besar dari
pada Skenario 2 sehingga Skenario 1 dianggap sebagai The Higher Cost Alternative, sedangkan
Skenario 2 dianggap sebagai The Lower Cost Alternative.
Pada Tabel 5 berikut ini, diketahui Skema I memiliki NPV dan ΔROR lebih besar
daripada Skema II. Berdasarkan hasil perhitungan incremental analysis ini, maka Skenario 1
Page 35
Pembiayaan Pembangunan 2010
Skema I dianggap lebih menguntungkan dan feasible untuk dibangun daripada Skenario I Skema
II.
Keterangan
NPV (Net Present Value)
Pengertian NPV adalah NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah
didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau
dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang. Untuk
menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan
pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
IRR
IRR berasal dari bahasa Inggris Internal Rate of Return disingkat IRR yang merupakan indikator
tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju
pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan
investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain).
Page 36
Pembiayaan Pembangunan 2010
Page 37
Pembiayaan Pembangunan 2010
impor dan mempertinggi ekspor agar devisa bisa digunakan untuk membayar hutang. Tindakan
pembaasan impor akan diikuti mengakibatkan terganngunnya program pembangunan yang
membutuhkan barang barang impor. Akibat terganngunya pembangunan tersebut negara
melakukan kebijkan mengurangi laju pembangunan negara, mengembangkan ekspor dan
melakukan subtitusi impor untuk memperbaiki term of trade, atau merangsang arus bantuan luar
negeri lebih besar lagi. Akibat terjerumus ke dalam krisis utang maka untuk mendapatkan
pengurangan atau penambahan pinjaman, IMF atau Bank Dunia menganjurkan dilakukan
kebijakan pengurangan atau penghapusan berbagai macam subsidi bahan bakar minyak dan
kebutuhan pokok lainnya, penundaan kenaikan gaji pegawai negeri dan kebijakan lainnya.
Pilihan alternatif kedua adalah Pemerintah dapat mengeluarkan obligasi untuk membiayai
kebutuhan dana untuk proyek. Obligasi hampir sama dengan pinjaman namun pemerintah
bekerjasama dengan pihak swasta. Obligasi pemerintah bisa menggalang dana sesuai dengan
kebutuhan proyek atau kegiatan. Kelemahan dari obligasi ini adalah ketidaktentuan pasar
pengguna obligasi. Orang atau badan yang akan membeli obligasi belum tentu ada sehingga
pemerintah harus berusaha mencari pembeli obligasi. Kegagalan bayar adalah suatu hal yang
patut diperhitungkan untuk melakukan obligasi pemerintah. Pengeluaran obligasi oleh
pemerintah sama halnya dengan melakukan hutang. Jika hutang tersebut tidak terbayarkan maka
kegaitan kegiatan pemberi pinjaman atau swasta akan terganggu. Apabila sejumlah kegiatan
tersebut terganggu maka kegiatan lainnya yang dipengaruhi kegiatan tersebut akan terganggun
juga dalam kata lain akan terjadi efek berantai akibat gagal bayar bunga apalagi jumlah uang
yang dimainkan cukup besar. Contoh kasus seperti negara Yunani.
Alternatif lainnya adalah BOT ( Build Operate and Transfer) seperti sudah dijelskan di
dalam kajian sumber pembiayaan, BOT adalah suatu kerjasama pemberian hak pengelolaan
terhadap swasta untuk mengelola usaha atau tanah sehingga dapat memberikan untung kepada
pembangun dan pemilik lahan tersebut. Dalam kasus Bandara Internasional Minangkabau,
Bandara ini sudah untung namun perlu diperluas atau dikembangkan karena kapasitasnya tidak
cukup untuk melayani kebutuhan penumpang. Sehingga tidak memerlukan pengelolaan swasta
lagi. Namun bisa diberikan kepada swasta jika pihak swasta bisa memberikan pelayanan lebih
Page 38
Pembiayaan Pembangunan 2010
baik dari segi ongkos, teknologi, dan pembangunan. Namun hal itu sangat sulit karena dengan
memberikan pembangunan pasti biaya yang dikeluarkan harus sama dengan pendapatan yang
didapat dan tidak mungkin pihak swasta mampu menurunkan ongkos atau tarif dengan
kelengkapan teknologi yang jauh lebih maju dari kemampuan PT Angkasa Pura
Suatu proyek tidak harus memakai pembiayaan mandiri untuk membangun sesuatu.
Hakikatnya membangun sesuatu pastui mengharapkan keuntungan atau manfaat dari suatu hal
tersebut. Jika dengan meminjam dana kepada pihak luar dapat membangun suatu hal yang
manfaatnya lebih dari biaya untuk meminjam maka hal tersebut menguntungkan. Namun perlu
digarisbawahi sesuatu pinjaman layak dilakukan jika manfaat lebih besar dari pada biaya yang
dikeluarkan untuk pembangunan .
Selain hal bunga pinjaman yang perlu diperhatikan dalam proses pinjaman dana namun
kondisi suku bunga, perkiraan keuntungan suatu proyek dan kondisi pasar. Variable perkiraan
keuntungan proyek bisa didapat dengan memperkirakan pertumbuhan jumlah konsumen, dampak
terhadap masayrakat. Perlu suatu proyeksi masa depan tentang pembayaran hutang mulai dari
keadaan pesimis dan optimis sehingga bisa digambarkan dengan jelas suatu potensi suatu proyek
yang ada. Kendala dalam kegiatan pinjam meminjam adalah ketidakmampuan manaejemen
pembayaran hutang. Sering kali terjadi keterlambatan meskipun bisa membayar biaya pinjaman.
Biaya akan membengkak jika pembayaran terlambat. Maka untuk mengurangi ketidak
berkelanjutannya pembayaran hutang secara kontinyu maka diharapkan untuk membuat suatu
rencana tentang keadaan dimasa depan dengan cermat sehingga bisa mendekati keadaan di masa
depan.
Page 39
Pembiayaan Pembangunan 2010
Barat Tahun 1980 s/d 2004 yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS), Sumbar dan Data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB Sumbar Tahun 1980 s/d 2004 yang bersumber dari
BPS Sumbar. Scenario 2 merupakan scenario pesimis Merupakan skenario yang menggunakan
analisis terhadap Data Pertumbuhan Angkutan Udara di Sumbar Tahun 1995 s/d 2004 yang
bersumber dari PT. (Persero) Angkasa Pura II dan Data PDRB Sumbar Tahun 1995 s/d 2004
yang bersumber dari BPS Sumbar. Dan skema setiap scenario didasarkan pada jumlah bunga
yang akan didapatkan untuk pinjaman. Dari proyeksi yang menggunkan 4 kemungkinan tersebut
didapat hasil jumlah NPV, IRR, B/C yang bagus sehingga layak untuk dikembangkan. Dalam
kasus ini yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana untuk lebih detail memprediksi hasil
perhitungan IRR, NPV dan B/C sehingga dengan lebih detai perhitungan tersebut semakin jelas
potensi yang bisa dikeluarkan dimasa depan.
Dalam hal komposisi dana pembangunan, tidak masalah perbandingan komposisi dana
pinjaman dan pemerintah berapapun namun yang penting harus untung sehingga biaya yang
dikelurkan untuk pinjaman tertutupi oleh manfaat atau keuntungan yang didapat. Namun
keuntungan tersebut harus melebihi titik resiko suatu pembiayaan. Jangan terlalu tipis perbedaan
antara keuntungan dan biaya karena jika terjadi seperti itu bisa dikatakan suatu proyek tidak
memiliki keuntungan atau merugi. Titik kritis resiko keuntungan tergantung setiap jenis proyek
dan itu berbeda beda tergantung perhitungan.
Untuk pembayaran hutang sudah jelas digambarkan dalam skema gambar, namun hal itu
hanya rencana tanggal pembayaran hutang dan cara untuk mendapatkan uang untuk membayar
hutang tidak ada. Dalam hal ini perlu dilakukan efisiensi pengeluaran dan optimalisasi
pendapatan Bandar Udara Internasional Minangkabau. Diharapkan dengan melakukan efisiensi
dan optimalisasi tersebut keungan BIM akan sehat dan mampu membayar hutang dalam keadaan
yang baik dan keadaan tren turun. Pengembangan suatu proyek harus memperphitungkan juga
titik jenuh investasi diman yang dimaksud titik jenuh disini adalah suatu kemampuan
berkembang suatu usaha. Kemampuan berkembang suatu usaha didasarkan pada banyak hal
seperti lahan dan pasar yang ada sehingga jumlah dana yang akan dipinjam jangan terlalu
berlebihan sehingga bisa terpakai dengan baik.
Page 40
Pembiayaan Pembangunan 2010
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bandara Internasional Minangkabau merupakan suatu bentuk dari pengembangan
Bandara di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kota Padang. Pembangunan dan
pengembangan bandar udara ini diharapkan dapat mengatasi permintaan mobilitas manusia dan
barang di wilayah tersebut.
Pembangunan dan pengembangan bandar udara ini juga sangat memerlukan telaah
mengenai proses pembiayaannya. Dikarenakan, proses pembiayaan juga merupakan hal
terpenting dalam suatu proyek pengadaan infrastruktur. Tanpa adanya pembiayaan yang rinci
dan terstruktur, suatu proyek pengadaan infrastruktur takkan bisa berjalan sesuai dengan
prosedur rencana.
Proyek Bandara Internasional Minangkabau ini terdiri dari proyek pembangunan dan
pengembangan. Keduanya memiliki arti penting yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Proyek pengembangan diharapkan dapat lebih menyempurnakan fungsi dan
pelayanan Bandara Internasional Minangkabau.
Pembiyaan Bandar Udara Internasional Minangkabau bisa dikatakan cukup lengkap
karena terdapat 4 proyeksi tentang keadaan usaha bandara setelah menerima investasi masuk.
Dan dalam 4 proyeksi tersebut Bandar Udara Internasional Minagkabau layak untuk
dikembangkan. Proyeksi dilakukan dengan menghitung NPV, IRR, B/C. Semua Skema yang ada
memperoleh angka keuntungan yang layak dikembangkan. Skema pembayaran hutang juga
Page 41
Pembiayaan Pembangunan 2010
lengkap yang bisa dilihat dalam gambar skema. Pembangunan Bandar Udara Internasional
Minangkabau direncakan dengan baik dengan analisa pembiayaan yang lengkap.
5.2. Rekomendasi
Komposisi pinjaman tidak jadi masalah akan tetapi harus untung lebih besar dari
pada titik kritis suatu usaha sehingga didapat hasil yang maksimal
Perlu dilakukan efisiensi pengeluaran dan optimalisasi pendapatan sebagai
langkah untuk mengantisipasi tren turunnya penumpang.
Jumlah dana pinjaman sesuai kan dengan batas titik jenuh investasi sehingga tidak
menimbulkan ke mubaziran atau buang buang uang.
Page 42