M#Wrttin' Tips
M#Wrttin' Tips
Ide
Semua ceritaku dimulai dari sebuah ide. Bisa
mengenai tokoh ceritanya (seorang perempuan
yang berkelana ke masa lalu), setting -nya
(sebuah negeri antah-berantah seperti Madriva
di “Magical Seira), atau plotnya (cerita tentang
trah Hanafiah yang berhubungan satu sama
lain). Ketika saya mendapatkan sebuah ide,
walau tidak yakin itu bagus atau tidak, saya pasti
menuliskannya pada notes untuk menghindari
faktor lupa.
Masa inkubasi (pengendapan ide)
Kadang saya tahu sebuah cerita dari awal sampai
akhir, namun lebih sering terjadi adalah hanya satu-
dua ide saja yang terlintas, sehingga saya hanya
menulisnya lalu kembali ke pekerjaan (cerita)
sebelumnya. Cara ini biasanya menyebabkan ide yang
diendapkan tersebut bertambah seiring hal-hal
menarik dan pemikiran baru yang saya lihat atau
dengar dari TV maupun orang sekitar. Beberapa dari
ide saya justru berkembang lebih baik dengan
ditinggalkan dulu di pikiran.
Akumulasi ide
Ketika satu-dua ide terbentuk, insting saya
mengatakan bahwa saya butuh ide ketiga untuk
membuat plot cerita berjalan. Setelah itu, ide-ide
lain yang akan bergabung dalam “satu
akumulasi” seiring berjalan waktu akan
menyempurnakan konsep cerita saya dalam
novel tersebut.
Notes
Ketika ide-ide berkembang menjadi kumpulan
ide yang saling berhubungan, saya menyadari
pikiran sudah tidak mungkin lagi dijejali sampai
penuh sesak, hingga saya harus lebih banyak
membuat notes. Untuk cerpen, biasanya notes
tersebut simpel dan sedikit. Sedangkan untuk
novel, saya pasti akan lebih banyak
merencanakan ini-itu hingga notes lebih panjang
dan mendetail.
Menulis
Ketika ide bagus terformulasi dan sudah tahu
cerita akan dibawa ke mana, mulailah saya
menulis. Saya memberi fokus khusus pada prolog
maupun bab 1 karena di situlah penentu apakah
pembaca tertarik untuk membaca kelanjutan
cerita kita. Setelah itu biasanya saya akan break
sebentar dan melakukan proyek lain untuk
menghindari kejenuhan. Tapi saya tetap
berusaha menanamkan kedisiplinan diri untuk
selalu menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Rehat
Ketika draft pertama telah selesai, singkirkan
dulu. Saya berusaha untuk tidak memikirkan
tentang cerita itu lagi selama 1-2 minggu.
Tujuannya adalah untuk “menjauh” dulu dari
cerita dan membacanya seperti kita membaca
cerita orang lain, sehingga dapat menilai lebih
obyektif dan perbaikan dapat dilakukan lebih
tepat.
Membaca
Setelah cerita disingkirkan selama beberapa
minggu, kini waktunya untuk membacanya. Saya
menetapkan standar agar cerita yang dibaca ini
harus enjoyable , seperti jenis cerita yang biasa
saya nikmati. Oleh karena itu, biasanya saya
sudah siap dengan bolpen di tangan untuk
mengoreksi langsung naskah itu di tangan.
Revisi
Dengan bolpen di tangan dan mengacu pada
notes yang sudah dibuat sebelumnya, maka
mulailah saya merevisi, mulai dari koreksi besar
dan umum sampai yang kecil. Beberapa cerita
kompleks memang membutuhkan revisi
mendetail—harus ditambahkan, harus dikurangi
maupun diganti. Kalau ada typos (salah ketik),
segera koreksi saat itu juga.
Copyeditting
Kegiatan ini termasuk membetulkan typos ,
memperbaiki tata bahasa, kosa kata, salah
pengejaan, serta menulis ulang kalimat-kalimat
yang terdengar kurang tepat. Hal ini sangat
krusial, terutama kalau kamu ingin menerbitkan
karya tersebut. Editor tentunya lebih suka
membaca naskah yang bersih, bukan?
Formatting
Terakhir adalah mem-format naskah, yaitu:
memilih huruf yang tepat, merapikan dan
menetapkan alinea, dan semua itu bisa dilakukan
dengan software menulis kita. Saya menggunakan
Microsoft Word, dan semua alat untuk
melaksanakan proses itu tersedia. Ta-da .. kini
jadilah naskah kalian yang siap dikirim ke
penerbit!
Teknisnya…